Diagnosis Hernia Epigastrik
Diagnosis hernia epigastrik berdasarkan klinis bukti defek dinding aponeurosis linea alba pada garis tengah abdomen di atas umbilikus sampai processus xiphoideus. Hernia epigastrik dapat bersifat disadarinya benjolan area epigastrik yang asimtomatik, maupun memberikan gejala seperti nyeri, dan rasa tidak nyaman pada ulu hati.[1,5,6,12]
Anamnesis
Keluhan utama untuk hernia epigastrik adalah benjolan pada daerah ulu hati yang dapat hilang dengan sendirinya maupun menetap. Benjolan ini dapat membesar seiring berjalannya waktu.
Keluhan ini dapat disertai dengan nyeri kolik dan rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati. Nyeri biasanya diperberat oleh kondisi tertentu, seperti saat batuk, mengendan, berdiri atau duduk dalam jangka waktu lama, hingga mengangkat atau mendorong benda berat. Akan tetapi, pada beberapa kasus, pasien dapat mengeluhkan nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah ulu hati tanpa munculnya benjolan.
Pada bayi atau anak, orangtua dapat mengeluh anak merengek dan memegang perut yang menandakan adanya nyeri abdomen. Bila terdapat obstruksi akibat hernia epigastrik, pasien dapat mengeluhkan nyeri hebat, mual, muntah, konstipasi, berkeringat, hingga jantung berdebar. Sekitar 25% pasien hernia epigastrik dapat tidak menunjukkan gejala apapun.[1,5,6]
Pemeriksaan Fisik
Temuan yang paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik abdomen adalah massa mobile dengan permukaan rata dan konsistensi lunak pada epigastrik yang hilang-timbul. Bila pasien datang tanpa gambaran benjolan, benjolan akan keluar saat pasien diminta untuk batuk maupun melakukan manuver valsava.
Bila terjadi strangulata pada hernia epigastrik, benjolan dapat memberikan gambaran perubahan warna menjadi kebiruan, disertai adanya distensi abdomen, peningkatan suhu tubuh, dan peningkatan denyut nadi. Penilaian visual analogue scale (VAS) pada kondisi strangulata dapat mencapai skala 8–10.[1,6]
Diagnosis Banding
Terdapat beberapa diagnosis banding hernia epigastrik, antara lain diastasis recti, abses abdomen:
Diastasis Recti
Diastasis recti merupakan terpisahnya m. rectus abdominis pada daerah linea alba secara parsial maupun utuh akibat peregangan otot yang sering terjadi pada kehamilan. Diastasis recti dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambarannya tanpa benjolan yang hilang timbul, melainkan lebih membentuk cekungan pada garis tengah abdomen.[1,6]
Abses
Abses merupakan kantong berisi nanah akibat infeksi bakteri dapat menyebabkan munculnya benjolan pada epigastrik. Abses dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul dengan gerakan pasien dan konsistensi benjolan yang cenderung keras tanpa disertai gejala gastrointestinal.[1,6]
Strain Otot
Strain otot adalah tertarik atau robeknya otot dinding perut akibat penggunaanya secara berlebih dapat menyebabkan rasa tidak nyaman maupun nyeri pada daerah epigastrik disertai munculnya bengkak. Strain otot dapat dibedakan dari hernia dari gambarannya yang akut disertai benjolan yang tidak hilang-timbul.[1,6]
Hematoma
Hematoma merupakan kumpulan darah di luar pembuluh darah. Kumpulan darah ini dapat menyebabkan perubahan warna yang tidak normal pada kulit hingga munculnya benjolan.
Bila hematoma terjadi akibat trauma abdomen, keluhan dapat disertai dengan adanya gejala gastrointestinal. Hematoma dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul maupun berdasarkan pemeriksaan penunjang.[1,6]
Seroma
Seroma adalah kumpulan cairan serosa di subkutis yang dapat terjadi pada daerah bekas operasi. Kumpulan cairan ini dapat menyebabkan gambaran benjolan pada daerah epigastrik. Seroma dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang timbul maupun tidak adanya gejala gastrointestinal.[1,6]
Tumor Jaringan Lunak
Adanya pertumbuhan tumor jaringan lunak jinak, seperti lipoma dan neurofibroma, maupun ganas, seperti sarkoma jaringan lunak, yang terjadi pada daerah epigastrik dapat memberikan gambaran benjolan. Tumor jaringan lunak dapat dibedakan dari hernia epigastrik dari gambaran benjolan yang tidak hilang-timbul serta tidak adanya gejala gastrointestinal.[1,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk hernia epigastrik dilakukan untuk membuktikan defek aponeurosis pada linea alba sepanjang umbilikus sampai processus xiphoideus. Pemeriksaan laboratorium dilakukan sebagai penunjang untuk menilai komplikasi, seperti infeksi, sepsis, maupun gangguan elektrolit yang dapat terjadi pada hernia epigastrik inkarserata dan strangulata.
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan berupa ultrasonography (USG), computed tomography (CT), dan magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan pencitraan diindikasikan terutama pada kondisi tertentu, seperti:
- Obesitas
- Pasien dengan hernia insisional berulang
- Pasien dengan hernia besar
- Nyeri pada abdomen tanpa adanya benjolan maupun pemeriksaan fisik tidak menunjukkan adanya hernia[1–3,6,11]
Gambar 2. Gambaran USG Hernia Epigastrik.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien hernia epigastrik tidak spesifik digunakan sebagai penegakan diagnosis, melainkan digunakan sebagai gambaran bagi klinisi dalam menentukan tatalaksana selanjutnya.[1–3]
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berupa:
- Darah lengkap, dapat ditemukan leukositosis dengan shift to the left pada hernia strangulata
- Elektrolit, ureum, kreatinin, untuk menentukan status hidrasi pasien yang mengalami muntah dan sebagai bagian dari pemeriksaan sebelum tindakan operatif
- Kadar laktat, di mana peningkatannya dapat ditemukan pada hernia strangulata[1–3,6,11]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli