Pendahuluan Malignant Hyperthermia
Malignant hyperthermia atau hipertermia maligna adalah kondisi medis serius dan potensial mematikan yang terjadi sebagai respons berlebih terhadap anestesi, terutama anestesi inhalasi seperti halothane, sevoflurane, dan isoflurane; serta depolarizing muscle relaxants seperti succinylcholine. Malignant hyperthermia ditandai dengan hipermetabolisme otot rangka yang cepat, menghasilkan peningkatan produksi panas, hiperkapnia, asidosis metabolik, dan peningkatan suhu tubuh signifikan.[1-3]
Pasien yang memiliki kerentanan secara genetik dapat mengalami reaksi malignant hyperthermia sebagai respons terhadap agen pemicu, seperti gas anestesi terhalogenasi isoflurane atau succinylcholine. Dalam kasus lebih jarang, kondisi ini bisa terjadi akibat stimulus dari stres fisik, seperti olahraga dan paparan panas.
Malignant hyperthermia secara genetik terkait dengan mutasi pada gen RYR1 (Receptor Ryanodine 1) dan CACNA1S (Voltage-dependent L-type Calcium Channel). Kedua gen ini memainkan peran penting dalam regulasi kalsium di dalam sel otot rangka [1,2,4-6]
Manifestasi klinis malignant hyperthermia bersifat tidak spesifik. Beberapa tanda dan gejala seperti peningkatan suhu tubuh, adanya kekakuan otot, laju pernapasan yang cepat, takikardia, asidosis metabolik, peningkatan produksi CO2, hiperkalemia, dan rhabdomyolisis dapat ditemukan pada pasien dengan malignant hyperthermia akibat adanya aktivitas hipermetabolik.[1,2,7]
Kunci menegakkan diagnosis malignant hyperthermia secara tepat waktu adalah dengan menyadari kemungkinannya setiap kali agen pemicu digunakan. Penting bagi klinisi untuk memiliki indeks kecurigaan yang tepat. Peningkatan end tidal carbon dioxide (ETCO2) merupakan tanda utama terjadinya malignant hyperthermia.[4-7]
Dalam penatalaksanaan malignant hyperthermia, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan penggunaan gas anestesi volatil yang kuat seperti halothane, sevoflurane, desflurane, isoflurane, serta depolarizing muscle relaxants yang dapat memicu respon hipermetabolik dan segera mengganti agen anestesi lain seperti nitrous oksida.[2,3,5]
Dantrolene sodium dapat diberikan sebagai antidotum dalam penatalaksanaan farmakologi malignant hyperthermia. Dantrolene menghambat pelepasan kalsium dari retikulum endoplasma di dalam sel otot. Dosis dantrolene tergantung pada berat badan pasien dan tingkat keparahan. Biasanya, dosis awal adalah 2,5 mg/kg dan dapat diulang setiap 5 menit jika diperlukan.[1,3,5-7]
Selain pemberian dantrolene, pastikan ventilasi dan oksigenasi adekuat. Pengobatan suportif termasuk koreksi asidosis metabolik, gangguan elektrolit, dan gangguan kardiovaskular yang mungkin timbul akibat malignant hyperthermia. Monitoring parameter vital, elektrolit, dan fungsi organ adalah esensial selama proses penanganan untuk memastikan respons yang tepat dan komplikasi yang terkendali.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra