Epidemiologi Kandidiasis Mukokutan
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kandidiasis mukokutan banyak ditemukan pada bayi dan lansia, serta pasien imunokompromais, dengan Iran sebagai negara dengan kejadian kandidiasis mukokutan tertinggi dengan angka kejadian 1:9000.
Global
Prevalensi kandidiasis mukokutan bervariasi di dunia, tertinggi di Iran, yakni 1:9000, kedua di Sardinia yakni 1:14.000, dan Finlandia 1:25.000. Meskipun tidak ditemukan predileksi ras terhadap penyakit ini, tetapi penyakit autoimun poliendokrinopati candidiasis ectodernak distrofy (APECED) terbanyak pada ketiga negara tersebut.
Perbandingan kejadian antara wanita dan pria sama, sedangkan berdasarkan umur terbanyak pada bayi dan anak dengan rerata usia 3 tahun, yaitu 60–80% kasus. Selain itu, lansia dan pasien imunokompromais, seperti HIV, juga sering ditemukan mengalami kandidiasis mukokutan.[1,10]
Indonesia
Kasus kandidiasis kutis di Indonesia cukup banyak. Di Manado, didapatkan angka kejadian kandidiasis intertriginosa menempati urutan pertama sebanyak 95,63% dari semua jenis kandidiasis, diikuti oleh paronikia dan onikomikosis.
Sedangkan di Surabaya, kandidiasis intertriginosa menempati urutan pertama sebanyak 50,5% disusul kandidiasis kutis (28,9%). Perempuan lebih sering menderita kandidiasis kutis dibandingkan laki–laki, dan kelompok umur yang paling banyak menderita kandidiasis kutis adalah 45–64 tahun. Kandidiasis vaginalis menjadi penyebab tertinggi infeksi organ reproduksi pada remaja putri sebesar 77% dibanding penyebab lainnya.[11-13]
Mortalitas
Infeksi kandida dapat berkembang menjadi kandidiasis invasif dengan insidensi 0,74–6,0 per 1000 kejadian rawat inap dan mortalitas yang mencapai 30–78%. Spesies Candida yang paling banyak menyebabkan kandidiasis invasif adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida tropicalis, Candida parapsilosis dan Candida krusei.[24]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli