Diagnosis Addison Disease
Gejala klinis Addison disease bersifat non spesifik, sehingga diagnosis Addison disease umumnya baru diketahui ketika pemicu tertentu mengakibatkan kondisi akut berupa krisis Addison.
Anamnesis
Perjalanan Addison disease bersifat kronis dengan gejala-gejala nonspesifik, seperti kelelahan, penurunan berat badan, mual, muntah, pusing berputar, penurunan nafsu makan, dan rasa berdebar-debar. Gejala klinis umumnya muncul setelah terjadi kerusakan adrenal >90%.[1-3]
Pada anamnesis lebih lanjut dapat ditemukan adanya keluhan pusing berputar dengan hipotensi ortostatik, yang terkadang dapat mengakibatkan sinkop. Keluhan lainnya dapat berupa mialgia, paralisis flaccid, nyeri sendi, dan salt craving.[2]
Karena perjalanan penyakit sering kali tidak disadari, Addison disease umumnya baru terdiagnosis setelah stresor atau penyakit tertentu, misalnya infeksi, memperjelas kondisi defisiensi kortisol dan mineralokortikoid, dan memicu terjadinya krisis Addison.[5,9]
Pada krisis adrenal, dapat dijumpai tanda-tanda akut abdomen berupa nyeri perut dan mual muntah hebat. Keadaan umum pasien dapat berupa gelisah, penurunan kesadaran, hingga koma.[2,3,9]
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital dapat menunjukkan hipotensi dan takikardia sebagai akibat defisiensi glukokortikoid dan mineralokortikoid.[1,2]
Pada inspeksi kulit, dapat dijumpai hiperpigmentasi pada kulit dan mukosa, umumnya lebih banyak pada area kulit yang terpapar sinar matahari, sisi ekstensor, siku, buku-buku jari, lutut, dan bekas luka yang muncul setelah onset penyakit. Dapat pula dijumpai vitiligo bersamaan dengan hiperpigmentasi pada Addison disease autoimun idiopatik.[1-3,5]
Pasien yang mengalami krisis Addison dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi berat, syok refrakter, sianosis, dan hiperpireksia.[1-3,5,9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding Addison disease cukup luas, tergantung oleh gejala yang muncul. Oleh karena Addison disease umumnya terdiagnosis setelah muncul gejala akut berupa krisis adrenal, maka perlu dipikirkan juga diagnosis banding dengan kondisi lain yang memiliki manifestasi klinis menyerupai krisis adrenal.[2]
Insufisiensi Adrenal Sekunder
Insufisiensi adrenal sekunder disebabkan oleh kelainan pada kelenjar pituitari anterior, sehingga mengganggu sekresi ACTH. Defisiensi ACTH dapat disertai defisiensi hormon pituitari lainnya. Insufisiensi adrenal sekunder menunjukkan beberapa gejala yang serupa dengan Addison disease akibat defisiensi glukokortikoid dan mineralokortikoid, seperti hipotensi dan takikardia.[1,2,16]
Untuk membedakan Addison disease dan insufisiensi adrenal primer, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa prolonged ACTH stimulation test. Pada insufisiensi adrenal sekunder, kelenjar adrenal dapat mensekresi kortisol setelah stimulasi prolonged dengan ACTH, sedangkan pada Addison disease, kelenjar adrenal tidak berespons terhadap ACTH.[16]
Peritonitis
Salah satu gejala krisis adrenal akibat Addison disease adalah gejala akut abdomen, berupa nyeri perut berat disertai mual muntah hebat, yang dapat menyerupai gejala peritonitis. Peritonitis akut dapat terjadi akibat ruptur atau perforasi organ berongga, yang umumnya memerlukan pembedahan.[17,18]
Untuk mencari tahu penyebab kondisi akut abdomen, diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang komprehensif, juga pemeriksaan penunjang berupa USG abdomen atau CT scan abdomen untuk menentukan penyebab dan tindakan selanjutnya.[17]
Pemeriksaan Penunjang
Tinjauan cepat pada gejala dan temuan klinis dapat mengarahkan ke pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan Laboratorium
Rapid Adrenocorticotropic Hormone Stimulation Test:
Rapid ACTH stimulation test bertujuan mengetahui kapasitas fungsional korteks adrenal untuk menyintesis kortisol. Peningkatan kortisol dan aldosteron plasma di atas nilai basal setelah injeksi ACTH menggambarkan fungsi korteks adrenal.[2]
Sebelum tes, sampel darah pasien diambil terlebih dahulu untuk pemeriksaan kortisol dan aldosteron basal. Kemudian, 250 mcg ACTH sintetik disuntikkan secara IM atau IV. Pada menit ke-30 dan 60, sampel darah pasien diambil kembali untuk pemeriksaan kortisol dan aldosteron.[2]
Pada kondisi normal, kortisol serum meningkat pada menit ke-30 atau 60 setelah injeksi menjadi di atas 18 g/dL. Nilai kortisol kurang dari 18-20 mcg/dL bersifat diagnostik. Sedangkan nilai aldosteron basal kurang dari 5 ng/100 mL yang tidak meningkat setidaknya sebanyak 4 ng/100 mL pada menit ke-30 setelah injeksi menunjukkan fungsi mineralokortikoid abnormal dari korteks adrenal.[1,2,9]
Pada pasien dengan Addison disease, kortisol dan aldosteron tidak berespons atau berespons minimal terhadap ACTH, bahkan setelah stimulasi diperpanjang selama 24-48 jam.[2]
Pemeriksaan Adrenocorticotropic Hormone Plasma:
Jika respons kortisol setelah rapid ACTH stimulation test menunjukkan hasil inadekuat, diperlukan pemeriksaan ACTH plasma. Pemeriksaan ACTH plasma berguna untuk membedakan Addison disease dengan insufisiensi adrenal sekunder.[2,9]
Pada pasien dengan Addison disease, nilai ACTH umumnya meningkat melebihi 250 pg/mL.Sedangkan pada insufisiensi adrenal sekunder akibat kelainan pituitari, plasma ACTH normal atau rendah.[1,9]
Pemeriksaan Kortisol Serum Pagi:
Kortisol serum pagi lebih dari 18 g/dL umumnya menyingkirkan diagnosis Addison disease, sedangkan nilai di bawah 6 g/dL sugestif menunjukkan insufisiensi adrenal.[9]
Pemeriksaan Kimia Darah:
Pemeriksaan kimia darah pasien Addison disease umumnya menunjukkan hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis metabolik ringan. Hiponatremia disebabkan oleh rendahnya kadar kortisol dan aldosteron. Hilangnya aktivitas aldosteron menyebabkan natriuresis dan retensi kalium, sehingga dapat mengakibatkan hiperkalemia yang mengancam nyawa.[1,2,5]
Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN) mengalami peningkatan akibat hipovolemia dan penurunan filtrasi glomerulus. Pada sebagian pasien juga dapat ditemukan hiperkalsemia dan hipoglikemia. Hipoglikemia dapat disebabkan berkurangnya asupan oral dan/atau defisiensi glukokortikoid yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis.[2]
Pemeriksaan Darah Lengkap:
Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan anemia normositik normokromik yang awalnya dapat tersamarkan oleh dehidrasi dan hemokonsentrasi. Kondisi tersebut umumnya responsif terhadap terapi penggantian glukokortikoid.[2]
Kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH):
Peningkatan TSH dapat ditemukan pada Addison disease atau insufisiensi adrenokortikal sekunder akibat defisiensi ACTH. Temuan tersebut mungkin dapat bersifat reversibel dengan terapi penggantian kortisol.[2]
Pemeriksaan Autoantibodi:
Pemeriksaan autoantibodi dapat menunjukkan adanya autoantibodi adrenal, seperti antibodi 21-hidroksilase; dan/atau autoantibodi tiroid, seperti antithyroglobulin (anti-Tg) dan antithyroid peroxidase (anti-TPO).[1,2,5]
Pemeriksaan Aktivitas Renin Plasma (PRA):
Aktivitas renin plasma meningkat pada Addison disease dan terkadang berguna membedakan Addison disease dan insufisiensi adrenal sekunder. Pada Addison disease, peningkatan PRA sering kali ditemukan pada tahap penyakit lebih lanjut, akibat defisiensi mineralokortikoid.[1,9]
Kadar Prolaktin:
Hiperprolaktinemia sederhana telah dilaporkan terjadi pada beberapa kasus Addison disease dan insufisiensi adrenokortikal sekunder.[2]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat membantu menentukan penyebab Addison disease, namun tidak dapat mendiagnosis insufisiensi adrenal. CT scan abdomen dapat menunjukkan kelenjar adrenal yang mengecil (akibat destruksi autoimun), perdarahan, kalsifikasi (akibat tuberkulosis), atau massa pada kelenjar adrenal.
Rontgen toraks dapat membantu mendeteksi tuberkulosis sebagai penyebab Addison disease.[1,5]
Pemeriksaan Lainnya
Tes Purified Protein Derivative (PPD) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi tuberkulosis.[5]