Penatalaksanaan Sifilis
Penatalaksanaan sifilis adalah pemberian antibiotik, di mana pilihan utama adalah benzil benzatin penisilin G. Terapi alternatif dapat menggunakan doxycycline, erythromycin, atau ceftriaxone. Evaluasi terapi dilakukan secara klinis dan serologi pada bulan ke-1, 3, 6, dan 12. Pasien dikatakan sembuh jika ada penurunan titer VDRL dan Rapid Plasma Reagin (RPR) sebanyak 4 kali lipat dalam 6 bulan.[1,21]
Stadium Primer, Sekunder atau Laten Awal
Obat pilihan pada sifilis stadium primer, sekunder atau laten awal adalah:
Benzil benzatin penicillin G (BPG) 2,4 juta IU injeksi intramuskuler dosis tunggal. Obat diberikan pada bokong, dapat dimasukkan sebagian pada setiap bokong ataupun keseluruhan dosis disuntikkan pada satu bokong
Procaine penicillin merupakan terapi lini kedua jika BPG tidak tersedia. Procaine penicillin diberikan 600.000 IU secara intramuskuler per hari, selama 10–14 hari
Pada pasien dengan gangguan perdarahan, pilihan terapinya adalah:
Ceftriaxone 1g intravena per hari selama 10 hari
Doxycycline 200 mg/hari per oral selama 14 hari
Doxycycline juga diberikan pada pasien yang alergi terhadap penicillin.[1,21]
Stadium Laten Lambat
Antibiotik pilihan untuk sifilis stadium laten lambat adalah BPG 2,4 juta IU diberikan secara intramuskuler setiap minggunya dalam 3 minggu berturut-turut, yaitu di hari ke-1, 8, dan 15.
Terapi lini kedua adalah procaine penicillin 600.000 IU secara intramuskuler selama 17-21 hari.
Jika pasien alergi terhadap penicillin, beberapa ahli menyarankan terapi desensitisasi penicillin karena bukti efikasi terapi non-penicillin belum adekuat. Pilihan lain adalah menggunakan doxycycline 200 mg/hari per oral selama 21-28 hari.[1,21]
Neurosifilis, Sifilis Aurikular, dan Sifilis Okular
Antibiotik pilihan untuk neurosifilis, sifilis aurikular, dan sifilis okular adalah benzil penicillin 18–24 juta IU intravena per hari, diberikan sebagai 3-4 juta IU setiap 4 jam selama 10-14 hari.
Pilihan terapi lini kedua adalah:
- Ceftriaxone 1–2 g intravena per hari selama 10-14 hari
- Procaine penicillin 1,2–2,4 juta IU intramuskuler per hari dikombinasikan dengan probenecid 500 mg diberikan 4 kali sehari. Regimen ini diberikan selama 10-14 hari[1]
Sifilis dalam Kehamilan
Pilihan antibiotik untuk ibu hamil dengan sifilis adalah:
- Benzil benzatin penicillin G (BPG) 2,4 juta IU secara intramuskuler dosis tunggal
- Procaine penicillin merupakan terapi lini kedua jika BPG tidak tersedia. Procaine penicillin diberikan 600.000 IU secara intramuskuler per hari, selama 10–14 hari[1]
Pilihan terapi lain menurut Panduan Praktik Klinis oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) adalah:
- Erythromycin 500 mg per oral, 4 kali sehari. Terapi diberikan selama 14 hari untuk ibu hamil dengan sifilis stadium primer dan sekunder, atau 30 hari untuk sifilis laten
- Erythromycin 500 mg per oral, 4 kali sehari, diberikan selama 30 hari untuk ibu hamil dengan sifilis stadium primer dan sekunder, atau lebih dari 30 hari untuk sifilis laten[21]
Sifilis dengan HIV
Berdasarkan rekomendasi CDC, tidak ada regimen sifilis yang lebih efektif untuk mencegah neurosifilis pada pasien dengan HIV positif dibandingkan dengan HIV negatif. Pasien dengan HIV memiliki risiko komplikasi neurologi pada sifilis stadium awal, sering mengalami kegagalan terapi, memiliki risiko lebih tinggi untuk reinfeksi, dan respon serologi lebih lambat dibandingkan dengan pasien tanpa infeksi HIV.[1,2]
Regimen terapi yang direkomendasikan untuk sifilis primer dan sekunder pada orang dewasa dengan HIV adalah sama dengan orang dewasa umumnya. Regimen yang dapat digunakan adalah benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU intramuskuler dosis tunggal. Regimen terapi yang direkomendasikan untuk sifilis laten yaitu benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU intramuskular dosis tunggal untuk sifilis laten awal, dan selama 3 minggu pada sifilis laten akhir.[1,2]
Sifilis Kongenital
Sifilis kongenital dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu proven atau highly probable, possible, less likely, dan unlikely.
