Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Hipogonadisme general_alomedika 2024-10-14T10:43:56+07:00 2024-10-14T10:43:56+07:00
Hipogonadisme
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Hipogonadisme

Oleh :
dr.Yenni, MMRS., CIMI.
Share To Social Media:

Dasar patofisiologi hipogonadisme adalah gangguan pada salah satu level atau lebih aksis hipotalamus-hipofisis-gonad dalam memproduksi hormon testosteron pada pria dan estrogen-progesteron pada wanita. Pembentukan hormon seks pada pria berlangsung di testis dan pada wanita berlangsung di ovarium.[1,2]

Patofisiologi hipogonadisme dibedakan menjadi hipogonadisme primer dan sekunder.  Hipogonadisme primer pada wanita dan pria terjadi ketika steroidogenesis testis atau ovarium tidak cukup untuk menyintesis hormon seks secara adekuat. Hipogonadisme sekunder terjadi ketika sinyal dari hipotalamus/hipofisis ke testis atau ovarium tidak mampu merangsang produksi testosteron di sel Leydig pada pria serta produksi estrogen dan progesteron di sel teka dan sel granulosa pada wanita.[2,7]

Produksi Estrogen dan Progesteron

Pada ovarium, luteinizing hormone (LH) bekerja pada sel teka dan follicle stimulating hormone (FSH) bekerja pada sel granulosa. Pada perkembangan ovarium, sintesis estrogen dari kolesterol memerlukan peran dari sel teka dan sel granulosa. Sel teka memiliki vaskularisasi tinggi dan menggunakan kolesterol untuk menyintesis androstenedion dan testosteron oleh hormon LH.[7]

Androstenedion dan testosteron akan ditransfer melewati basal lamina untuk menuju sel granulosa yang tidak memiliki vaskularisasi. Sel granulosa bagian mural kaya akan aromatase dan dengan hormon FSH, sel ini akan menghasilkan estradiol. Testosteron juga disekresi ke perifer darah dan dikonversi menjadi dihidrotestosteron pada kulit dan menjadi estrogen pada jaringan adiposa.[7]

Peran Estrogen dan Progesteron dalam Sistem Reproduksi Wanita

Estrogen dan progesteron memiliki peran penting untuk perkembangan karakteristik seks sekunder wanita. Estrogen mengatur perkembangan sistem duktus payudara dan progesteron mengatur perkembangan kelenjar. Pada sistem reproduksi, estrogen berperan dalam fertilisasi, kehamilan, dan persalinan dengan adanya perubahan pada endometrium, penebalan mukosa vagina, penipisan mukus serviks, dan perkembangan uterus dan kontraksi.[7]

Progesteron merangsang aktivitas sekretorik pada estrogen-primed endometrium, meningkatkan viskositas mukus serviks, menghambat kontraksi uterus, dan meningkatkan suhu tubuh basal. Kedua steroid gonad berperan penting dalam kontrol positive feedback dan negative feedback terhadap sekresi gonadotropin.[7]

Produksi Testosteron

Pada testis, testosteron diproduksi oleh sel Leydig melalui stimulasi kelenjar pituitari anterior yang merangsang produksi hormon FSH dan LH. Ketika LH mengikat reseptor cAMP pada sel Leydig, maka akan menyebabkan peningkatan level cAMP. Peningkatan kadar cyclic adenosine monophosphate (cAMP) memicu ekspresi 2 protein, yaitu STAR (the steroidogenic acute regulatory protein) dan CYP11A1 (the cholesterol side chain cleavage enzyme).[7,8]

STAR akan memicu masuknya kolesterol dari membran luar mitokondria ke membran dalam mitokondria. CYP11A1 akan mengonversi kolesterol menjadi pregnenolon. Pregnenolon dikonversi menjadi progesteron oleh enzim 3β-hidroksisteroid dehidrogenase.  Progesteron akan dikonversi lagi menjadi androstenedion oleh enzim CYP17. Androstenedion ini yang akan dikonversi menjadi testosteron.[7,8]

Selanjutnya, testosteron akan mengikat kuat pada sex hormone binding globulin (SHBG) sekitar 30-45%, albumin (50-70%), dan sisanya menjadi testosteron bebas/tidak berikatan (0,5-3%).[7] Bioavailabilitas testosteron yang dihitung/diperiksa merupakan testosteron yang berikatan dengan albumin dan testosteron bebas. Hormon testosteron ini selanjutnya akan dipecah menjadi estradiol oleh enzim aromatase (0,3%), dihidrotestosteron (DHT) oleh enzim 5-alfa reductase(6-8%), dan sisanya tetap berupa testosteron.[7]

Peran Testosteron dalam Sistem Reproduksi Pria

Hormon estradiol berfungsi sebagai feedback hipotalamus-hipofisis, resorpsi tulang, penutupan epifiseal, ginekomastia, dan efek terhadap vaskular dan perilaku. Dihidrotestosteron berfungsi untuk mengatur genitalia eksterna, pertumbuhan prostat, jerawat, pertumbuhan rambut wajah dan badan, dan kerontokan rambut kepala. Testosteron berfungsi sebagai duktus wolffian, bentuk tulang, massa otot, dan spermatogenesis.[7]

Referensi

1. T. Arthi, E.B. Kathryn, K.A. John. Treatment of Hypogonadism: Current and Future Therapies.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5265703/pdf/f1000research-6-10883.pdf
2. K. Peeyush, K. Nitish, P. Ajay. Male Hypogonadism: Symptoms and Treatment.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3255409/
7. B. Shalender, J.J Larry .Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed ke-19. New York: McGraw-Hills; 2015. Hal 2357-81.
8. S. Omeed, S. Janice. Hypogonadism. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532933/

Pendahuluan Hipogonadisme
Etiologi Hipogonadisme
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 April 2023, 12:33
Edukasi terapi hormonal pada pasien hipogonadisme
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo, DokterMohon pendapat dan diskusinya Dok terkait terapi hormonal pada pasien hipogonadisme, apa saja hal yang perlu diwaspadai oleh kita dokter umum...
dr. Intan Fajriani
Dibuat 17 Juni 2022, 15:12
Live Webinar Alomedika - Hipogonadisme : Lebih dari Sekadar Gejala Penuaan Pria. Minggu, 19 Juni 2022. Pukul : 10.00 - 11.30.
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Hipogonadisme: Lebih dari Sekadar Gejala Penuaan Pria."Narasumber : dr. Nugroho Setiawan MS, Sp. And...
dr. Nurul Falah
Dibalas 17 September 2021, 16:45
Tanda dan gejala hipogonadisme pada pria dan kapan harus mendapatkan terapi pengganti hormon - Andrologi Ask The Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And-KSAAM, izin bertanya lagi Prof 🙏Tanda dan gejala apa saja yang dapat muncul pada pria yang mengalami...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.