Diagnosis Uban Prematur
Diagnosis uban prematur atau premature gray hair atau kanitis prematur, berdasarkan klinis perubahan warna rambut >5 helai menjadi keabuan pada usia <25 tahun untuk keturunan Asia, termasuk Indonesia. Adanya uban prematur dapat terkait dengan kondisi klinis lain, seperti defisiensi vitamin B12, hipotiroid maupun hipertiroid, vitiligo, dan sindrom Progeria.[1,2,11]
Anamnesis
Pada anamnesis, umumnya pasien menyadari munculnya uban pada usia dewasa muda atau sebelumnya dengan jumlah dan sebaran yang bervariasi. Pada pria, kanitis biasanya dimulai dari area pelipis dan cambang. Pada wanita biasanya uban akan dimulai dari sekitar batas rambut depan. Secara bertahap, rambut kanitis akan meluas ke puncak kepala, sisi kepala, dan belakang kepala.[1,8]
Onset timbulnya uban dan kondisi lain yang menyertai, seperti bercak putih, rasa kesemutan, keluhan gatal dan disestesi pada kulit juga perlu ditanyakan saat anamnesis. Status nutrisi, riwayat keluarga dengan keluhan yang sama, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat pengobatan sebelumnya juga perlu ditanyakan. Hal ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko.
Beberapa obat yang telah dihubungkan dengan munculnya uban prematur adalah chloroquine, mephenesin, phenylthiourea, triparanol, dan xylazine. Penggunaan obat ini perlu ditanyakan. Selain itu, penggunaan bahan kimia atau agen topikal seperti dithranol, chrysarobin, resorcin, dan analog prostaglandin F2 alfa (PGF2 alfa) juga berhubungan dengan uban prematur sehingga perlu digali dari anamnesis.[1,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya >5 helai rambut atau ≥1 area kulit kepala yang mengalami uban prematur. Warna keabuan yang terlihat pada uban sebenarnya adalah ilusi optik, dimana keratin yang berwarna kuning pucat terlihat putih akibat refleksi atau refraksi dari cahaya. Rambut uban umumnya lebih kasar, kaku, dan lebih sulit diatur daripada rambut yang lebih gelap.[1,11]
Pada pria, uban pertama paling sering terjadi di area pelipis dan cambang, kemudian menyebar ke verteks dan area oksipital umumnya adalah yang terakhir. Pada wanita, uban pertama kali terlihat di batas kulit kepala.[1,2]
Salah satu sistem skoring pada uban prematur adalah graying severity score (GSS). Sistem skoring diawali dengan membagi regio scalp berdasarkan 5 regio, yaitu frontal, vertex, temporal kiri dan kanan, serta occipital. Tiap regio dihitung persentase uban, kemudian dinilai dengan skor 1 (<10% uban/cm2); skor 2 (10%–30% uban/cm2); dan skor 3 (>30% uban/cm2). Skor per regio ini dijumlahkan, dengan hasil ringan (0–5); sedang (6–10); dan berat (11–15).[26]
Terdapat skoring lainnya untuk mengklasifikasikan uban sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan persentase rambut yang terlibat, jumlah rambut yang terlibat, atau persentase rambut yang terkena di berbagai area kulit kepala. Namun, belum ada sistem yang disepakati secara global.[1,15,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari uban prematur antara lain poliosis, sindrom penuaan dini, kanitits subita, dan gangguan rambut hipomelanosis.
Poliosis
Poliosis adalah kondisi dimana rambut berwarna putih akibat kurangnya pigmen melanin pada folikel rambut, tetapi tidak melibatkan rambut kepala melainkan area kulit yang memiliki rambut seperti alis dan bulu mata. Poliosis dapat muncul pada usia berapapun, tapi seringkali muncul sejak lahir.
Poliosis umumnya terjadi karena mutasi genetik seperti yang terjadi pada sclerosis tuberous, piebaldisme, dan Sindrom Waardenburg. Poliosis juga dapat terjadi pada vitiligo, sindrom Woolf, dan sindrom Ziprkowski.[17]
Sindrom Penuaan Dini
Sindrom penuaan dini atau premature aging syndrome dapat bermanifestasi pada kulit dengan adanya sklerodermoid dengan atrofi jaringan subkutan. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat disertai uban prematur, alopecia, telangiektasis, hiperkeratosis ulserasi, soft tissue wasting, dan mottled pigmentation.[18]
Kanitis Subita
Kanitis subita merupakan kondisi yang sangat jarang dijumpai, di mana pasien mengeluhkan rambutnya memutih dalam semalam. Tidak diketahui pasti penyebabnya, namun kanitis subita dikaitkan pula dengan vitiligo, telogen effluvium, alopecia areata, dan faktor psikogenik.[1,19]
Gangguan Rambut Hipomelanosis
Gangguan rambut hipomelanosis berbeda dengan uban prematur. Gangguan rambut hipomelanosis umumnya terjadi secara difus dan juga terlokalisasi. Beberapa kondisi yang dapat memicu gangguan rambut hipomelanosis antara lain sindrom Hermansky-Pudlak, sindrom Chediak-Higashi, dan sindrom Tietz. Hipomelanosis pada anak juga dapat disebabkan oleh gangguan neurokutaneus, seperti pada sindrom Griscelli, sindrom Chediak–Higashi, dan sindrom Elejalde.[1,2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada kasus uban prematur, tetapi dapat membantu dalam identifikasi etiologi. Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan seperti pemeriksaan fungsi tiroid pada kecurigaan hiper- atau hipotiroid, biomarker, dan trikoskopi.[1]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang mungkin bermanfaat dalam identifikasi etiologi uban prematur mencakup kadar serum vitamin B12, kalsium, serum ferritin, asam folat, vitamin D, dan kadar hormon tiroid. Pemeriksaan ini dapat dipertimbangkan apabila terdapat kecurigaan etiologi tersebut, terutama pada individu tanpa riwayat keluarga dengan uban prematur.[20]
Biomarker
Parameter stres oksidatif dan antioxidant defense juga dapat dipertimbangkan untuk diperiksa. Pemeriksaan dapat mencakup kadar serum malondialdehyde (MDA), serum reduced glutathione (rGSH), dan serum superoxide dismutase (SOD). Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kadar serum MDA, penurunan kadar serum rSGH, dan juga penurunan kadar SOD pada pasien dengan uban prematur.[1,21]
Trikoskopi
Pemeriksaan trikoskopi bertujuan untuk menilai kondisi kulit kepala dan rambut secara mikroskopis. Meski demikian, trikoskopi masih terbatas dan belum direkomendasikan penggunaannya dalam praktik klinis.[1]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli