Penatalaksanaan Addison Disease
Penatalaksanaan Addison disease berupa terapi penggantian hormon glukokortikoid dan mineralokortikoid. Selain itu, diperlukan juga penatalaksanaan untuk mengobati penyakit yang mendasari, seperti obat antituberkulosis (OAT) untuk Addison disease yang disebabkan tuberkulosis.[1,9]
Pada pasien dengan krisis adrenal, pemberian cairan intravena isotonik, berupa cairan salin normal, harus segera dilakukan untuk mengembalikan kekurangan volume intravena dan mengoreksi hipotensi.
Terapi Penggantian Glukokortikoid
Obat lini pertama untuk terapi penggantian glukokortikoid adalah hydrocortisone sodium succinate atau phosphate, dengan dosis standar 15-25 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Umumnya pasien mengonsumsi 10 mg hydrocortisone ketika bangun tidur, 5 mg di siang hari, dan 5 mg menjelang malam.[1,9]
Tanda-tanda kelebihan dosis terapi glukokortikoid dapat berupa hipertensi, kenaikan berat badan, kulit tipis, mudah memar, dan intoleransi glukosa. Sedangkan tanda-tanda kekurangan dosis terapi yang perlu dipantau adalah penurunan berat badan dan munculnya pigmentasi kulit.[9]
Pada pasien perioperatif atau pasien yang mengalami stres fisik lainnya, umumnya dosis ditingkatkan untuk meniru respons fisiologis glukokortikoid pada kondisi normal. Pasien yang mengonsumsi obat-obatan tertentu (rifampicin, phenobarbital, dan phenytoin) juga perlu meningkatkan dosis glukokortikoid karena obat-obatan tersebut meningkatkan metabolisme glukokortikoid di hepar.[2,9]
Jika pasien bermasalah dengan kepatuhan, maka sebagai alternatif dapat diberikan glukokortikoid yang lebih poten dengan masa kerja lebih panjang, seperti prednison atau dexamethasone sekali sehari.[1,9]
Terapi Penggantian Mineralokortikoid
Fludrocortisone digunakan sebagai agen pengganti mineralokortikoid. Dosis awal fludrocortisone sebesar 100 gr, sedangkan dosis disesuaikan hingga mencapai angka 50-200 gr/hari mengikuti respons klinis.[9]
Kelebihan dosis terapi dapat mengakibatkan edema tungkai dan penurunan PRA, sedangkan kekurangan dosis terapi dapat mengakibatkan salt craving, hipotensi ortostatik, hiperkalemia, dan peningkatan PRA.[9]
Penatalaksanaan Krisis Adrenal
Prinsip penatalaksanaan krisis adrenal akibat Addison disease adalah sebagai berikut:
- Resusitasi cairan salin normal untuk mengoreksi hipovolemia dan hipotensi
Dextrose untuk mengoreksi hipoglikemia
- Terapi penggantian hormon untuk mengoreksi defisiensi glukokortikoid dalam darah
- Identifikasi dan tata laksana etiologi pemicu krisis[1,2]
Pada kondisi stres, kelenjar adrenal normal menghasilkan 250-300 mg kortisol dalam 24 jam. Glukokortikoid diberikan pada pasien dengan krisis adrenal secara intravena. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian glukokortikoid:
- Terapi didahuluin dengan pemberian 100 mg hydrocortisone secara bolus IV, kemudian dilanjutkan dengan 100 mg hydrocortisone dalam 100 cc cairan salin normal melalui infus dengan kecepatan 10-12 cc/jam
- Cara pemberian alternatif: 100 mg hydrocortisone bolus IV tiap 6-8 jam
- Metode infus secara kontinyu lebih mampu mempertahankan kadar kortisol plasma dibandingkan secara bolus
- Perbaikan klinis, khususnya kenaikan tekanan darah, umumnya tampak dalam 4-6 jam setelah infus hydrocortisone
- Setelah 2-3 hari, dosis hydrocortisone diturunkan menjadi 100-150 mg dalam 24 jam, untuk menghindari perdarahan saluran cerna akibat stres
- Seiring perbaikan kondisi pasien, dosis hydrocortisone dapat di-tapering off dalam 4-5 hari menjadi 72-75 mg/jam, sebelum beralih ke hydrocortisone oral
- Selama pasien mendapatkan 100 mg atau lebih hydrocortisone dalam 24 jam, terapi mineralokortikoid tidak diberikan karena hydrocortisone stress dose memiliki aktivitas mineralokortikoid yang signifikan.
- Ketika dosis hydrocortisone mulai diturunkan, mineralokortikoid diberikan dalam dosis 0,05-0,2 mg setiap 24 jam. Preparat yang umumnya digunakan adalah 9-alpha-fludrocortisone[1,2]
Terapi Penggantian Androgen
Addison disease pada pasien laki-laki tidak memerlukan terapi androgen karena testis mampu menghasilkan testosteron dalam kadar adekuat. Namun, terapi androgen mungkin dapat bermanfaat bagi perempuan karena kelenjar adrenal adalah sumber utama produksi androgen di tubuh perempuan.[5]