Diagnosis Sifilis
Diagnosis sifilis primer ditandai dengan chancre soliter tanpa rasa sakit. Sifilis sekunder dapat memiliki berbagai gejala, terutama demam, limfadenopati, ruam, dan kondiloma lata genital atau perineum. Pada sifilis laten, semua manifestasi klinis mereda dan infeksi hanya terlihat pada pengujian serologis. Sifilis tersier dapat bermanifestasi bertahun-tahun setelah infeksi sebagai sifilis gummatosa, penyakit kardiovaskular, atau meningitis sifilis. Neurosifilis dapat berkembang pada setiap tahap sifilis.
Evaluasi gejala klinis sifilis perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) yang reaktif.[1,3]
Anamnesis
Manifestasi sifilis tidak spesifik dan mirip dengan banyak penyakit lainnya. Dokter perlu menanyakan riwayat seksual dan sosial yang menyeluruh, termasuk jumlah pasangan seksual, penggunaan kondom, riwayat infeksi menular seksual pada pasien dan pasangannya, dan paparan produk darah. Pada bayi, tanyakan riwayat ibu, riwayat pajanan pada individu dengan sifilis atau produk darah, dan riwayat pelecehan seksual.
Sifilis Primer
Sifilis primer terjadi 10-90 hari setelah kontak dengan individu yang terinfeksi. Sifilis primer bermanifestasi terutama pada kelenjar penis pria dan vulva atau serviks wanita. Pada beberapa kasus, lesi sifilis dapat ditemukan di anus, jari, orofaring, lidah, puting susu, atau tempat ekstragenital lainnya.
Chancre biasanya dimulai sebagai papula merah yang soliter, menonjol, keras, dan berukuran kecil. Chancre dapat membuat kawah ulseratif di dalam papula, dengan tepi sedikit lebih tinggi. Lesi biasanya sembuh dalam 4-8 minggu dengan atau tanpa terapi.
Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder umumnya muncul sebagai lesi kulit yang polimorfik, tidak gatal, dan lesi pada mukosa. Lesi sering disertai limfadenopati generalisata yang tidak nyeri. Gejala konstitusional seperti malaise, sakit kepala, anoreksia, mual, nyeri pada tulang, dan kelelahan juga dapat muncul.
Sifilis Laten
Pasien sifilis laten umumnya tidak menunjukkan gejala klinis, namun uji serologi sifilis (TSS) reaktif, baik serologi treponema maupun nontreponema. Latensi dapat berlangsung dari beberapa tahun hingga 25 tahun sebelum lesi destruktif dari sifilis tersier bermanifestasi. Pasien mungkin mengingat adanya riwayat gejala sifilis primer dan sekunder sebelumnya.
Sifilis Tersier
Sifilis tersier berkembang secara perlahan dan dapat mengenai organ mana pun. Lesi sifilis tersier gummatosa dapat muncul dalam 3-10 tahun setelah infeksi primer. Pasien bisa mengeluhkan nyeri tulang, dengan karakteristik nyeri yang sangat dalam dan memburuk pada malam hari.
Jika ada keterlibatan sistem saraf pusat, gejala yang muncul akan mewakili area yang terkena. Apabila pasien kelainan terjadi di otak, maka gejala dapat berupa sakit kepala, pusing, gangguan mood, leher kaku, dan penglihatan kabur. Apabila ada keterlibatan sumsum tulang belakang, pasien bisa mengeluhkan gejala bulbar, kelemahan dan pengecilan otot bahu dan otot lengan, inkontinensia, ataupun impotensi.
Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital dini terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Sifilis kongenital lanjut muncul pada anak di atas 2 tahun. Gejala paling awal yang terjadi sebelum usia 2 tahun adalah rinitis, diikuti oleh lesi kulit.
Sifilis kongenital dapat menyebabkan deformitas tulang dan gigi, seperti:
Saddle nose akibat destruksi septum nasi
Saber shins akibat inflamasi dan deformitas berupa lengkungan pada tibia
Clutton’s joint akibat inflamasi pada sendi lutut
Hutchinson’s teeth dimana insisivus pada bagian atas melebar dan bertakik
Mulberry molar dimana molar memiliki banyak puncak[1,18,21]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik bervariasi tergantung stadium sifilis.
