Penatalaksanaan Defisiensi Vitamin A
Penatalaksanaan terhadap defisiensi vitamin A adalah pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi, suplementasi zinc, dan terapi lokal pada mata.
Suplementasi Vitamin A
Di Indonesia, terdapat program suplementasi vitamin A yang dikenal dengan Program Bulan Vitamin A, yang dilaksanakan setiap 6 bulan, yaitu Februari dan Desember. Pemberian vitamin A dosis tinggi dapat memperbaiki defisiensi dan menurunkan mortalitas. Suplementasi vitamin A berguna pada pasien dengan konsentrasi retinol serum <20-30 μg/dL. Apabila kadar retinol di atas itu, disarankan mengikuti rekomendasi diet harian.[1]
Tabel 2. Regimen terapi Vitamin A
Bayi dan Anak* | Dosis (dalam IU) dan Frekuensi |
Bayi <6 bulan (pada kondisi tertentu) | 50.000 |
Bayi 6-11 bulan (termasuk HIV +) | 100.000, sekali pemberian |
Anak (lak-laki ≥12 bulan, perempuan 12 bulan-12 tahun) | 200.000, setiap 4-6 bulan |
Perempuan (13-49 tahun) | |
Xerophtalmia, buta senja, dan/atau bercak Bitot | 10.000, setiap hari atau 25.000 tiap minggu selama setidaknya 3 bulan |
Lesi kornea aktif (jarang terjadi) | 200.000 pada hari 1,2, dan 14 |
Perempuan (>50 tahun) | 200.000 |
Sumber : World Health Organization. 2011.[10]
Regimen terapi vitamin A pada:[8]
Malnutrisi berat: hari 1
- Campak: hari 1 dan 2
- Xerophthalmia: hari 1,2, dan 14
Suplementasi vitamin A dapat diberikan secara oral atau intramuskular dalam sebagai palmitat dengan sediaan 50.000 IU/mL. WHO merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sesuai dengan tabel 2, pada negara dengan prevalensi defisiensi vitamin A yang tinggi.[1,10]
Di Indonesia terdapat program pemberian vitamin A dosis tinggi yang dikenal sebagai Bulan Vitamin A. Program ini dilakukan setiap 6 bulan, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Pada Bulan Vitamin A dilakukan pembagian suplementasi vitamin A dosis tinggi, yaitu kapsul biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi usia 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak usia 12-59 bulan. Vitamin A kapsul merah juga diberikan kepada ibu yang dalam masa nifas.[12,13]
Ibu hamil dengan risiko defisiensi vitamin A harus mendapatkan suplementasi dalam dosis lebih rendah yaitu 10.000 IU tiap hari atau 25.000 IU tiap minggu selama 12 minggu karena risiko toksisitas pada fetus. WHO tidak lagi merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A pada bayi <6 bulan atau ibu pasca melahirkan. Efek samping dari pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi sendiri biasanya ringan dan sementara. Efek samping tersebut meliputi penonjolan fontanel pada bayi serta mual muntah dan nyeri kepala pada anak dan dewasa.[1,10]
Pasien pasca operasi bariatrik, direkomendasikan mendapatkan suplementasi vitamin A 10.000 IU sekali sehari dan kemudian disesuaikan dengan kadar retinol serum. Untuk bayi prematur, pemberian suplementasi vitamin A bisa menurunkan mortalitas, menurunkan kebutuhan oksigen, dan menurunkan waktu hospitalisasi. Namun, hingga sekarang belum ada pedoman dosis pemberian vitamin A untuk populasi tersebut.[1]
Terapi Lain
Pasien defisiensi vitamin A dengan komorbid yang menyertai, misalnya defisiensi zinc atau proses malabsorbsi harus diberikan terapi yang sesuai. Untuk penanganan xerophthalmia diberikan lubrikasi mata secara intensif, pemberian asam retinoid topikal, dan penanganan terhadap perforasi mata.[1,8]