Diagnosis Appendicitis
Diagnosis appendicitis perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan gejala nyeri perut akut. Kecurigaan ini kemudian dipastikan dengan pemeriksaan pencitraan, seperti USG atau CT Scan abdomen.
Manifestasi klasik dari appendicitis meliputi nyeri periumbilkus yang berpindah ke fossa iliaka kanan, anoreksia, demam, dan nyeri tekan pada fossa iliaka kanan. Pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan nyeri tekan McBurney, nyeri lepas, penurunan bising usus, tanda psoas positif, tanda obturator positif, dan tanda Rovsing positif.[1,11]
Anamnesis
Gejala klasik appendicitis dimulai dengan adanya nyeri kolik periumbilikal atau epigastrik yang kemudian menjalar dan terlokalisasi pada fossa iliaka kanan. Hal ini disebabkan adanya inflamasi pada peritoneum parietal. Rasa nyeri umumnya diperparah dengan adanya pergerakan seperti berjalan atau gerakan mendadak, serta membaik bila pasien berbaring dan menekuk lutut.[3]
Mual ditemukan pada 61-92% pasien appendicitis. Sementara itu, anoreksia ditemukan pada 74-78% pasien. Muntah dapat menjadi pertanda adanya obstruksi pada saluran pencernaan.
Gejala umumnya terjadi 24-48 jam, namun bisa menetap sampai lebih dari 5 hari. Perforasi jarang terjadi dalam 24 jam setelah awitan gejala.
Appendicitis pelvis dapat menimbulkan iritasi pada rektum, sehingga timbul gejala diare yang mungkin disalahartikan sebagai gastroenteritis. Diare atau konstipasi ditemukan pada 18% pasien dengan appendicitis.
Dalam menggali anamnesis appendicitis, dokter juga perlu menanyakan gejala seputar sistem gastroeneterologi, genitourinari, pneumologi, dan ginekologi untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain seperti penyakit radang panggul atau batu ginjal. Selain itu, inflamasi apendiks dekat kandung kemih atau ureter dapat menimbulkan gejala nyeri saat berkemih, hematuria, dan piuria.[3,6]
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan appendicitis biasanya mengalami demam ringan. Demam yang tinggi mengindikasikan kemungkinan perforasi apendiks atau diagnosis lain seperti infeksi virus atau infeksi saluran kemih.
Temuan pemeriksaan fisik seringkali tidak kentara terutama pada appendicitis dini. Saat peradangan berlanjut, tanda-tanda peradangan peritoneum semakin nampak. Tanda klinis ini dapat mencakup:
- Nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah pada titik McBurney, kurang lebih 4 cm pada garis bayangan dari spina iliaka anterior superior menuju umbilikus.
- Tanda Rovsing yaitu nyeri pada perut kanan bawah yang ditimbulkan oleh palpasi perut kiri bawah
- Tanda Dunphy yaitu nyeri saat pasien batuk.
- Tanda psoas yaitu nyeri saat ektensi pasif tungkai bawah kanan yang menunjukan appendicitis retrosekal
- Tanda obturator yaitu nyeri akibat rotasi internal pasif pada tungkai bawah dalam kondisi fleksi yang menunjukan appendicitis pelvik[1,2,6]
Skor Alvarado
Terdapat beberapa metode skoring yang dapat membantu diagnosis appendicitis. Salah satu yang paling sering digunakan di Indonesia adalah skor Alvarado. Skor ini dinilai berdasarkan hasil temuan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium darah.
Tabel 1. Skor Alvarado
Gejala | Skor |
Nyeri fossa iliaka berpindah | 1 |
Mual atau muntah | 1 |
Anoreksia | 1 |
Tanda Klinis | |
Nyeri tekan fossa iliaka kanan | 2 |
Nyeri lepas fossa iliaka kanan | 1 |
Peningkatan suhu badan | 1 |
Laboratorium | |
Leukositosis | 2 |
Neutrofil shift to the left | 1 |
Total | 10 |
Sumber: Al Awayshih et al, 2019.[14]
Total skor 1-3 tidak dipertimbangkan sebagai appendicitis akut. Sementara itu, skor 4-6 dipertimbangkan kemungkinan diagnosis appendicitis akut dan skor 7-10 hampir definitif mengalami appendicitis akut.[1,2] Meski demikian, sebuah studi yang dilakukan pada 100 pasien appendicitis di Rumah Sakit Pendidikan di Yordania menunjukkan bahwa skor Alvarado bukan merupakan alat bantu diagnosis yang baik untuk appendicitis.[14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding nyeri abdomen kuadran kanan bawah mencakup proses peradangan seperti Crohn’s disease atau ruptur kista; ataupun proses infeksi seperti ileitis akut atau abses tubo-ovarium. Pada pasien wanita, terutama di Indonesia, kondisi obstetri seperti kehamilan ektopik perlu dipertimbangkan.
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik dapat dipertimbangkan pada wanita berusia subur yang mengalami gejala dan tanda kehamilan, nyeri pada bagian perut bawah, dan keluarnya bercak atau darah dari jalan lahir. Pada pemeriksaan fisik juga dapat ditemukan nyeri goyang serviks. Pada pemeriksaan penunjang, kadar hormone human chorionic gonadotropin cenderung tinggi dan dapat ditemukan masa pada tuba falopi dari pemeriksaan ultrasonografi.[18]
Gastroenteritis
Pasien dengan gastroenteritis terkadang dapat mengalami nyeri perut. Namun, berbeda dengan appendicitis, nyeri perut tidak terjadi lebih dahulu sebelum awitan diare atau mual dan muntah, serta tidak ditemukan nyeri tekan dan defans muskular perut bagian bawah. Pemeriksaan pencitraan juga tidak menunjukkan adanya inflamasi apendiks.[3]
Obstruksi Intestinal
Gejala obstruksi terkadang menyerupai appendicitis. Beberapa penyebab obstruksi adalah hernia inguinalis inkarserata, obstruksi usus kecil adhesiva, malrotasi usus, volvulus, divertikulum Meckel, dan intususepsi. Radiografi abdomen atau USG abdomen dapat membantu investigasi diagnosis.[3]
Adenitis Mesenterika
Adenitis mesenterika memiliki karakteristik pembesaran kelenjar limfe mesenterika yang menimbulkan nyeri abdomen nonspesifik. Kondisi ini umumnya dialami anak-anak dan disebabkan oleh infeksi virus. Pasien memiliki riwayat demam, nyeri tenggorokan, atau infeksi saluran napas atas sebelumnya.[3,15]
Infeksi Saluran Kemih
Nyeri perut bagian bawah, gejala gastrointestinal, dan demam terkadang juga dapat disebabkan oleh infeksi saluran kemih. Urinalisis mikroskopik dan kultur urin dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kemih.[3,16]
Penyakit Radang Panggung
Penyakit radang panggul merupakan suatu penyakit inflamasi pada sistem genitourinari wanita, termasuk uterus, tuba falopi, dan organ lain yang berdekatan, yang diakibatkan oleh infeksi terutama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini sering ditemukan pada wanita berusia 20-40 tahun.
Pasien penyakit radang panggul mungkin mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah 5 hari setelah periode menstruasi, terkadang disertai dengan keluarnya cairan purulen dari jalan lahir. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri goyang serviks. Pemeriksaan apusan endoserviks yang menemukan Chlamydia trachomatis dapat mengkonfirmasi diagnosis.[17]
Crohn's Disease
Gejala pada Crohn's disease bisa menyerupai appendicitis, terutama jika lokasinya ada di ileum distal. Eksaserbasi akut Crohn's disease dapat memunculkan tanda dan gambaran pencitraan yang sulit dibedakan dengan appendicitis akut. Curigai adanya Crohn's disease pada pasien dengan nyeri yang menetap setelah dilakukan operasi, terutama jika pemeriksaan histologi apendiks menunjukkan hasil normal.[22]
Diagnosis Banding Lain
Diagnosis banding lain yang perlu dipikirkan mencakup:
- Endometriosis
- Kista ovarium, atau torsi kista ovarium
- Karsinoma Kolon
- Kolesistitis
- Adenitis, atau iskemia mesenterika
- Torsi omentum
- Kolik empedu atau renal
- Perforasi ulkus duodenum
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada appendicitis berupa pemeriksaan laboratorium darah dan pencitraan.
Appendicogram
Appendicogram menggunakan BaSO4 (barium sulfat) yang diencerkan dengan air menjadi suspensi barium dan dimasukkan secara oral atau melalui anus (barium enema). Hasil dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan kelainan pada apendiks, termasuk adanya sumbatan pada pangkal apendiks.
Laboratorium Darah
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien adalah hitung jenis leukosit, presentasi neutrophil, dan C-Reactive Protein (CRP). Peningkatan leukosit dengan atau tanpa shift to the left dapat ditemukan, namun hampir sepertiga pasien dengan appendicitis memiliki kadar leukosit yang normal.
Adanya peningkatan pada pemeriksaan leukosit dan CRP berkolerasi dengan peningkatan kemungkinan appendicitis komplikata. Jumlah leukosit 10.000 sel/mm3 dihubungkan dengan appendicitis akut, jumlah leukosit di atas 17.000 sel/mm3 dikaitkan dengan appendicitis komplikata, termasuk appendicitis perforasi dan gangren.[1,2]
Ultrasonografi Abdomen
Pada kondisi sehat apendiks tidak dapat terlihat pada USG. Bila terdapat appendicitis, tampak struktur tubular berukuran 7-9 mm yang tidak hilang dengan penekanan. Namun bila apendiks tidak nampak, diagnosis appendicitis tidak dapat dikonfirmasi atau dieksklusi.
USG sangat dipengaruhi oleh keterampilan operator yang melakukan pemeriksaan. Secara umum, sensitivitas pemeriksaan USG untuk appendicitis sebesar 86% dan spesifisitas 81%.[1,3,6]
CT Scan Abdomen
CT Scan tidak rutin dilakukan karena paparan radiasi yang lebih tinggi dan meningkatkan beban biaya pada pasien. CT Scan abdomen memiliki akurasi di atas 95% untuk mendiagnosis appendicitis. Kriteria appendicitis pada CT Scan adalah apendiks yang memiliki ukuran diameter lebih dari 6 mm, penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm, dan adanya appendikolith yang dapat ditemukan pada 25% pasien.[2]
MRI Abdomen
MRI abdomen sangat jarang diperlukan untuk mendiagnosis appendicitis. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan jika nyeri perut yang mengarah ke appendicitis dialami oleh wanita hamil.[19]
Penulis pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH