Penatalaksanaan Divertikulum Meckel
Secara garis besar, penatalaksanaan divertikulum Meckel yang utama adalah pembedahan dengan mempertimbangkan status klinis pasien, risiko komplikasi jangka panjang, dan struktur anatomi terkait gejala yang muncul. Pada pasien asimtomatik, observasi mungkin cukup. Namun, jika terjadi gejala atau komplikasi seperti perdarahan atau obstruksi usus, tindakan pembedahan diperlukan.
Terapi pilihan adalah reseksi segmental usus yang mengandung divertikulum, biasanya dilakukan dengan laparoskopi, terutama pada anak dan dewasa muda. Pemberian antibiotik juga dapat diperlukan jika terjadi infeksi.[1,2,7]
Pembedahan
Reseksi bedah diindikasikan pada divertikulum Meckel simtomatik dengan perdarahan, obstruksi intestinal, divertikulitis, atau fistula umbilikoileal. Reseksi bedah tidak direkomendasikan pada divertikulum Meckel asimtomatik yang ditemukan secara insidental pada pemeriksaan radiologi.
Tata laksana divertikulum Meckel asimtomatik yang ditemukan secara insidental saat operasi masih kontroversial. Pertimbangan dilakukannya reseksi pada divertikulum Meckel insidental asimtomatik adalah risiko terjadinya komplikasi dan mortalitas divertikulum Meckel di kemudian hari, namun beberapa studi menunjukkan bahwa kemungkinan komplikasi divertikulum Meckel hanya sebesar 4,2% dan terus menurun seiring pertambahan usia.
Adanya kemungkinan komplikasi post-reseksi memperkuat bahwa divertikulum Meckel insidental tidak perlu direseksi. Studi lain menunjukkan bahwa reseksi divertikulum Meckel insidental hanya memberikan manfaat jika dilakukan pada pasien usia <50 tahun.[2,3]
Kapan Reseksi Dapat Dipertimbangkan pada Kasus Asimtomatik Insidental?
Pada prinsipnya, reseksi bedah pada divertikulum Meckel asimtomatik yang ditemukan secara insidental saat operasi dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan status klinis pasien, risiko komplikasi jangka panjang, dan struktur anatomi terkait gejala yang muncul.
Pada anak usia ≤18 tahun, direkomendasikan untuk dilakukan tindakan reseksi saat eksplorasi abdomen karena risiko komplikasi divertikulum Meckel yang lebih tinggi dibandingkan pada dewasa.
Pada pasien laki-laki dewasa usia <50 tahun, direkomendasikan untuk dilakukan reseksi saat eksplorasi abdomen karena risiko komplikasi divertikulum Meckel yang lebih tinggi dibandingkan pada perempuan.
Pada pasien perempuan dewasa usia <50 tahun, reseksi bedah hanya direkomendasikan jika divertikulum lebih panjang dari 2 cm, memiliki pita fibrosa, atau ada abnormalitas lain yang terpalpasi, di mana hal-hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi di kemudian hari.
Pada pasien usia ≥50 tahun, reseksi bedah hanya direkomendasikan jika ada abnormalitas yang terpalpasi, mengingat tingginya risiko mortalitas dan morbiditas pascaoperasi. Abnormalitas yang dapat terpalpasi dalam divertikulum antara lain jaringan ektopik, jaringan indurasi, dan ulserasi, di mana ketiganya dapat menyebabkan perdarahan. Selain itu, risiko kanker dalam divertikulum Meckel pada pasien usia ≥50 tahun juga dapat menjadi pertimbangan reseksi bedah, meskipun prevalensinya rendah.[2,4]
Teknik Reseksi Bedah
Reseksi bedah dapat dilakukan dengan beberapa teknik berikut:
- Divertikulektomi sederhana dengan penutupan bagian dasar atau pangkal divertikulum dengan jahitan atau stapler
- Reseksi baji (wedge) pada dinding intestinal di mana terdapat divertikulum yang ditutup jahitan
- Reseksi segmental intestinal, yaitu reseksi segmen usus halus di mana terdapat divertikulum, dilanjutkan dengan anastomosis end-to-end
- Pemisahan pita fibrosa, dengan atau tanpa divertikulektomi.
Divertikulektomi direkomendasikan pada divertikulum dengan leher sempit yang dapat terpelintir atau menyebabkan obstruksi. Reseksi segmental direkomendasikan jika:
- Usus halus berisiko menyempit jika dilakukan divertikulektomi
- Terdapat abnormalitas yang terpalpasi pada pangkal divertikulum
- Leher divertikulum lebar, yaitu >2 cm
- Divertikulum pendek dengan dasar atau pangkal yang lebar (rasio tinggi:diameter <2), karena berisiko menyisakan jaringan ektopik pada bagian pangkal jika dilakukan divertikulektomi.
- Divertikulum berada di batas mesenterium
- Ada perforasi pada divertikulum Meckel dengan kecurigaan tumor[2,4]
Pada divertikulum Meckel dengan manifestasi klinis utama perdarahan intestinal, reseksi segmental ataupun divertikulektomi sederhana dapat dipilih. Reseksi segmental dapat mengangkat atau menghilangkan mukosa gaster ektopik pada divertikulum dan mukosa intestinal sekitar yang ulserasi. Divertikulektomi juga dapat dipilih karena aman dan memiliki insiden komplikasi yang rendah.[2,3]
Prosedur operasi dapat dilakukan dengan operasi terbuka ataupun laparoskopi. Teknik laparoskopi telah banyak digunakan untuk kasus divertikulum Meckel dan reseksi intestinal, baik pada pasien dewasa maupun anak-anak. Laparoskopi terbukti lebih mudah dan aman. Laparoskopi dapat mempercepat waktu pemulihan tanpa peningkatan komplikasi, menurunkan durasi rawat inap dan total biaya kesehatan.[1,2,4,7]
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembedahan yaitu memastikan suplai darah cukup, mengidentifikasi viabilitas usus, mewaspadai tegangan pada garis jahitan dan potensi stenosis intestinal akibat penyempitan.[3,4]
Antibiotik
Selain tata laksana definitif, antibiotik perlu diberikan segera pada divertikulitis Meckel akut, strangulasi, perforasi, atau jika ada tanda sepsis atau peritonitis. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan antara lain ampicillin, clindamycin, dan cefotetan, dalam kombinasi dengan gentamicin.
Ampicillin
Ampicillin diberikan dengan dosis dewasa dan anak diberikan berdasarkan berat badan. Pada pasien dewasa dengan berat badan <40 kg diberikan injeksi intravena (IV) atau intramuskular (IM) dengan dosis 50 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi. Untuk pasien dewasa dengan berat badan >40 kg diberikan dosis 500 mg/6 jam IV atau IM.
Pada pasien anak dengan berat badan <20 kg diberikan ampicillin per oral dengan dosis 50-100 mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi. Untuk berat badan >20 kg diberikan ampicillin per oral dengan dosis 500 mg/6 jam.[8]
Clindamycin
Clindamycin diberikan secara IV atau IM dengan dosis dewasa yaitu 600–1200 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi.
Dosis anak usia 1 bulan hingga 16 tahun yaitu 20-40 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi. Dosis neonatus yaitu 15-20 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi.[9]
Cefotetan
Cefotetan, diberikan secara IV atau IM dengan dosis dewasa yaitu 1-2 g/12 jam.
Dosis anak yaitu 40-80 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi.[11]
Gentamicin
Gentamicin digunakan bersama dengan antibiotik yang memiliki cakupan terhadap bakteri Gram positif, seperti penicillin atau sefalosporin. Gentamicin diberikan secara IV atau IM dengan dosis dewasa yaitu 3-5 mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis.
Dosis anak-remaja yaitu 2 hingga 2,5 mg/kg/8 jam. Dosis infant yaitu 2,5 mg/kg/8 jam.[10]
Metronidazole
Metronidazole diberikan untuk cakupan terhadap bakteri anaerob. Dosis yang bisa digunakan adalah 800 mg pada pemberian pertama, diikuti dengan dosis 400 mg pada pemberian selanjutnya setiap 8 jam, diberikan selama 7 hari.
Dosis untuk pasien anak usia di atas 8 minggu adalah 7,5 mg/kg, diberikan setiap 8 jam, selama 7 hari.[12,13]
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu pemasangan infus intravena dan mulai dengan pemberian cairan kristaloid. Resusitasi volume perlu dilakukan jika terjadi perdarahan atau dehidrasi yang signifikan.
Transfusi packed red blood cells (PRC) dapat diberikan jika terjadi perdarahan masif. Dekompresi dengan selang nasogastrik dapat dilakukan pada pasien dengan obstruksi intestinal. Intervensi bedah perlu segera dilakukan jika kondisi hemodinamik tidak stabil.[1,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Krisandryka Wijaya