Pendahuluan Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous larva migrans adalah infestasi zoonotik yang disebabkan penetrasi dan migrasi larva filariformis cacing tambang pada kulit. Penularan penyakit ini adalah melalui kontak dengan feses binatang yang terinfeksi, seperti anjing dan kucing. Larva cacing tambang yang dapat menyebabkan cutaneous larva migrans antara lain Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum.[1]
Bentuk lesi kulit pada cutaneous larva migrans adalah erupsi kulit eritematosa, serpiginosa, serta pruritik berat yang disebabkan oleh penetrasi larva filariformis cacing tambang secara tak sengaja pada kulit manusia (accidental host). Hal ini disertai migrasi larva di epidermis karena larva tidak mampu menembus membran basalis kulit manusia.
Cutaneous larva migrans adalah penyakit yang bersifat swasirna. Penyakit ini sering disebut juga hookworm-related cutaneous larva migrans (HrCLM) karena etiologi tersering adalah penetrasi dan invasi larva cacing tambang (hookworm). Penyakit ini disebut juga creeping eruption, karena lesi kulit yang berbentuk seperti terowongan pada lapisan epidermis kulit.[2]
Cutaneous larva migrans akan sembuh dengan sendirinya dalam 6-8 minggu setelah larva mati karena tidak dapat meneruskan siklus hidupnya. Namun, pemberian antihelmintik juga berperan besar pada pengobatan pasien karena dapat mempercepat proses penyembuhan. Pada lesi yang luas, pemberian per oral ivermectin atau albendazole dapat menjadi pilihan. Pencegahan infeksi dilakukan dengan memakai alas kaki serta penggunaan sarung tangan ketika berkebun, terutama pada daerah endemik cacing tambang.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Reren Ramanda