Edukasi dan Promosi Kesehatan Hiperparatiroid
Edukasi dan promosi kesehatan terkait hiperparatiroid meliputi opsi tata laksana seperti paratiroidektomi, serta kontrol penyakit yang mendasari, seperti defisiensi vitamin D dan penyakit ginjal kronis (PGK). Pasien atau keluarga perlu diinformasikan mengenai perjalanan penyakit, etiologi, langkah diagnosis, dan opsi penatalaksanaan yang paling tepat untuk pasien.
Edukasi Pasien
Untuk pasien yang hanya perlu diobservasi tanpa intervensi lebih lanjut, dokter perlu menjelaskan kebutuhan evaluasi periodik dari kalsium urine dan serum, fungsi ginjal, dan bone densitometry. Jika ada hiperkalsemia yang memburuk atau perkembangan komplikasi, maka pembedahan harus dilakukan.[1]
Pada hiperparatiroid primer yang tidak menjalankan operasi disarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar kalsium dan 25-hydroxyvitamin D serum secara rutin. Fungsi ginjal dengan pemeriksaan creatinine clearance atau estimated glomerular filtration rate (eGFR) per tahun juga direkomendasikan. Pemeriksaan bone mineral density (BMD) setiap 1–2 tahun juga direkomendasikan, dan dapat dalam interval yang lebih lama bila hasil BMD normal.[20]
Setelah operasi paratiroidektomi, baik hiperparatiroid primer dan sekunder, dapat terjadi hungry bone syndrome karena hormon paratiroid serum turun. Pasien perlu dijelaskan mengenai risiko komplikasi ini dan gejala hipokalsemia, seperti parestesia, kesemutan, baal pada area perioral, telapak tangan dan kaki, sampai aritmia. Suplementasi kalsium pada kondisi ini mungkin diperlukan.[2,3,22]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pada hipertiroid sekunder akibat penyakit ginjal kronis, pembatasan makanan dan minuman yang mengandung fosfat dapat dimulai jika hormon paratiroid meningkat meskipun 25-hydroxyvitamin D mungkin mencukupi. Beberapa makanan dan minuman yang mengandung fosfat adalah makanan instan yang diawetkan, makanan kemasan dalam kaleng, daging yang dibekukan, minuman bersoda, energy drinks, dan minuman beralkohol.[19]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli