Diagnosis Tinea Corporis
Diagnosis tinea corporis perlu dipikirkan pada pasien yang datang dengan lesi gatal annular berskuama dan central healing. Kondisi ini umumnya bisa dengan mudah ditegakkan secara klinis. Meski begitu, beberapa kasus dapat menunjukkan gambaran atipikal, misalnya akibat penggunaan kortikosteroid. Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH dan kultur jamur bisa mengonfirmasi diagnosis.[1,2,4]
Anamnesis
Pada tinea corporis, keluhan utama biasanya adalah adanya lesi annular di badan yang berwarna merah, bersisik, dan gatal. Keluhan lesi biasanya disertai pruritus ringan. Lesi muncul di batang tubuh, leher, lengan, ataupun tungkai.
Tanyakan juga faktor risiko pada pasien, seperti riwayat paparan dengan orang yang dicurigai menderita dermatofitosis maupun benda kepemilikan mereka, tinggal di daerah yang hangat dan lembab, serta riwayat gangguan imun seperti diabetes mellitus, HIV, dan keganasan.[1,2,4]
Pemeriksaan Fisik
Tinea corporis memiliki karakteristik berupa lesi tunggal atau multipel berbentuk bulat, oval, anular dengan batas tegas, dapat disertai eritematosa minimal dan skuama, dengan batas tepi lesi meninggi.
Lesi awal dapat berupa titik putih kecil, menyebar secara sentrifugal meninggalkan bagian tengah yang bersih (central clearing / ringworm). Dapat ditemukan papul, vesikel, dan pustul pada tepi lesi.
Lesi multipel dapat berkoalesens membentuk pola polisiklik. Predileksi tinea corporis pada dewasa di area kulit yang terekspos, sedangkan pada anak di area batang tubuh.[1,2,4]
Diagnosis Banding
Diagnosis tinea corporis cukup mudah ditegakkan. Namun penyakit ini dapat didiagnosis banding dengan tinea versicolor dan pitiriasis alba. Pemeriksaan penunjang, yaitu kerokan kulit dan kultur dapat dilakukan untuk mengeksklusi diagnosis banding.[2,4]
Tinea Versicolor
Pada pasien dengan tinea versicolor, dapat dijumpai makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan disertai skuama halus. Lesi tidak memiliki central healing.[2,4]
Pityriasis Alba
Pityriasis alba merupakan penyakit kulit yang sering timbul pada anak-anak dan remaja. Lesi awalnya berupa makula berskuama dengan warna kemerahan dan batas tidak tegas, yang kemudian menghilang dan meninggalkan bekas hipopigmentasi. Predileksi pityriasis alba adalah di wajah, lengan atas, leher, dan bahu.[2,4]
Pityriasis Rosea
Pada pityriasis rosea, terdapat Herald patch yang tidak gatal. Lesi juga luas pada tubuh. Erupsi bersifat simetris dalam 4-14 hari kemudian dengan karakteristik seperti ‘pohon natal’ di area punggung dan berbentuk ‘V’ di bagian dada.[2,4]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis tinea corporis dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk diagnosis tinea corporis adalah pemeriksaan mikroskop kerokan kulit. Pemeriksaan lainnya dilakukan apabila terapi tidak efektif dan menyingkirkan diagnosis banding.[1-3]
Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH berperan sebagai metode konfirmasi diagnosis. Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel melalui kerokan kulit pada batas aktif lesi. Kerokan kulit dicampur dengan KOH 10%-20% lalu dipanaskan sedikit di atas api. KOH akan melarutkan epitel.
Prosedur pemeriksaan ini sederhana, murah, cepat, dan efisien. Meski begitu, sebesar 15% kasus tinea yang didiagnosis dengan KOH dapat menunjukkan hasil negatif palsu.[1-3]
Penambahan 36% Dimetil Sulfoksida (DMSO) pada KOH dapat mempercepat proses pemeriksaan tanpa pemanasan, memberikan transparansi pada keratinosit, dan visualisasi elemen jamur yang lebih baik. Hasil pemeriksaan positif ditandai dengan terdapat filamen hifa septa panjang, halus, refraktil, bercabang, bergelombang, dengan atau tanpa artrokonidiospor.[2,3]
Dermoskopi
Dermoskopi merupakan pemeriksaan non-invasif yang dapat membantu menegakkan diagnosis tinea.
Temuan dermoskopi pada kasus tinea corporis yaitu eritema difus, distribusi pembuluh darah berupa titik-titik terputus di bagian tepi, skuama halus di bagian tepi membentuk gambaran ‘moth-eaten scale’, pengelupasan kulit ke arah luar, serta bintik coklat yang dikelilingi oleh halo putih-kuning.[2,3]
Kultur
Pemeriksaan kultur jamur merupakan pemeriksaan baku emas dalam diagnosis dermatofita, terutama jika diagnosis meragukan atau infeksi sudah menyebar luas dan parah, atau pada kasus resisten terhadap pengobatan. Namun, pemeriksaan ini tidak selalu dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama (7-14 hari, pada kasus tertentu lebih dari 4 minggu), biaya pemeriksaan cukup mahal, dan tidak terdapat di semua institusi.
Hasil kultur dikatakan negatif apabila tidak terdapat pertumbuhan dalam 4 minggu pada suhu ruangan. Medium kultur yang digunakan adalah agar Sabouraud pepton-glukosa, Modified Sabouraud Dextrose Agar, atau Agar Mycose. Identifikasi spesies berdasarkan karakteristik koloni, morfologi, dan tes fisiologi.[1-3]
Histopatologi
Sampel histopatologi yang diambil dari biopsi kulit dapat dilakukan pada lesi yang atipikal atau persisten. Pewarnaan dilakukan dengan dengan asam Schiff periodik untuk menunjukkan dinding sel dermatofit pada kulit. Dapat ditemukan dermatofit berwarna pink di stratum korneum.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Rainey Ahmad Fajri Putranta