Penatalaksanaan Kista Epidermoid
Penatalaksanaan definitif untuk kista epidermoid adalah eksisi bedah. Kista kecil tanpa komplikasi tidak membutuhkan tata laksana. Perjalanan klinis milium tidak dapat diprediksi. Lesi milium multipel pada bayi baru lahir umumnya menghilang spontan tanpa parut sehingga tidak memerlukan tata laksana.[1]
Terapi Farmakologis
Injeksi triamsinolon dapat dilakukan sebagai terapi farmakologis untuk meredakan proses inflamasi lokal aktif pada kista epidermoid. Dalam kondisi ini, injeksi juga dapat mencegah infeksi dan mengurangi kebutuhan insisi drainase.
Triamsinolon diinjeksi secara intralesi atau ke jaringan sekitar kista yang terinflamasi. Dosis yang diberikan 10 mg/mL untuk lesi trunkus dan 3 mg/mL untuk wajah. Triamsinolon mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan mengembalikan permeabilitas kapiler.[1,2,5]
Antibiotik oral kadang diindikasikan dalam manajemen kista epidermoid terinfeksi, seperti tanda selulitis pada jaringan sekitar lesi. Terapi antibiotika empirik yang dapat diberikan adalah agen oral yang aktif terhadap S. aureus sensitif–methicillin atau terhadap methicillin–resistant S. aureus (MRSA) pada area dengan prevalensi tinggi, misalnya ampicillin atau cefixime.[2,5]
Retinoid topikal dapat digunakan pada milium multipel pada pasien dewasa atau milia en plaque tetapi memiliki manfaat terbatas.[1]
Terapi Nonfarmakologis
Kista epidermoid kecil dapat di tata laksana dengan laser CO2 atau erbium–YAG. Laser CO2 adalah metode invasif minimal yang dilakukan untuk menyingkirkan kista dengan membuat lubang kecil menggunakan laser CO2. Pada lesi kista epidermoid yang berukuran besar maupun berlokasi pada wajah dan area lain yang secara estetik penting, penggunaan erbium–YAG dapat dipertimbangkan.[1,8,11,12]
Pembedahan
Terapi pembedahan kista epidermoid mencakup eksisi lesi dengan mempertahankan dinding kista intak (tanpa kebocoran sebum) atau dengan kebocoran sebum minimal. Rekurensi dapat terjadi bila tidak seluruh dinding kista berhasil dibuang.
Tindakan dilakukan dalam anestesi lokal, misalnya menggunakan lidocaine. Anestesi yang digunakan sebaiknya dikombinasikan dengan epinephrine untuk meminimalisasi perdarahan dan memperpanjang durasi anestesi (lidocaine 2% dengan epinephrine 1:100.000). Anestesi disuntikkan sekitar lesi, hindari injeksi ke dalam lesi.[9]
Insisi dibuat elips dengan diameter kecil dan melibatkan inti sentral atau punctum. Selembar kecil epidermis dapat ikut dibuang untuk menghindari sagging kulit pasca eksisi kista yang besar. Bila kista disertai inflamasi, jaringan parut, atau punctum, insisi dibuat linear pada tengah lesi.
Garis insisi dibuat mengikuti garis tegangan kulit minimal untuk mengoptimalisasi hasil estetik. Pendekatan insisi intraoral juga dapat dilakukan untuk minimalisasi parut wajah. Diseksi dilakukan secara tajam dan tumpul untuk menghindari kebocoran dinding kista.[1,2,5,10]
Penjahitan dibuat berlapis pada subkutis dan epidermis untuk menghasilkan hasil yang optimal. Analisis histopatologi dilakukan rutin setelah eksisi untuk memastikan eksisi komplit, menghindari misdiagnosis, dan mengeksklusi transformasi maligna.[1,2,5,10]
Pembedahan pada Kista Epidermoid yang Dicurigai Ganas
Kista epidermoid dicurigai ganas pada kondisi berikut ini:
- Lesi rekuren
- Bertambah besar dengan cepat
- Gejala berprogresi cepat
- Diameter >2 cm
- Isi kista heterogen[10]
Dalam kondisi demikian, reseksi bedah tetap merupakan terapi pilihan bila lesi memiliki batas tegas. Setelah keganasan dikonfirmasi, terapi disesuaikan dengan diagnosis, dan dapat mencakup kemoterapi dan radioterapi bila diperlukan.[10]
Tindakan Pembedahan Alternatif
Tindakan alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan membuat insisi kecil ke kista dilanjutkan dengan pemijatan manual, kemudian membuang kantung kista yang kosong dengan forceps dan gunting. Meskipun parut lebih kecil, terdapat risiko inflamasi dan drainase yang lebih besar. Sebagian tenaga medis memberikan fenol kepada kantung yang telah kosong. Teknik insisi minimal ini memiliki tingkat rekurensi 1–8%.[1,2,5]
Tindakan alternatif lain adalah punch biopsy 4 mm dilanjutkan dengan ekspulsi kista intak melalui defek yang timbul. Metode ini hanya dapat dilakukan bila ukuran lesi memungkinkan.[1,2,5]
Kondisi di Mana Pembedahan Sebaiknya Ditunda
Tindakan eksisi sebaiknya ditunda bila terdapat proses inflamasi atau infeksi aktif, karena dinding kista lebih rapuh dan diseksi lebih sulit. Pada kondisi demikian, terdapat risiko infeksi, dehisensi luka, dan rekurensi kista yang lebih tinggi. Lesi dapat di eksisi setelah proses infeksi mengalami resolusi, biasanya setelah 1–2 minggu. Tanpa eksisi sebagai manajemen definitif, risiko rekurensi kista lebih tinggi. Injeksi triamsinolon intralesi juga dapat membantu meredakan inflamasi.[1,2,9]
Tindakan insisi dan drainase inisial diindikasikan bila kista epidermoid terinflamasi. Akan tetapi, prosedur ini memiliki potensi rekurensi kista di masa yang akan datang. Setelah insisi drainase, manajemen desinfeksi luka dilakukan dengan irigasi setiap hari. Infeksi dianggap terkontrol bila eritema dan eksudasi sudah tidak ditemukan.[1,2,9]
Pembedahan untuk Milium
Untuk milium, tindakan dapat dilakukan berupa insisi epidermis di atasnya dengan jarum steril atau scalpel kemudian dikompresi manual untuk mengevakuasi isi kista. Alternatif lain adalah eksisi untuk lesi yang lebih besar, serta electrocauter dan ablasi laser, meskipun metode–metode demikian memiliki risiko pembentukan jaringan parut.[1]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli