Pengawasan Klinis Vitamin B1 (Thiamine)
Pengawasan klinis penggunaan vitamin B1 perlu dilakukan untuk mengenali tanda-tanda anafilaksis, jika vitamin B1 diberikan secara parenteral. Selain itu, lakukan juga pemeriksaan kadar vitamin B1 secara berkala bagi pasien yang berisiko defisiensi vitamin B1, maupun yang sedang menerima terapi vitamin B1.
Reaksi Anafilaksis
Pengawasan klinis pemberian vitamin B1, atau tiamin adalah apabila diberikan secara parenteral, karena pernah dilaporkan menimbulkan reaksi anafilaksis. Perhatikan tanda klinis dini reaksi anafilaksis seperti sesak napas dan angioedema, terutama pada pemberian parenteral berulang. Pemberian vitamin B1 secara parenteral harus dilarutkan dalam cairan 100 mL, dan diinfus selama 30 menit.[5,18]
Pemeriksaan Kadar Vitamin B1
Lakukan monitoring kadar vitamin B1 pada pasien yang dicurigai defisiensi atau yang telah menerima terapi vitamin B1. Pemeriksaan laboratorium yang digunakan adalah dengan erythrocyte transketolase activity (ETKA). Hasil ETKA 0–15% menunjukkan bahwa status vitamin B1 adekuat, ETKA 15–25% termasuk ke dalam risiko sedang defisiensi vitamin B1, dan ETKA lebih besar dari 25% berarti risiko tinggi defisiensi vitamin B1.
Kadar tiamin pirofosfat (TPP) dalam eritrosit juga dapat dinilai melalui pemeriksaan whole blood. Pemeriksaan ini lebih sensitif, spesifik, presisi, dan terpercaya. Konsentrasi normal TPP dalam darah 70–180 nmol/L.
Selain itu pemeriksaan ekskresi vitamin B1 dalam urin juga dapat digunakan untuk memantau kecukupan asupan vitamin B1, tetapi tidak dapat menggambarkan status cadangan vitamin B1 dalam tubuh. Pada orang dewasa, ekskresi vitamin B1 kurang dari 100 mcg/hari menandakan asupan yang kurang, dan ekskresi kurang dari 40 mcg/hari mengarahkan adanya defisiensi vitamin B1.[7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra