Pendahuluan Kraniosinostosis
Kraniosinostosis atau craniosynostosis adalah anomali perkembangan pada anak yang ditandai dengan penutupan prematur satu atau lebih sutura. Pada bayi baru lahir, tulang-tulang kranium dipisahkan oleh sutura sehingga kepala bayi dapat lebih mudah melewati jalan lahir dan memungkinkan bertambahnya ukuran kranium seiring dengan perkembangan otak.
Penutupan sutura prematur pada kraniosinostosis dapat mengakibatkan gangguan perkembangan bayi dan peningkatan tekanan intrakranial. Kelainan ini dapat disebabkan oleh defek primer osifikasi (kraniosinostosis primer) atau akibat kegagalan pertumbuhan otak (kraniosinostosis sekunder).[1,2]
Kraniosinostosis dapat diketahui saat kelahiran atau saat bayi, berdasarkan abnormalitas kraniofasial, atau dapat baru disadari kemudian ketika muncul neurodevelopmental delay pada masa kanak-kanak. Pemeriksaan fisik yang seksama dapat membantu mendeteksi kraniosinostosis. CT scan kepala, MRI otak, atau rontgen kepala umumnya perlu dilakukan untuk diagnosis pasti.[1,2]
Tata laksana utama kraniosinostosis adalah pembedahan, yang umumnya dilakukan pada tahun pertama kehidupan. Indikasi utama pembedahan adalah peningkatan tekanan intrakranial dan perlunya mengoreksi deformitas kranium. Pada kasus tertentu, modalitas nonbedah seperti penggunaan molding helmet dapat dipilih untuk mengoreksi deformitas kranium.[2,3]