Epidemiologi Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A adalah salah satu penyebab kebutaan tertinggi di dunia dengan estimasi 250.000-500.000 anak mengalami kebutaan setiap tahun. Defisiensi vitamin A berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas serta menyebabkan 2% kematian pada anak dibawah usia 5 tahun.[3,5]
Global
Secara global, 250 juta anak dibawah usia sekolah menderita defisiensi vitamin A. Antara tahun 1991-2013, prevalensi anak yang menderita defisiensi sudah menurun dari 39% menjadi 29%, dengan prevalensi tertinggi di daerah sub-Sahara (48%) dan Asia Selatan (44%). Defisiensi vitamin A menyebabkan 5-10 juta gangguan mata pada anak setiap tahunnya. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka defisiensi vitamin A cukup rendah dengan estimasi 0,3% dari total populasi. Ibu hamil dan menyusui juga berisiko mengalami defisiensi vitamin A. Di Ethiopia, defisiensi vitamin A terjadi pada 76% ibu menyusui.[1,2,6,7]
Indonesia
Di Indonesia sendiri, penanggulangan defisiensi vitamin A sudah dilaksanakan sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan, yaitu Februari dan Agustus. Oleh sebab itu bulan Februari dan Agustus dikenal sebagai Bulan Vitamin A. Pada survei tahun 2007 dan 2011, secara nasional prevalensi defisiensi vitamin A pada anak sudah berada di bawah ambang batas sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan cakupan distribusi kapsul vitamin A 200.000 IU yang tinggi dengan rata-rata 87%.[12,13]
Mortalitas
Defisiensi vitamin A berkontribusi terhadap 2% angka kematian dalam kelompok usia anak di bawah 5 tahun atau sekitar 1-3 juta kematian setiap tahun. Daerah sub-Sahara dan Asia Selatan menyumbang 95% kematian akibat defisiensi vitamin A.
Hingga saat ini belum ada data mengenai mortalitas akibat defisiensi vitamin A di Indonesia.[3,7]