Etiologi Folikulitis Malassezia (Fungal Acne)
Etiologi folikulitis malassezia atau yang dikenal dengan fungal acne adalah Malassezia sp yang telah lama diketahui sebagai bagian dari flora normal kulit. Malassezia sp dapat menyebabkan beberapa penyakit kulit seperti pitiriasis versikolor, folikulitis Malassezia, dan dermatitis seboroik.
Beberapa penelitian terakhir juga melaporkan adanya hubungan Malassezia sp dengan dermatitis atopik dan psoriasis. Selain itu, Malassezia juga dihubungkan dengan fungemia, sepsis, dan infeksi invasif pada pasien imunokompromais yang mendapatkan nutrisi parenteral.[3-5]
Malassezia, atau yang sebelumnya juga dikenal dengan nama Pityrosporum, merupakan genus jamur lipofilik yang terdapat pada kulit manusia dan hewan berdarah panas (homeoterm). Hingga saat ini, terdapat 17 spesies Malassezia yang telah diidentifikasi. Terdapat 11 spesies Malassezia sp pada kulit manusia. M. globose, M. sympodialis. dan M. restricta merupakan spesies yang paling banyak ditemukan pada kulit.[4,6]
Malassezia sp tidak dapat mensintesis asam lemak secara independen sehingga membutuhkan minyak yang dihasilkan oleh kulit yang kaya kelenjar sebasea; badan, wajah, dan kulit kepala. Jamur ini juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain, seperti lengan atas, kaki, dan genital, namun dalam jumlah yang lebih sedikit.[5,6]
Malassezia sp tidak memiliki predileksi pada usia atau jenis kelamin tertentu. Pembentukan koloni dimulai segera setelah lahir dan akan terus meningkat jumlahnya seiring bertambahnya usia. Kolonisasi jamur ini pada kulit dilaporkan mencapai 5% pada minggu pertama dan 30% pada minggu 2-4 awal kehidupan. Dengan menggunakan analisis molekular, Malassezia dapat dideteksi sebanyak 89% dari neonatus usia 0 hari dan 100% dari neonatus usia 1 hari setelah lahir.[5,6]
Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya folikulitis Malassezia secara umum terdiri atas faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor-faktor ini berkaitan dengan peningkatan sekresi kelenjar keringat dan sebum, gangguan keseimbangan flora normal, gangguan imunitas set T, dan kolonisasi Malassezia sp yang berlebihan.[1,4,6,7]
Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik berkaitan dengan peningkatan sekresi kelenjar keringat dan sebum dan kolonisasi Malassezia sp.
Berikut ini adalah faktor yang mempengaruhi sekresi kelenjar keringat dan sebum:
- Peningkatan suhu
- Iklim yang lembab
- Keringat
- Pakaian ketat
- Peningkatan sebum[1,4,6,7]
Faktor intrinsik individu:
Hygiene yang buruk seperti kebiasaan jarang mandi, mengenakan pakaian dan handuk berulang kali atau jarang dicuci, dan tidak segera mandi/cuci wajah setelah aktivitas berkeringat.[1,4,6,7]
Genetik yang lebih rentan mengalami infeksi jamur dapat terkait gangguan imunitas sel T. Maupun kondisi imunosupresi, seperti: infeksi HIV, diabetes melitus, penggunaan kortikosteroid.[1,4,6,7]
Penggunaan antibiotik, baik topikal atau oral jangka panjang, yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan flora normal kulit.[1,4,6,7]