Penatalaksanaan Hipokalsemia
Penatalaksanaan hipokalsemia melibatkan pemberian suplemen kalsium oral atau intravena, tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Selain itu, pengobatan juga dapat melibatkan suplementasi vitamin D untuk meningkatkan absorpsi kalsium. Penting untuk menangani penyebab dasar hipokalsemia, seperti gangguan paratiroid dan hipoalbuminemia.[3-6]
Kebanyakan kasus hipokalsemia bersifat ringan, dan pasien hanya memerlukan pengobatan suportif dan evaluasi laboratorium berkala. Hipokalsemia berat dapat menyebabkan kejang, tetani, hipotensi refrakter, atau aritmia, yang kemudian akan memerlukan pendekatan yang lebih agresif. Pada kasus di mana hipokalsemia terjadi dengan hipomagnesemia, hipomagnesemia harus dikoreksi terlebih dahulu.[3-5]
Hipokalsemia Ringan
Pada pasien hipokalsemia ringan yang asimptomatik, intervensi medis jarang diperlukan. Peningkatan asupan kalsium dari diet, penanganan penyakit yang mendasari, dan terapi suportif umumnya cukup untuk meningkatkan kadar kalsium darah.
Pada pasien yang bergejala, lakukan pemeriksaan kalsium ion dan lakukan pemeriksaan laboratorium lain sesuai indikasi. Jika penyebab hipokalsemia kurang jelas, sebaiknya lakukan pemeriksaan kadar hormon paratiroid (PTH) dan kadar vitamin D.
Berikan terapi sesuai dengan penyebab hipokalsemia, misalnya suplementasi vitamin D 300.000 unit dalam 6-10 minggu. atau sulih hormon paratiroid. Suplementasi kalsium oral dapat diberikan dengan dosis kalsium elemental 1-3 g/hari.[3-5]
Hipokalsemia Berat
Hipokalsemia berat dapat disertai kondisi yang mengancam nyawa, seperti kejang atau hipotensi. Lakukan perawatan kegawatdaruratan terlebih dulu, baru kemudian koreksi kadar kalsium pasien.
Suplementasi kalsium intravena (IV) dianjurkan pada hipokalsemia derajat berat, termasuk hipokalsemia yang disertai dengan aritmia jantung atau kejang. Kalsium diberikan dalam dosis setara 100-300 mg kalsium elemental, yakni 1–3 g kalsium glukonat atau 0,5–1 g kalsium klorida, diberikan dalam 100 ml dekstrosa selama 10 menit, diikuti dengan infus kontinu 0,5–1,5 mg kalsium elemental/kg/jam. Sebanyak 10 ml kalsium glukonat mengandung 90 mg kalsium elemental, sedangkan 10 ml kalsium klorida mengandung 272 mg kalsium elemental.
Dosis ini akan meningkatkan kadar kalsium ion menjadi 0,5-1,5 mmol dan akan bertahan 1-2 jam. Ukur kadar kalsium serum setiap 4-6 jam untuk mempertahankan kadar kalsium serum pada 8-9 mg/dl. Jika kadar albumin rendah, maka kadar kalsium ion juga harus dipantau.[3-5]
Hipokalsemia Kronik
Penatalaksanaan hipokalsemia kronik berbeda tergantung penyebab yang mendasarinya. Pada pasien dengan hipoparatiroidisme dan pseudohipoparatiroidisme, suplementasi kalsium per oral dapat diberikan. Tujuan terapi pada pasien dengan hipoparatiroidisme permanen adalah untuk meredakan gejala, meningkatkan dan mempertahankan konsentrasi kalsium serum dalam kisaran normal rendah (8,0-8,5 mg/dL), dan menghindari hiperkalsiuria.[3-5]
Vitamin D
Pada kasus hipoparatiroidisme berat, suplementasi vitamin D umumnya dibutuhkan tetapi perlu diingat bahwa defisiensi hormon paratiroid (PTH) akan menghambat konversi vitamin D menjadi kalsitriol. Pengobatan yang paling efektif adalah dengan penambahan 0,5-2 mcg kalsitriol atau 1-alfa-hidroksivitamin D3.[3]
Hormon Paratiroid Manusia Rekombinan (rhPTH)
rhPTH tersedia secara komersial di Amerika Serikat dan dapat digunakan sebagai tambahan dari pemberian suplementasi kalsium dan vitamin D untuk mengendalikan hipokalsemia pada pasien dengan hipoparatiroidisme. Meski demikian, hormon ini belum ada di Indonesia.
Dalam uji klinis REPLACE, 48 dari 90 pasien (53%) yang menerima rhPTH dan 1dari 44 pasien kelompok plasebo (2%) mencapai > 50% penurunan suplementasi kalsium dan vitamin D harian dari baseline sambil mempertahankan kalsium serum di atas konsentrasi baseline dan kurang dari batas normal atas pada minggu 24.[3]
Defisiensi Vitamin D Nutrisional
Pada pasien yang mengalami hipokalsemia akibat defisiensi vitamin D dari paparan sinar matahari yang kurang atau asupan vitamin D secara oral yang buruk, dapat diatasi dengan terapi sinar ultraviolet atau paparan sinar matahari. Sementara itu, rakhitis nutrisi dapat diobati dengan vitamin D2. Kedua jenis pasien ini juga bisa mendapat manfaat dari suplementasi kalsium per oral yang mengandung 1-2 g kalsium elemental/hari.[3]
Tata Laksana Hipokalsemia Pada Kehamilan
Pada dasarnya, tata laksana hipokalsemia pada kehamilan serupa dengan penanganan hipokalsemia dewasa umumnya. Jika ada alkalosis atau kekurangan magnesium, maka kedua hal ini perlu dikoreksi terlebih dahulu. Suplementasi kalsium dapat diberikan 1-3 g kalsium elemental/hari. Target kadar kalsium ion kelompok pasien ini adalah 8 mg/dl.[15]
Tata Laksana Hipokalsemia Pada Neonatus
Belum ada panduan tata laksana khusus untuk populasi ini. Penanganan disesuaikan dengan gejala. Sebuah studi menguji coba infus kalsium glukonas intravena profilaktik 400 mg/kg/hari pada neonatus menunjukkan bahwa dosis ini tidak lebih efektif dalam mencegah hipokalsemia neonatus ketimbang dosis 200 mg/kg/hari.
Sementara itu, pada neonatus yang mengalami kejang hipokalsemik, suatu laporan kasus menyarankan pemberian kalsium elemental nasogastrik sebesar 125 mg/kg/hari secara kontinu.[17,27,28]
Terapi Suportif
Pada pasien dengan hipokalsemia, dapat disarankan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan kalsium, misalnya sayuran hijau, susu, tahu, dan ikan laut. Target konsumsi kalsium harian adalah 1500-2000 mg/hari, sedangkan kebutuhan vitamin D adalah 400–1000 unit/hari.[1-6]