Sifilis Primer
Pada sifilis primer dapat dijumpai chancre yang berbentuk ulkus tunggal, tepi teratur, indurasi, dengan dasar bersih, tidak nyeri. Biasanya lesi dimulai dengan papul soliter, kemerahan dan keras yang muncul pada glans penis, vulva, serviks, anus, jari, orofaring, lidah, dan puting. Lesi umumnya sembuh dalam 4 minggu atau 2 minggu dengan antibiotik. Selain itu, bisa juga didapatkan pembesaran kelenjar getah bening regional.[1,3,18]
Sifilis Sekunder
Pada sifilis sekunder dapat dijumpai adanya lesi berbentuk polimorfik, tidak gatal dan seringkali terdapat pembesaran kelenjar getah bening generalisata. Umumnya lesi muncul 3 minggu setelah lesi primer dengan durasi 2-10 minggu. Bila tidak diterapi, lesi dapat hilang sendiri atau dapat pula rekuren dalam 2 tahun.
Gambaran yang sering ditemukan adalah ruam mukokutan difus, berbentuk makulopapular, papular, makular, atau anular papular, nonpruritik, dan simetris. Lesi seringkali ditemukan pada telapak tangan dan kaki. Gambaran lain yang dapat muncul yaitu patchy alopecia, condyloma lata, dan gejala sistemik berupa malaise, demam, myalgia dan arthralgia.[3,18]
Sifilis Laten
Sifilis laten umumnya asimptomatik dan terbagi menjadi laten awal dan laten akhir. Periode laten awal adalah 1 tahun pertama setelah resolusi dari sifilis primer atau sekunder dengan hasil tes serologi reaktif. Bila durasi lebih dari 1 tahun atau tidak diketahui, maka dianggap sebagai periode laten akhir.[3,18]
Sifilis Tersier
Sifilis tersier memiliki progresivitas lambat dan dapat mengenai organ manapun dan menyebabkan kematian. Secara umum sifilis tersier terbagi menjadi sifilis gummatosa, sifilis kardiovaskular, dan neurosifilis.
Lesi gummatosa sering muncul dalam 3-10 tahun setelah terinfeksi berupa infiltrat sirkumskrip kronis, berbatas tegas, dan destruktif yang dapat mengenai kulit, mukosa, atau tulang.[1,3]
Sifilis kardiovaskular umumnya mengenai aorta dan dapat menyebabkan terbentuknya aneurisma, gangguan katup, dan penyempitan ostium koroner.
Neurosifilis dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pada jenis asimtomatik, tidak ditemukan tanda dan gejala tetapi ditemukan abnormalitas pada cairan serebrospinal. Pada jenis simptomatik, neurosifilis dapat muncul sebagai meningitis sifilis, neurosifilis meningovaskular, dan neurosifilis parenkimatosa.[3,4]
Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital terbagi menjadi sifilis kongenital awal (terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan) dan sifilis kongenital akhir (terjadi pada anak berusia diatas 2 tahun.) Tanda yang muncul pada sifilis kongenital awal dapat berupa ruam difus, pengelupasan kulit, hepatosplenomegali, anemia, limfadenopati, demam, ikterik, saddle nose, pseudoparalisis, periostitis, glomerulonefritis, dan gangguan neurologi.[5,7]
Pada sifilis kongenital akhir, tanda yang muncul mirip dengan gejala sifilis tersier pada orang dewasa.[1,7]
Diagnosis Banding
Gejala sifilis tidak spesifik sehingga sering salah didiagnosis sebagai penyakit lainnya. Pada pasien yang terdiagnosis sifilis, sebaiknya dilakukan penelusuran infeksi menular seksual lainnya. Begitu pula bila terdapat ruam generalisata pada pasien dengan infeksi menular seksual, sifilis perlu dipikirkan.[1,18]
Diagnosis banding sifilis yang perlu dipikirkan berdasarkan stadium klinisnya antara lain:
- Sifilis primer: ulkus piogenik, herpes simpleks, balanitis, scabies, limfogranuloma venereum, karsinoma sel skuamosa kulit, penyakit Behcet
- Sifilis sekunder: alopecia areata, erupsi obat, psoriasis, pityriasis rosea, kondiloma akuminata, dermatitis seboroik
- Sifilis Tersier: aktinomikosis, sporotrikosis, neoplasma, tuberkulosis kulit, gagal jantung kongestif, sarkoidosis, stroke
Kesemua diagnosis banding tersebut memiliki tampilan klinis yang mirip dengan sifilis. Untuk membedakan, dapat dilakukan uji serologi seperti VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay).[1,18,21]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan standar untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis.[1,3]
Sifilis Didapat
Pada sifilis yang didapat, mula-mula dilakukan pemeriksaan skrining nontreponema menggunakan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR). Oleh karena dapat terjadi positif palsu atau negatif palsu, perlu dilakukan konfirmasi dengan tes treponema seperti fluorescent treponemal antibody-absorbed test (FT-ABS) dan TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay).[1,3]
Titer antibodi pemeriksaan nontreponema dipengaruhi oleh aktivitas penyakit dan dapat digunakan untuk mengetahui respon terapi dimana titer akan non reaktif seiring penyembuhan penyakit. Peningkatan titer 4 kali lipat mengindikasikan perbedaan yang signifikan antara dua pemeriksaan nontreponemal. Pemeriksaan treponema umumnya akan tetap positif dalam waktu lama dan tidak dipengaruhi oleh aktivitas penyakit atau terapi.[2,3]
Sifilis Kongenital
Pemeriksaan sifilis pada ibu hamil disarankan pada saat kunjungan prenatal yang pertama kali. Wanita berisiko tinggi untuk tertular sifilis harus diperiksa kembali pada trimester ketiga dan saat kelahiran anak. Wanita hamil dengan hasil tes seropositif harus dianggap infeksius kecuali terdapat riwayat terapi yang adekuat dalam rekam medis dan hasil titer antibodi sekuensial menunjukkan penurunan sebesar 4 kali lipat.
Titer serologi harus diperiksa setiap bulan bila pasien memiliki resiko untuk terinfeksi sifilis atau tinggal pada daerah dengan prevalensi tinggi penyakit ini. Setiap wanita yang melahirkan bayi lahir mati setelah 20 minggu masa gestasi disarankan untuk menjalani pemeriksaan sifilis. Menentukan diagnosis sifilis kongenital tidak mudah karena antibodi IgG nontreponema dan treponema dari ibu dapat disalurkan pada bayi. [1,3,7]
Tabel. Klasifikasi Sifilis Kongenital
Klasifikasi | Kriteria | Pemeriksaan lanjutan |
Proven atau highly probable | Pemeriksaan fisik abnormal yang konsisten dengan sifilis kongenital | VDRL |
Hasil kuantitatif pemeriksaan serologi nontreponema titernya 4 kali lipat dibandingkan titer ibu | Hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal | |
Hasil positif pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau PCR menggunakan cairan lesi atau cairan tubuh | Pemeriksaan lain sesuai indikasi, seperti rontgen tulang, rontgen toraks, fungsi hati, pencitraan neurologi, pemeriksaan oftalmologi dan auditory brainstem response | |
Possible | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: | VDRL |
Ibu tidak diterapi secara adekuat atau tidak ada bukti telah diterapi | Hitung jumlah sel dan protein pada cairan serebrospinal | |
Ibu diterapi menggunakan regimen yang berada diluar rekomendasi | Pemeriksaan radiologi pada tulang panjang | |
Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan kurang dari 4 minggu sebelum kelahiran | ||
Less likely | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: | Tidak ada |
Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan lebih dari 4 minggu sebelum kelahiran | ||
Tidak ada bukti reinfeksi atau relaps pada ibu | ||
Unlikely | Bila ditemukan hasil pemeriksaan fisik normal dan pemeriksaan serologi nontreponemal titernya kurang dari 4 kali lipat dengan 1 dari keadaan berikut: | Tidak ada |
Ibu mendapat terapi dengan regimen yang direkomendasikan sebelum kehamilan | ||
Hasil titer serologi nontreponemal tetap rendah dan stabil sebelum hail, saat hamil dan saat kelahiran |
Penulisan pertama oleh: dr. Ricky Dosan