Pada proven, highly probable, atau possible, regimen yang direkomendasikan adalah:
Aqueous crystallinepenicillin G 100.000 hingga 150.000 IU/kg/hari diberikan 50.000 IU/kg/dosis intravena setiap 12 jam pada 7 hari pertama, dan setiap 8 jam pada hari selanjutnya hingga 10 hari
- Procaine penicillin G 50.000 IU/kg intramuskuler setiap hari selama 10 hari
Pada sifilis kongenital kategori less likely, regimen yang direkomendasikan adalah benzil benzatin penicillin G 50.000 IU/kg intramuskuler dosis tunggal.
Pada sifilis kongenital kategori unlikely, tidak ada penatalaksanaan yang diperlukan. Benzil benzatin penicillin G 50.000 IU/kg intramuskular dapat dipertimbangkan apabila hasil tes nontreponema positif.[2,3,7]
Reaksi Jarisch Herxheimer
Pasca terapi dengan penicillin, mikroorganisme yang mati seringkali mengeluarkan sitokin inflamasi yang memicu terjadinya reaksi Jarisch Herxheimer. Gejala yang muncul meliputi sakit kepala, myalgia, demam, takikardia, dan malaise. Reaksi ini biasanya muncul dalam 24 jam setelah terapi diberikan. Penanganan untuk reaksi Jarisch Herxheimer adalah terapi suportif untuk mengurangi gejala yang muncul. Wanita hamil yang mengalami reaksi Jarisch Herxheimer perlu dipantau dengan ketat karena berisiko tinggi mengalami komplikasi pada kehamilan.[3,15]
Profilaksis Pasangan Seksual
Profilaksis antibiotik perlu diberikan pada individu yang memiliki kontak seksual dengan pasien positif sifilis pada stadium primer, sekunder, atau laten awal. Profilaksis sebaiknya diberikan dalam 90 hari pertama sejak kontak seksual. Regimen profilaksis yang disarankan adalah benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU intramuskuler dosis tunggal.[3,18]
Follow Up
Pada sifilis primer dan sekunder, pemeriksaan klinis dan serologi disarankan untuk diulang kembali 6-12 bulan setelah terapi dan dibandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya. Apabila gejala menetap atau hasil titer pemeriksaan nontreponema tetap atau meningkat 4 kali lipat selama 2 minggu, pasien dianggap mengalami kegagalan terapi atau reinfeksi. Pada keadaan ini, dilakukan evaluasi HIV dan pemberian terapi ulang dengan benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU/minggu intramuskuler, selama 3 minggu, kecuali bila terdapat bukti neurosifilis dari pemeriksaan cairan serebrospinal.[1,3]
Pada sifilis laten, pemeriksaan serologi nontreponema kuantitatif diulang setelah 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, serta diikuti dengan evaluasi terhadap pemeriksaan HIV. Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan bila terdapat 4 kali peningkatan titer, titer tidak turun dalam 12-24 bulan setelah terapi, atau terbentuk tanda dan gejala sifilis. Bila hasil pemeriksaan cairan serebrospinal positif, maka pasien diterapi sesuai neurosifilis, namun bila negatif maka dilakukan terapi ulang benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU/minggu intramuskuler selama 3 minggu.[3,18]
Pada pasien dengan sifilis tersier ringan dan sifilis kardiovaskular, perlu dilakukan pemeriksaan berkala seumur hidup untuk memantau komplikasi yang terjadi.
Pada pasien dengan neurosifilis perlu dilakukan pemantauan berkala setiap 6 bulan selama minimal 3 tahun dengan pemeriksaan fisik, cairan serebrospinal, dan serologi. Bila terdapat pleiositosis pada cairan serebrospinal, pemeriksaan sebaiknya diulang setiap 6 bulan hingga jumlah sel normal. Bila jumlah leukosit pada cairan serebrospinal tidak turun dalam 6 bulan atau jumlah sel dan protein tidak normal kembali setelah 2 tahun, maka perlu dilakukan terapi kembali.[1,12,13]
Penulisan pertama oleh: dr. Ricky Dosan