Epidemiologi Appendicitis
Data epidemiologi mengungkapkan bahwa appendicitis merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen yang paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa risiko seumur hidup seseorang mengalami appendicitis adalah 8,6% pada laki-laki dan 6,7% pada wanita. Sayangnya, belum ada data epidemiologi serupa di Indonesia.[10]
Global
Appendicitis paling umum terjadi pada usia 10-20 tahun. Perbandingan rasio laki-laki dengan perempuan adalah 1,4:1. Studi di Amerika Serikat menunjukkan risiko seumur hidup mengalami appendicitis adalah 8,6% untuk laki-laki dan 6,7% pada perempuan.
Studi telah menunjukkan adanya asosiasi antara appendicitis akut dengan manifestasi kanker kolorektal. Telah dilaporkan bahwa 2,9% pasien yang mengalami appendicitis memiliki kanker kolorektal dibandingkan 0,1% pasien yang tidak mengalami appendicitis.
Sebuah laporan di Inggris Raya melaporkan bahwa antara awal tahun 2007 hingga 2012 dilakukan 42.000 hingga 47.000 tindakan bedah dengan indikasi appendicitis setiap tahunnya. Appendicitis komplikata dilaporkan pada 16,5% hingga 24,4% kasus.[10,11]
Indonesia
Data epidemiologi nasional appendicitis di Indonesia masih belum tersedia.
Suatu penelitian yang dilakukan pada RSU Kota Tangerang Selatan menyatakan dari 111 kasus appendicitis, distribusi usia tertinggi pada kelompok umur 17-25 tahun (34,2%). Pasien wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Penelitian lain di RSUP Haji Adam Malik Medan menyatakan prevalensi peritonitis pada pasien dengan appendicitis tahun 2017 sebesar 62,8%.[12,13]
Mortalitas
Mortalitas terkait appendicitis sebetulnya rendah, berkisar antara 0,24% pada negara maju hingga 1-4% pada negara berkembang.[28]
Perforasi apendiks meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Risiko mortalitas appendicitis akut non gangren sebesar 0,1% sedangkan appendicitis akut gangren sebesar 0,6%.
Menurut penelitian The Global Burden of Disease Study, angka kematian akibat appendicitis menurun 46% sejak tahun 1990 hingga 2013. Penurunan angka mortalitas ini diduga dipengaruhi oleh sistem kesehatan yang semakin baik dalam mendiagnosis dan mengobati gejala akut.[7,8]
Penulis pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH