Diagnosis Abses Apendiks
Diagnosis abses apendiks perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan nyeri pada fosa iliaka kanan, terutama jika pasien masuk dalam kelompok usia anak atau lansia. CT Scan abdomen merupakan modalitas pencitraan yang disukai untuk mendiagnosis abses apendiks. CT Scan dapat mendeteksi adanya abses apendiks beserta memperkirakan ukuran abses.[12-14]
Anamnesis
Kecurigaan abses apendiks biasanya muncul jika pasien mengalami gejala appendicitis yang sudah berlangsung lebih dari 48 jam. Gejala yang paling umum dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri perut, yang biasanya menetap dan terfokus pada area kanan bawah. Keluhan lain yang dapat dialami pasien adalah demam, mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan.[4,5,11]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan nyeri tekan abdomen kuadran kanan bawah. Tanda klinis appendicitis lainnya, seperti tanda Psoas, tanda Obturator, tanda Rovsing, dan tanda Blumberg, dapat menjadi petunjuk klinis.
Pada beberapa kasus, massa dapat teraba pada palpasi abdomen. Ini merupakan petunjuk penting yang meningkatkan kecurigaan adanya phlegmon atau abses apendiks. Dalam sebuah laporan kasus, pernah didapatkan pasien abses apendiks lansia yang menunjukkan temuan klinis berupa cairan purulen yang keluar dari dinding abdomen.[12-14]
Diagnosis Banding
Abses apendiks dapat didiagnosis banding dengan abses intraabdomen non-apendiks. Abses intraabdomen non-apendiks dapat disebabkan oleh perforasi ulkus peptikum, perforasi divertikulitis, kolesistitis gangrenosa, abses pankreas, penyakit radang panggul, atau abses tuboovarium. Nyeri awal yang muncul dapat menjadi petunjuk asal dari organ yang mengalami inflamasi atau perforasi. Selain itu, dokter juga perlu membedakan appendicitis biasa dengan abses apendiks.[4,5]
Appendicitis
Tanda dan gejala appendicitis dan abses apendiks sangat mirip. Yang membedakan keduanya adalah pada abses apendiks telah terjadi perforasi pada appendicitis dan terbentuk kantong berisi pus. Pada pemeriksaan fisik, ini dapat ditandai dengan terabanya massa pada kuadran kanan bawah abdomen. Meski demikian, pemeriksaan pencitraan merupakan cara terbaik membedakan keduanya.[27]
Perforasi Ulkus Peptikum
Perforasi ulkus peptikum muncul sebagai nyeri epigastrium yang mendadak dan tajam, diikuti nyeri seluruh perut bila sudah terjadi inflamasi menyeluruh pada intraabdomen. Biasanya pasien memiliki riwayat ulkus peptikum, minum obat antiinflamasi nonsteroid, atau infeksi Helicobacter pylori.[15]
Perforasi Divertikulitis
Nyeri awal pada perforasi divertikulitis tergantung lokasi dari divertikel. Divertikel paling sering berada pada kolon sigmoid, sehingga nyeri awal yang muncul sering pada abdomen kuadran kiri bawah. Bila sudah terjadi perforasi maka nyeri dirasakan terus menerus dan kemudian menyebar ke seluruh perut bila sudah terjadi penumpukan pus di intraabdomen.[16]
Kolesistitis Gangrenosa
Nyeri pada kolesistitis gangrenosa dimulai dari daerah epigastrium berupa nyeri kolik, kemudian terlokalisasi di abdomen kuadran kanan atas. Biasanya diikuti gejala lain seperti ikterus. Pemeriksaan ultrasonografi dan kadar bilirubin dapat membantu menegakkan diagnosis.[17]
Abses Pankreas
Pasien dengan abses pankreas memiliki riwayat pankreatitis sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan tanda Grey-Turner atau Cullen yang merupakan tanda dari pankreatitis. Selain itu, dapat pula ditemukan defans muskularis dan tanda sepsis.[18]
Penyakit Radang Panggul
Nyeri pada penyakit radang panggul dapat muncul sebagai nyeri abdomen bawah yang sifatnya bilateral, tumpul, kram, dan konstan. Nyeri muncul dimulai beberapa hari setelah permulaan periode menstruasi terakhir dan memburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan terbentuknya abses tuboovarium yang dapat berlanjut menjadi peritonitis. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan inisial yang dapat membedakan penyakit radang panggul dengan abses apendiks.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologis dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dari abses apendiks. Pemeriksaan laboratorium dan radiologis juga dapat membantu dalam menentukan tata laksana yang paling sesuai untuk pasien dengan abses apendiks.
Computed Tomography (CT) Abdomen
Dalam deteksi kasus abses apendiks, CT scan abdomen lebih unggul dibandingkan dengan USG abdomen. Meskipun begitu, kekurangan dari CT scan abdomen adalah paparan radiasi, terutama untuk populasi khusus seperti anak-anak dan ibu hamil. Sebagai alternatif, dapat digunakan CT Scan dengan dosis radiasi rendah. Bila hasil meragukan, barulah digunakan dosis radiasi standar.
Dengan pemeriksaan CT scan abdomen, dapat ditemukan dilatasi apendiks, penebalan dinding apendiks, penebalan dinding caecum, gambaran inflamasi periapendiks, dan gambaran bagian dinding apendiks yang nekrosis. Gambaran lain yang mungkin ada adalah fekalit dan gambaran kelenjar getah bening periapendiks. Pada abses apendiks, secara spesifik akan terbentuk gambaran cairan bebas di area kanan bawah dengan atau tanpa gambaran gas.[3,9,23]
Ultrasonografi (USG) Abdomen
USG abdomen menjadi salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan meskipun memiliki akurasi, sensitivitas dan spesifisitas yang sangat tergantung dengan keahlian operator. Keuntungan USG abdomen adalah tidak menggunakan radiasi dan biaya relatif lebih murah dibandingkan CT scan. Temuan pada USG dapat berupa aperistaltik, apendiks berbentuk konsentrik, non-compressible, struktur buntu, berbentuk seperti sosis, dilatasi, dan fekalit. Tanda lain yang bisa ditemukan adalah gambaran hiperekoik dan non-compressible pada area mesoapendiks, cairan bebas di sekitar apendiks, dan dilatasi usus.[21,22]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan tanda inflamasi. Pasien dengan abses apendiks akan menunjukkan peningkatan C-reactive protein (CRP) dan leukosit. Selain itu, terdapat studi yang menunjukkan bahwa pasien bisa mengalami hiperbilirubinemia.[3,20]
Penulisan pertama oleh: dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS