Penatalaksanaan Hipogonadisme
Penatalaksanaan hipogonadisme yang umumnya diberikan adalah terapi pengganti hormon, testosteron atau estrogen, yang tersedia dalam bentuk obat oral, gel, maupun injeksi.
Menurut guidelines dari American Association of Clinical Endocrinologists tahun 2002, tujuan dari penatalaksanaan adalah mengembalikan fungsi seksual, mengoptimalkan densitas tulang dan mencegah osteoporosis, menormalkan kadar growth hormone pada pria usia lanjut, mengembalikan fertilitas, memperbaiki gangguan mood dan kognitif, dan memengaruhi risiko penyakit kardiovaskular.[14]
Medikamentosa
Penatalaksanaan hipogonadisme bertujuan untuk mengantikan hormon seks steroid pada pria maupun wanita supaya dapat mengembangkan dan mempertahankan karakteristik seks sekunder. Pemilihan terapi utama pada hipogonadisme adalah terapi pengganti testosteron dan estrogen.
Terapi Pengganti Testosteron
Terapi pengganti testosteron ini tersedia dalam berbagai sediaan, yaitu injeksi, oral, transdermal patch, gel topikal, tablet buccal, dan implantable pellet. Gel topikal dan injeksi intramuskular merupakan pilihan yang banyak dipakai di Amerika Serikat. Keuntungan dari pemakaian gel adalah harganya murah, efektif, nyaman, dan noninvasif. Pemakaian gel dioleskan pada bahu, lengan atas, perut, tetapi tidak boleh dioleskan pada skrotum.
Bioavailabilitas gel lebih rendah 30% bila dioleskan pada bagian perut dibandingkan di lengan dan bahu. Pemberian testosteron secara injeksi terdiri dari obat testosterone enanthate atau testosterone cypionate dengan dosis 50-100 mg dosis tiap minggu atau 100-200 mg dosis tiap 2 minggu, dan testosterone undecanoate (memiliki kerja jangka panjang) dengan dosis awal 750 mg diikuti dosis kedua selang 4 minggu. Testosterone undecanoate bukan merupakan pilihan lini pertama. Testosterone undecanoate relatif mencapai konsentrasi testosteron yang stabil. Akan tetapi, dalam jumlah yang relatif besar pemberian injeksi testosterone undecanoate dapat berhubungan dengan risiko mikro emboli lemak di pulmo dan reaksi anafilaksis.[1,2]
Kontraindikasi absolut terapi pengganti testosteron adalah kanker prostat atau kanker payudara, peningkatan hematokrit >55%, alergi terhadap formula terapi sedangkan kontraindikasi relatif adalah gangguan tidur yang tidak diterapi, pembesaran prostat, dan gagal jantung kongestif yang tidak terkontrol.[1,2,15] Efek samping dari pemberian terapi ini adalah eritrositosis, peningkatan prostate specific antigen (PSA) dan memperburuk gangguan prostat, efek dermatologis (iritasi kulit dan jerawat), obstructive sleep apnea (OSA). Terapi pengganti testosteron ini tidak cocok digunakan untuk mengatasi hipogonadisme pada kasus fertilitas. Pada anak-anak, usia rata-rata saat memulai terapi pengganti testosteron adalah 15,7 tahun dan tinggi rata-rata adalah 157,2 cm.[18]
Testosteron dimetabolisme menjadi dihidrotestosteron (DHT) oleh 5α-reductase. DHT memiliki afinitas kuat dibandingkan testosteron untuk reseptor androgen di jaringan tertentu seperti prostat, kulit, dan genitalia eksternal. Gel DHT digunakan sebagai penanganan hipogonadisme di Perancis dan Belgia. Beberapa studi menunjukkan gel DHT ini meningkatkan fungsi seksual dan massa otot, menurunkan massa lemak.[1]
Aromatase Inhibitor
Aromatase inhibitor menghambat pemecahan testosteron menjadi estradiol di beberapa jaringan khususnya di lemak sehingga estradiol tidak terbentuk atau dihasilkan dalam kadar rendah dan mengakibatkan tidak terjadi feedback negatif ke aksis hipotalamus-hipofisis. Akibatnya, terjadi peningkatan kadar testosteron di serum yang sama seperti testosteron intratestis. Sediaan aromatase inhibitor dalam penanganan hipogonadisme laki laki adalah letrozole dan anastrozole.[1]
Aromatase inhibitor menunjukkan peningkatan kadar testosteron, perbaikan nafsu seks, perbaikan massa dan kekuatan otot, dan fungsi fisik. Keuntungan lain dari terapi ini dibandingkan terapi pengganti testosteron adalah rendahnya kadar estrogen tidak meningkatkan volume prostat atau gejala traktus urinarius bawah. Aromatase inhibitor dapat menjadi alternatif terapi pengganti testosteron pada pria hipogonadisme dengan obesitas dan peningkatan kadar estradiol, pria usia tua dengan hipogonadisme dan benign prostatic hyperplasia (BPH), penderita muda hipogonadisme dan pria subfertil. Efek samping dari penurunan kadar estradiol adalah penurunan densitas mineral tulang.[1]
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Recombinant human chorionic gonadotropin (rhCG) terutama diberikan untuk pria penderita hipogonadisme dengan gangguan kesuburan. HCG ini membagikan reseptor dengan luteinizing hormone (LH). Pemberian rhCG ini dititrasi sampai kadar testosteron di tengah-tengah range. Setelah 6 bulan diterapi, sperma akan dianalisa dan jika belum ada respons, maka akan ditambahkan terapi follicle stimulating hormone (FSH) selama 1-2 tahun. Keberhasilan tinggi dicapai pada laki laki dengan volume testis >8 cc dan hipogonadisme late-onset.[1]
Selective Androgen Receptor Modulator (SARM)
Penatalaksanaan hipogonadisme dengan selective androgen receptor modulators terutama memberikan keuntungan pada pengembalian massa otot tulang. Efek samping berupa : eritrositosis, benign prostatic hyperplasia (BPH), alopecia, dan jerawat. Selective androgen receptor modulators (SARMs) bekerja pada jaringan yang spesifik terhadap ligan reseptor androgen, terutama pada jaringan skeletal. Akan tetapi, SARM belum dapat direkomendasikan sebagai penanganan hipogonadisme karena belum ada bukti kuat yang mendukung.[1]
Clomifene Citrat
Merupakan modulator reseptor estrogen selektif yang memiliki sifat lemah terhadap antiestrogen. Efek samping berupa peningkatan prostate specific antigen (PSA), peningkatan hematokrit, dan ginekomastia. Clomifene citrat ini belum direkomendasikan untuk penanganan hipogonadisme karena adanya efek berupa peningkatan risiko tromboembolisme.[1]
Terapi Pengganti Estrogen
Inisiasi terapi estrogen dimulai pada saat dimulainya pubertas dan perkembangan payudara wanita dengan hipogonadisme. Beberapa sediaan terapi estrogen berupa: estradiol oral, estrogen conjugated oral, transdermal estrogen patches, dan gel estrogen. Dosis oral orang dewasa setara dengan micronized estradiol 2 mg, esterified estrogen 1,25 mg, ethinyl estradiol 8-10µ, dan conjugated estrogens 1,25 mg.
Rekomendasi dosis awal terapi estrogen adalah 1/8-1/10 dosis dari dosis dewasa dan tergantung dari sediaan yang dipakai. Penambahan progesteron 1 minggu per bulan dalam bentuk medroxyprogesteron setelah 1-2 tahun terapi estrogen atau menstruasi, membantu perkembangan payudara dan uterus yang adekuat.
Pada wanita hipogonadisme, pengganti estrogen diperlukan untuk mencapai sistem reproduksi yang baik. Pada sediaan estrogen oral, metabolisme terjadi dalam liver sehingga memiliki kekurangan yaitu dapat memengaruhi fungsi liver dan faktor koagulasi. Estrogen patches banyak dipakai dengan dosis 0,625 mg hingga 1,25 mg. Oral conjugated estrogens dilaporkan memiliki persamaan dengan 50-100 µg estradiol transdermal per 24 jam. Efek samping dari percutaneus estradiol gel adalah iritasi kulit.[3]
Konseling Psikologis
Perkembangan pubertas diikuti perkembangan psikososial dan emosional sehingga bila terdapat gangguan perkembangan seksual, penderita juga cenderung mengalami peningkatan gangguan cemas dan depresi. Oleh sebab itu, konseling psikologis juga menjadi salah satu komponen penting dalam menangani hipogonadisme untuk perkembangan psikoseksual dan pengenalan jati diri.[13]