Penatalaksanaan Hiperkalsemia
Penatalaksanaan emergency untuk hiperkalsemia atau hypercalcemia akut adalah rehidrasi dengan cairan saline isotonik karena dehidrasi akibat gejala hiperkalsemia bisa memperparah hiperkalsemia. Loop diuretik juga dapat diberikan bersama untuk mengurangi reabsorpsi kalsium dalam lengkung Henle ginjal. Selama pemberian loop diuretik dan cairan saline isotonik, koreksi abnormalitas elektrolit yang lain bila ada.[14]
Pada kasus hiperkalsemia karena keganasan, bifosfonat atau denosumab juga bisa diberikan. Pada kasus hiperkalsemia kronis, manajemen yang efektif harus didasarkan pada etiologinya. Setelah etiologinya diidentifikasi, terapi yang sesuai dapat diberikan, misalnya pembedahan pada kasus hiperparatiroid.[2,14]
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Hiperkalsemia
Pada kasus hiperkalsemia akut, tata laksana diawali dengan evaluasi dan manajemen airway, breathing, dan circulation (ABC). Pemasangan akses intravena untuk rehidrasi dengan cairan saline isotonik (NaCl 0,9%) perlu dilakukan karena deplesi volume akibat gejala-gejala hiperkalsemia seperti muntah dan poliuria dapat memperparah kondisi hiperkalsemia.[11,14]
Hidrasi dapat dilakukan hingga 3–4 liter dalam 24–48 jam dengan target urine output 100–150 mL/jam. Pemberian NaCl 0,9% untuk hidrasi bermanfaat untuk meningkatkan pengeluaran kalsium melalui ginjal.[7,9-11]
Loop diuretik seperti furosemide 20–40 mg IV dapat diberikan bersama rehidrasi untuk meningkatkan ekskresi kalsium melalui ginjal. Hal ini juga mungkin bisa membantu mencegah volume overload akibat rehidrasi. Hindari pemberian diuretik thiazide karena justru menaikkan reabsorpsi kalsium.[9,11,14]
Pada kasus hiperkalsemia akibat keganasan, bifosfonat IV dapat diberikan tetapi efek terapeutiknya mungkin baru tercapai setelah 48–72 jam. Contohnya adalah pemberian pamidronate infus IV 60–90 mg dalam 2–24 jam. Namun, The Endocrine Society lebih menganjurkan denosumab daripada bifosfonat IV dalam kondisi hiperkalsemia akut terkait keganasan. Denosumab diberikan 120 mg secara subkutan (SC).[10,14]
Pasien gagal ginjal atau gagal jantung mungkin tidak bisa menorelansi rehidrasi atau obat-obatan tertentu. Pada pasien gagal ginjal atau gagal jantung yang mengalami hiperkalsemia parah, dialisis urgent mungkin diperlukan.[9,14]
Pasien yang mengalami hiperkalsemia akibat hiperparatiroid bisa dikonsultasikan untuk kemungkinan pembedahan tetapi bedah ini umumnya tidak bersifat gawat darurat. Pasien dengan keganasan dirujuk untuk terapi lebih lanjut setelah kondisi stabil.[14]
Penatalaksanaan Lanjutan Hiperkalsemia
Penatalaksanaan lanjutan untuk hiperkalsemia perlu disesuaikan dengan etiologinya masing-masing, misalnya hiperparatiroid, keganasan, atau penyebab lainnya.[2,14]
Hiperkalsemia Terkait Hiperparatiroid
Pasien dengan hiperkalsemia akibat hiperparatiroid akan memerlukan eksplorasi serta eliminasi sumber yang menyebabkan sekresi hormon paratiroid berlebihan, misalnya melalui pembedahan. Setelah pembedahan, pasien harus dipantau ketat karena ada kemungkinan terjadinya hipokalsemia dan tetani.[2]
Hiperkalsemia Terkait Keganasan
Seperti yang telah disinggung di atas, bifosfonat, misalnya etidronate, pamidronate, dan alendronate, dapat digunakan untuk terapi hiperkalsemia. Bifosfonat cocok digunakan untuk terapi hiperkalsemia akibat keganasan dan akibat peningkatan resorpsi tulang, karena dapat menghambat aktivitas osteoklastik. Pamidronate dan etidronate dapat diberikan IV, sedangkan alendronate dapat diberikan secara oral.[2,14]
Bagi pasien yang tidak merespons pemberian bifosfonat, FDA merekomendasikan obat denosumab. Bila kadar kalsium serum >14 mg/dL, terapi kombinasi kalsitonin bersama bifosfonat IV atau denosumab subkutan dianjurkan.[14]
Terapi untuk keganasan itu sendiri juga perlu dilakukan, baik melalui pembedahan atau kemoterapi atau radioterapi, sesuai masing-masing tipe dan stadium kanker.[14]
Hiperkalsemia Terkait Etiologi Lain
Hiperkalsemia akibat toksisitas vitamin D atau adanya sintesis vitamin D ekstrarenal (misalnya pada sarkoidosis) dapat ditangani dengan pemberian kortikosteroid. Obat golongan kortikosteroid dapat menghambat sintesis 1,25-dihydroxyvitamin D sekaligus mengurangi absorpsi kalsium di saluran cerna. Contoh kortikosteroid yang digunakan adalah hydrocortisone 200–400 mg IV selama 24 jam untuk 3–5 hari atau prednisone 20–40 mg/hari peroral. [9,10,14]
Hiperkalsemia akibat peningkatan absorpsi kalsium di saluran pencernaan juga dapat ditangani dengan mengurangi asupan kalsium dan vitamin D. Sementara itu, adanya hiperkalsemia terkait imobilisasi dapat ditangani dengan mobilisasi weight-bearing yang bisa ditoleransi oleh pasien.[9,14]