Patofisiologi Malrotasi Intestinal
Patofisiologi malrotasi intestinal berawal dari masa perkembangan fetus. Embriologi traktus gastrointestinal terbagi menjadi foregut, midgut, dan hindgut. Midgut akan berkembang menjadi duodenum bagian distal, jejunum, ileum, sekum, apendiks, kolon asenden, dan kolon transversal proksimal.
Embriogenesis Perkembangan Abdomen Normal
Proses perkembangan usus terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Herniasi dan Rotasi Midgut
Midgut mulai mengalami elongasi dan rotasi pada minggu ke 5-10 gestasi. Pada tahap ini, perkembangan usus terjadi secara cepat sehingga melebihi kavitas abdomen dan kemudian mengalami herniasi. Midgut memiliki aspek kranial (lengkung duodenojejunal) dan kaudal (lengkung cecocolic). Kedua lengkung berotasi 90 derajat berlawanan arah dengan jarum jam terhadap aksis arteri mesenterika superior. Sebagai hasilnya, lengkung duodenojejunal bermigrasi dari posisi superior ke sisi kanan lengkung cecocolic bermigrasi dari posisi inferior ke kiri.[2,4]
Midgut Kembali ke Kavitas Abdomen
Pada minggu ke 10, ketika usus masuk kembali ke kavitas abdomen, usus kembali berotasi 180° berlawanan arah jarum jam, sehingga sekum dan apendiks bermigrasi ke sisi kanan dekat liver yang kemudian akan turun menuju fossa iliaca. Duodenum melewati bawah arteri mesenterika superior menuju sisi kiri dan batas duodenum jejunum difiksasi pada sisi kiri atas abdomen oleh ligamentum Treitz.[4,5]
Fiksasi Mesenterium
Rotasi usus yang terjadi mengakibatkan mesenterium terentang dari ligamentum Treitz hingga paracolic gutter kanan dan memfiksasi usus halus. Sekum difiksasi ke peritoneum posterior oleh Ladd’s band, sedangkan kolon asenden dan desenden difiksasi ke posterior oleh mesenterium yang berfusi dengan peritoneum parietal.[5,6]
Embriogenesis Abnormal pada Malrotasi Intestinal
Kegagalan usus dalam berotasi komplit yaitu 270° berlawanan arah jarum jam dalam ketiga tahap ini dapat berujung pada malrotasi intestinal. Malrotasi cecocolic menyebabkan sekum terletak di mid abdomen (letak tinggi). Pada posisi ini, Ladd’s band yang merupakan jaringan ikat pelekat sekum dan dinding abdomen dapat menekan duodenum dan menimbulkan obstruksi. [7] Obstruksi usus dapat dideteksi dengan pemeriksaan bising usus.
Pemanjangan usus tanpa diikuti dengan rotasi penuh akan membentuk dasar mesenterium yang sempit. Dasar mesenterium yang sempit ini menyebabkan usus rentan untuk terpelintir searah jarum jam yang mengarah ke midgut volvulus. Volvulus kemudian akan mengobstruksi usus dan aliran darah menuju distal usus yang terpelintir akan terhenti sehingga iskemia atau nekrosis usus dapat terjadi.[2,8]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri