Epidemiologi Sifilis
Epidemiologi sifilis dilaporkan lebih tinggi pada negara berkembang dibandingkan negara maju. Sifilis juga memiliki peningkatan prevalensi pada populasi lelaki seks dengan lelaki (LSL), pekerja seks komersial, dan wanita hamil.[5,18,20]
Global
Secara global, prevalensi sifilis paling sering dijumpai pada populasi lelaki seks dengan lelaki (LSL). Data dari WHO yang melibatkan 25 negara yang melaporkan kasus sifilis, menunjukkan bahwa 11 negara memiliki lebih dari 5% pria LSL didiagnosis dengan sifilis akut dan 7 negara di antaranya melaporkan lebih dari 10% pria LSL didiagnosis dengan sifilis akut.
Selain itu, dilaporkan bahwa 1% atau lebih kunjungan antenatal care di 38 dari 78 negara positif saat dilakukan pemeriksaan sifilis. Dari 78 negara ini, rata-rata kunjungan antenatal care dengan pemeriksaan sifilis yang positif adalah 3,2%. Sementara itu, WHO juga melaporkan bahwa lebih dari 5% pekerja seks komersial positif sifilis di 11 negara dan lebih dari 10% pekerja seks komersial positif sifilis di 4 negara dari 32 negara yang melaporkan data epidemiologinya.[5,20]
Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa epidemiologi sifilis menurun sejak adanya penicillin, yakni dari 66,4 kasus per 100.000 orang menjadi 3,9 kasus per 100.000 orang.[19] Data CDC Amerika Serikat pada tahun 2017 melaporkan distribusi kasus sifilis primer dan sekunder terjadi 52% pada LSL, 6% pada pria yang berhubungan seksual dengan pria dan wanita, dan 15% pada pria yang berhubungan seksual dengan wanita saja.[5,20]
Indonesia
Data nasional epidemiologi sifilis di Indonesia belum tersedia. Berdasarkan laporan HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) triwulan IV tahun 2017 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus infeksi menular seksual pada kelompok risiko tinggi didapatkan terbanyak pada wanita pekerja seks komersial. Laporan ini juga menyebutkan bahwa hasil nasional skrining sifilis yang positif pada ibu hamil didapatkan pada 1904 dari 17.544 yang menjalani pemeriksaan.[22]
Mortalitas
Pada orang dewasa, mortalitas umumnya ditemukan akibat komplikasi sifilis tersier, seperti meningitis dan aneurisma pada aorta ascendens. Sementara itu, sifilis kongenital hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama abortus dan kematian bayi intrauterin di dunia.[3,5]
Sebuah studi di Amerika Serikat (2020) menunjukkan ada 6.498 kematian akibat sifilis sepanjang tahun 1968-2015. Dari jumlah tersebut, 4.149 terjadi pada pria dan 2.349 terjadi pada wanita. Tingkat mortalitas tahunan sifilis dilaporkan terus menurun dari tahun ke tahun.[24]
Penulisan pertama oleh: dr. Ricky Dosan