Diagnosis Vitiligo
Diagnosis vitiligo secara umum dapat langsung ditegakkan berdasarkan temuan klnis berupa makula atau bercak depigmentasi yang dikelilingi oleh kulit normal. Lampu Wood dan dermoskopi dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis.[1]
Anamnesis
Pasien vitiligo biasanya datang dengan keluhan bercak putih yang berwarna seperti kapur atau putih susu dan berbatas tegas. Ukuran lesi dapat bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga sentimeter.
Sebagian pasien mengeluhkan rasa gatal atau nyeri pada lesi. Pada anamnesis, perlu juga ditanyakan onset gejala, luas lesi, dan progresivitas lesi. Riwayat penyakit autoimun dan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, dan Addison disease perlu tanyakan.
Selain itu, perlu diketahui riwayat vitiligo, penyakit autoimun, dan penyakit tiroid pada keluarga. Kemungkinan penyebab depigmentasi kulit lain perlu disingkirkan. Riwayat pekerjaan atau riwayat terpapar dengan bahan kimia serta riwayat pengobatan perlu diketahui.[1,6,13,14]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, tampak makula hipopigmentasi yang berwarna putih seperti susu. Biasanya tidak terdapat eritema, tetapi pada beberapa kasus, vitiligo disertai dengan inflamasi pada tepi lesi. Lesi dapat berbentuk bulat, oval, atau linier dengan batas tegas dengan tepi yang dapat berbentuk seperti gerigi.
Lesi sering ditemukan simetris dan menyebar secara sentrifugal. Penambahan ukuran lesi disertai dengan hilangnya epidermis fungsional dan terkadang hilangnya melanosit folikel rambut.[1,2]
Persebaran Lesi
Secara umum, vitiligo diklasifikasikan sebagai vitiligo segmental, nonsegmental, dan campuran. Pada vitiligo segmental atau unilateral, lesi hanya muncul pada satu segmen tubuh, misalnya tungkai, lengan, atau wajah. Lesi muncul dalam pola dermatom atau quasi-dermatom. Biasanya onset tipe ini muncul pada usia lebih muda. Kemudian, lesi akan mengalami progresivitas yang cepat selama sekitar 6-24 bulan, lalu menetap.[1,2,6,10]
Pada vitiligo nonsegmental/bilateral, lesi muncul pada kedua sisi tubuh, misalnya kedua tangan atau kedua lutut. Awalnya, lesi sering muncul pada tangan, ujung jari, pergelangan tangan, sekitar mata atau mulut, atau pada kaki. Kemudian, lesi cenderung bertambah besar dan semakin jelas terlihat. Progresivitas vitiligo tipe ini cenderung lambat. Tipe ini merupakan tipe yang paling sering.[6,10]
Onset vitiligo campuran menyerupai vitiligo segmental, kemudian berkembang menjadi vitiligo nonsegmental dalam periode 6 bulan.[1,10]
Lokasi Predileksi
Area yang paling umum terlibat adalah wajah, leher, lengan bawah, kaki, punggung tangan, dan kulit kepala. Lesi pada wajah biasanya ditemukan di periokular dan perioral. Selain itu, lesi dapat timbul di area yang sering mengalami trauma, seperti tonjolan tulang, siku, dan lutut. Berdasarkan lokasi lesinya, vitiligo dapat dibedakan menjadi:
- Vitiligo fokal: lesi pada tipe ini berupa makula soliter atau dalam jumlah sedikit yang tersebar dalam 1 area, paling sering terlihat dalam pola distribusi saraf trigeminal, meski leher dan badan juga sering terkena. Tipe ini sering ditemukan pada anak
- Vitiligo akrofasial: lesi pada tipe ini berupa depigmentasi pada distal ekstremitas dan/atau wajah. Sering tampak pada ujung jari dan daerah periorifisium
- Vitiligo generalisata: lesi pada tipe ini paling sering ditemukan. Plak depigmentasi terdistribusi secara luas dan simetris pada seluruh permukaan tubuh. Sering ditemukan pada area yang terkena tekanan, gesekan, dan/atau trauma
- Vitiligo universal: lesi pada tipe ini berupa plak dan makula depigmentasi pada hampir seluruh tubuh (80–90% permukaan tubuh). Dapat berkembang hingga terjadi depigmentasi komplit pada kulit dan rambut. Biasanya subtipe ini berhubungan dengan sindroma endokrinopati multipel
- Vitiligo mukosal: lesi pada tipe ini hanya melibatkan membran mukosa oral dan/atau genital[1,2]
Fenomena Koebner merupakan perkembangan vitiligo di area yang mengalami trauma, seperti luka, luka bakar, atau abrasi. Koebnerisasi dapat terjadi pada 20–60% pasien vitiligo. Temuan klinis lainnya adalah halo nevus, yaitu lingkaran depigmentasi di sekitar nevus melanositik.
Klasifikasi
Berikut ini adalah varian klinis yang paling umum dari vitiligo, yaitu vitiligo trikrom, quadrikrom, dan pentakrom.
- Vitiligo trikrom: pasien memiliki makula depigmentasi dan makula hipopigmentasi di samping dari pigmen kulit yang normal, sehingga terdapat tiga warna kulit berbeda pada pasien yang sama. Daerah hipopigmentasi akan berkembang menjadi depigmentasi total
- Vitiligo quadrikrom: pasien memiliki lesi tambahan berupa hiperpigmentasi marginal atau perifolikular. Varian ini lebih sering ditemukan pada individu berkulit gelap, terutama pada daerah yang mengalami repigmentasi
- Vitiligo pentakrom: pasien memiliki makula hiperpigmentasi biru keabuan yang menunjukkan area inkontinensia melanin (melanin dermal)[4,15,18]
Terdapat juga varian subtipe yang langka, seperti:
- Vitiligo punctata: depigmentasi punctiform berbatas tegas dengan ukuran 1 hingga 1,5 mm yang dapat melibatkan area tubuh manapun. Jika lesi ini tidak disertai dengan makula vitiligo klasik, maka disebut sebagai "leukoderma punctata"
- Vitiligo hipokromik (vitiligo minor): makula hipopigmentasi dalam distribusi seboroik pada wajah dan leher disertai dengan makula hipopigmentasi pada badan dan kulit kepala. Subtipe ini ditemukan pada individu berkulit gelap
- Vitiligo folikuler dengan leukotrikia: tanpa adanya depigmentasi pada epidermis sekitarnya[1,18]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit dapat disalah artikan sebagai vitiligo, seperti tinea versicolor, pityriasis alba, piebaldisme, hipomelanosis.
Tinea Versicolor
Tinea versicolor adalah infeksi jamur superfisial yang dapat menyebabkan hilangnya pigmen pada orang yang berkulit lebih gelap. Tampilan klinisnya muncul berupa makula hipopigmentasi disertai dengan skuama halus yang biasanya ditemukan pada badan punggung dan dada. Pada pemeriksaan lampu Wood menunjukkan warna kuning keemasan. Pada pemeriksaan dengan potasium hidroksida (KOH), dapat terlihat adanya hifa.
Pityriasis Alba
Pityriasis alba memiliki skuama halus cenderung berbentuk papul dan memiliki batas yang tidak tegas.
Piebaldisme
Piebaldisme adalah kelainan autosomal dominan di mana tidak terdapat melanosit pada lesi kulit. Biasanya muncul sejak lahir dengan daerah depigmentasi disekitar garis tengah tubuh bagian depan. Biasanya terbatas pada kepala dan badan.
Hipomelanosis Gutata Idiopatik
Hipomelanosis gutata idiopatik muncul dengan tampilan klinis berupa makula putih diskret berukuran kecil pada badan atau ekstremitas yang terpapar sinar matahari.
Hipomelanosis Makula Progresif
Hipomelanosis makula progresif adalah penyakit yang sering salah didiagnosis. Ini paling sering ditemukan pada pasien Afro-Amerika yang berasal dari negara tropis. Keluhan muncul berupa makula hipopigmentasi dengan batas tidak tegas, numular, konfluens, tanpa skuama, dan ditemukan pada daerah di sekitar garis tengah tubuh dan jarang meluas ke ekstremitas proksimal, serta kepala dan leher.
Lichen Sclerosus Et Atrophicus
Berbeda dengan vitiligo, kelainan ini biasanya disertai dengan perubahan tekstur kulit.
Nevus Depigmentosus
Nevus depigmentosus merupakan lesi depigmentasi berbatas tegas, yang biasanya muncul sejak lahir. Terdapat defek pada melanosit, dengan kelainan morfologi dari melanosom.[2,14]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis vitiligo biasanya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium. Lampu Wood atau dermoskopi dapat membantu menegakkan vitiligo pada individu dengan warna kulit terang. Pemeriksaan penunjang seperti biopsi kulit atau tes lain tidak diperlukan kecuali untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain jika diagnosis meragukan[1]
Lampu Wood
Lampu Wood merupakan alat radiasi ultraviolet yang memancarkan sinar ultraviolet A (UVA). Alat ini dapat membantu mengidentifikasi hilangnya melanosit fokal dan mendeteksi area depigmentasi yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Alat ini berguna terutama pada individu yang memiliki warna kulit terang. Di bawah lampu Wood, lesi vitiligo menunjukkan fluoresensi putih kebiruan cerah dengan batas yang tegas.[1]
Dermoskopi
Dermoskopi biasanya digunakan untuk membedakan vitiligo dari kelainan depigmentasi kulit lainnya. Vitiligo biasanya menunjukkan pigmentasi perifolikular residual dan telangiektasia, yang tidak ditemukan pada kelainan hipopigmentasi lainnya. Alat ini sangat berguna untuk menilai progresivitas penyakit dan tahapan evolusi vitiligo: lesi progresif menunjukkan pigmentasi perifolikular, sedangkan lesi stabil atau lesi remisi menunjukkan depigmentasi folikular.[1]
Histologi
Tidak ditemukan melanosit dalam lesi dapat dinilai dengan mikroskop confocal in vivo atau dengan biopsi kulit. Histologi dari pusat lesi vitiligo menunjukkan hilangnya pigmen melanin pada epidermis dan tidak ditemukannya melanosit. Limfosit sesekali dapat terlihat pada tepi lesi.[1]
Pemeriksaan Laboratorium
Vitiligo memiliki hubungan dengan penyakit autoimun lainnya, sehingga pemeriksaan laboratorium skrining, seperti thyroid stimulating hormone, antinuclear antibody, serta pemeriksaan darah lengkap dapat bermanfaat. Dokter juga perlu mempertimbangkan pemeriksaan serum antithyroglobulin dan antithyroid peroxidase antibodies, terutama jika terdapat riwayat penyakit keluarga.[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja