Prognosis Hiperparatiroid
Prognosis hiperparatiroid primer secara umum baik dengan angka kesembuhan 97–98%. Sedangkan prognosis hiperparatiroid sekunder tergantung tata laksana etiologinya, seperti defisiensi vitamin D dan penyakit ginjal kronis (PGK).
Komplikasi
Komplikasi hiperparatiroid primer sering ditemukan pada tulang, ginjal, dan saluran cerna. Komplikasi pada tulang berupa osteitis fibrosa cystica yang ditandai dengan peningkatan resorpsi tulang osteoklastik, nyeri tulang, nyeri sendi, pseudogout, dan chondrocalcinosis.
Pada ginjal, komplikasi dapat berupa batu ginjal. Sementara itu, komplikasi gastrointestinal dapat berupa anoreksia, nyeri abdomen, mual, muntah, konstipasi, ulkus peptikum, dan pankreatitis.[1,17]
Pada pasien dengan hiperparatiroid sekunder akibat defisiensi vitamin D, komplikasi yang timbul terutama berasal dari defisiensi vitamin D, seperti peningkatan risiko patah tulang pada osteomalasia dan miopati.[1]
Setelah operasi paratiroidektomi, baik hiperparatiroid primer dan sekunder, dapat terjadi hungry bone syndrome. Hal ini karena penurunan hormon paratiroid sehingga aktivitas osteoklas berkurang dan pasien berisiko hipokalsemia. Suplementasi kalsium pada kondisi ini mungkin diperlukan.[2,3]
Prognosis
Angka kesembuhan pascapembedahan pada hiperparatiroid primer dapat mencapai 97–98%. Akan tetapi, pada 20–40% pasien, peningkatan hormon paratiroid pascaoperasi mungkin masih terjadi. Jika kadar kalsium serum tetap berada dalam rentang nilai rujukan, peningkatan hormon paratiroid biasanya tidak menunjukkan penyakit yang persisten, melainkan menunjukkan risiko kekambuhan yang lebih tinggi.[18]
Kualitas hidup pasien dilaporkan meningkat setelah tindakan paratiroidektomi. Akan tetapi, jika tidak diobati, banyak pasien dengan hiperparatiroid primer mengalami kehilangan tulang kortikal secara progresif.[2]
Hiperparatiroid sekunder dapat berdampak pada kualitas hidup, karena komplikasi seperti kelainan tulang dan mineral, dan komplikasi kardiovaskular. Hal ini karena gejala seperti nyeri otot, nyeri tulang, dan patah tulang pada kasus yang ekstrem. Pada pasien end stage renal disease yang hemodialisis, angka paratiroidektomi meningkat seiring waktu. Sekitar 15% pasien ini menjalani operasi dalam 5–10 tahun sejak dialisis dimulai.[3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli