Epidemiologi Hipokalsemia
Data epidemiologi hipokalsemia masih belum terlalu jelas, tetapi telah dilaporkan bahwa 15-88% pasien penyakit kritis mengalami hipokalsemia. Sementara itu, hipokalsemia transien dilaporkan dialami oleh 27% pasien pasca tiroidektomi.[3]
Global
Hipokalsemia banyak ditemui pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit. Pada pasien kritis yang dirawat di unit perawatan intensif, termasuk COVID-19 derajat berat, kejadian hipokalsemia bisa mencapai 70-80% pasien.[1-6]
Hipokalsemia juga banyak dijumpai pada penderita gangguan tiroid dan paratiroid pasca tiroidektomi dengan kadar vitamin D preoperatif di bawah normal atau penurunan kadar hormon paratiroid pasca operasi. Kondisi ini dapat terjadi dari jam ke-2 hingga jam ke-48 pasca tiroidektomi.[11,14,17-22]
Pada lansia, sebuah studi potong lintang di salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tersier di Nepal menunjukkan prevalensi hipokalsemia pada lansia adalah 26,2% untuk partisipan usia 60–74 tahun dan 19% untuk partisipan usia di atas 74 tahun.[23,24]
Indonesia
Belum ada data pasti terkait epidemiologi hipokalsemia di Indonesia.
Mortalitas
Kematian yang secara langsung berkaitan dengan hipokalsemia cukup jarang terjadi. Kematian umumnya berkaitan dengan penyakit yang menyebabkan hipoklasemia itu sendiri, termasuk sepsis dan penyakit kritis lainnya.
Di samping itu, hipokalsemia bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang mengancam nyawa, seperti kolaps kardiovaskular, hipotensi yang tidak berespon terhadap pemberian cairan intravena dan vasopressor, ataupun aritmia yang fatal. Pasien yang mengalami hipokalsemia juga lebih berisiko mengalami kejang, kalsifikasi ganglia basalis, dan koreoatetosis.[3]