Efek Samping dan Interaksi Obat Vitamin B1 (Thiamine)
Vitamin B1 atau tiamin secara umum aman dikonsumsi secara oral, dan jarang menimbulkan efek samping berat. Pada pemberian parenteral, dapat terjadi reaksi anafilaksis dan henti jantung mendadak. Namun, efek samping ini jarang ditemukan. Interaksi obat terjadi antara vitamin B1 dengan beberapa antibiotik, misalnya eritromisin, klaritromisin, dan omadacycline. Selain itu, obat-obatan seperti, furosemide dan fluorouracil dilaporkan dapat menurunkan kadar vitamin B1 dalam tubuh.
Efek Samping
Konsumsi vitamin B1 secara oral dilaporkan cukup aman. Efek samping yang dapat terjadi, meskipun jarang, pada pemberian vitamin B1 secara parenteral adalah reaksi anafilaksis dan henti jantung mendadak. Pasien yang menerima tiamin secara intravena perlu mendapat pengawasan oleh tenaga kesehatan selama terapi.[23,24]
Efek samping lain yang pernah dilaporkan, antara lain:
- Gastrointestinal, seperti mual, rasa tercekik di tenggorokan, dan perdarahan saluran cerna
- Kulit, seperti berkeringat, kulit hangat, ruam merah, dan nyeri atau indurasi pada tempat injeksi
- Reaksi hipersensitivitas, seperti gatal, angioedema, urtikaria
- Lainnya, yaitu rasa gelisah, edema pulmonal, dan sianosis[20]
Interaksi Obat
Vitamin B1 berinteraksi dengan antibiotik makrolida seperti eritromisin, klaritromisin, azitromisin, dan roxithromycin. Antibiotik tersebut dapat menurunkan efek dari vitamin B1 dengan cara mengganggu keseimbangan flora normal intestinal.[19]
Vitamin B1 juga berinteraksi dengan omadacycline, yaitu antibiotik spektrum luas golongan tetrasiklin. Vitamin B1 akan menurunkan efek omadacycline dengan menghambat penyerapannya pada lumen usus. Hal ini akan menurunkan efektivitas terapeutik dari omadacycline.[19]
Selain itu, beberapa obat-obatan lain, seperti furosemide dan fluorouracil, dapat menurunkan kadar vitamin B1 dalam tubuh. Sehingga, pasien yang menjalani pengobatan dengan obat-obatan ini perlu memantau kadar vitamin B1 dalam tubuh. Furosemide dihubungkan dengan penurunan konsentrasi vitamin B1, bahkan dapat menyebabkan terjadinya defisiensi. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah vitamin B1 yang dibuang melalui urin.[18]
Fluorouracil, suatu agen kemoterapi yang biasa dipakai untuk kanker kolorektal, diduga berhubungan dengan beberapa kasus penyakit beri-beri dan ensefalopati Wernicke. Fluorouracil diduga meningkatkan metabolisme vitamin B1, serta menghambat pembentukan bentuk aktif vitamin B1, yaitu tiamin pirofosfat (TPP). Pemberian suplementasi vitamin B1 dapat menyembuhkan keadaan ini.[18]
Pemberian vitamin B1 bersama dengan cairan IV dekstrosa dapat memperburuk gejala defisiensi tiamin, serta meningkatkan efek neuromuscular blocking agents, seperti suksinilkolin dan rocuronium.[19,20]
Interaksi dengan Makanan dan Minuman
Vitamin B1 berinteraksi dengan alkohol. Alkohol dapat menghambat penyerapan vitamin B1 di intestinal. Pada pasien dengan alkoholisme kronik, dapat terjadi defisiensi vitamin B1 hingga sindrom Wernicke-Korsakoff.
Pasien obesitas yang sering mengonsumsi karbohidrat sederhana, akan mengalami peningkatan pemakaian vitamin B1 dalam tubuhnya. Pasien seperti ini berisiko mengalami defisiensi vitamin B1, dan membutuhkan asupan vitamin B1 yang lebih besar jumlahnya.[2,7,18]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra