Epidemiologi Malignant Hyperthermia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa puncak insiden malignant hyperthermia terjadi pada individu yang berusia 15-64 tahun. Malignant hyperthermia lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1. Insiden juga lebih sering dilaporkan terjadi saat prosedur general anestesi dengan kombinasi anestesi inhalasi dengan succinylcholine.[2,6,11]
Global
Insiden global malignant hyperthermia yang terjadi saat anestesi dengan gas anestesi volatil yang kuat, seperti halothane dan sevoflurane, berkisar antara 1:10.000 hingga 1:250.000. Sebuah penelitian di New York melaporkan bahwa ditemukan 1 kasus malignant hyperthermia dari 100.000 prosedur pembedahan dalam survei terhadap 12 juta pasien, meskipun jenis anestesi yang digunakan tidak disebutkan secara spesifik.[1,7,11]
Defek genetik yang dilaporkan berkaitan dengan kerentanan malignant hyperthermia diperkirakan ada pada 1 dari 3000-8500 orang.[1,7,11]
Di Perancis, frekuensi kerentanan malignant hyperthermia yang berasosiasi dengan defek genetik terdapat pada 1 dari 2000–3000 orang.[7,11]
Indonesia
Belum terdapat data dan studi epidemiologi mengenai malignant hyperthermia di Indonesia.
Mortalitas
Mortalitas malignant hyperthermia sebelum ditemukannya dantrolene sebagai antidotum mencapai sekitar 70%. Setelah penggunaan dantrolene dalam penatalaksanaan malignant hyperthermia, angka mortalitas berkurang hingga <5%.[2,7]
Dalam sebuah penelitian, estimasi angka mortalitas kasus malignant hyperthermia di Amerika Utara adalah 1,4%. Sementara itu, angka mortalitas malignant hyperthermia di Jepang mengalami penurunan dari 40% menjadi 5,9% selama empat dekade. Sebuah penelitian lainnya melaporkan angka mortalitas malignant hyperthermia di Inggris mencapai sekitar 4% meskipun dantrolene telah digunakan sebagai penatalaksanaan farmakologi.[2,7,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra