Edukasi dan Promosi Kesehatan Penyakit Hashimoto
Edukasi pada penyakit Hashimoto adalah bahwa pasien perlu menjalani terapi dalam jangka waktu yang panjang. Terapi pengganti hormon tiroid, yaitu levotiroksin, akan dikonsumsi jangka panjang dan akan memerlukan pemantauan serta penyesuaian dosis berkala. Kerjasama pasien sangat penting untuk memastikan terapi sukses. Jika pasien menghentikan terapi sepihak, dapat terjadi komplikasi, termasuk komplikasi berat berupa koma miksedema yang memiliki tingkat mortalitas tinggi.[1,8]
Edukasi
Pasien penyakit Hashimoto perlu diedukasi mengenai cara penggunaan terapi pengganti hormon tiroid. Penggunaan yang tidak teratur dapat menyebabkan komplikasi hipotiroid.
Edukasi Risiko Komplikasi Berbahaya
Komplikasi berbahaya yang perlu diwaspadai adalah koma miksedema yang merupakan kegawatdaruratan medis. Koma miksedema ditandai oleh penurunan status mental, hipotermia, dan gejala lain yang berhubungan dengan perlambatan fungsi pada multiorgan.[1,8]
Edukasi Interaksi Obat
Beberapa obat dapat menghambat absorpsi levotiroksin. Hambatan absorpsi obat dapat menurunkan efikasi terapi dan menyebabkan hipotiroid refrakter yang meningkatkan risiko komplikasi. Beberapa jenis obat yang mempengaruhi absorpsi levotiroksin adalah kolestiramin, kalsium karbonat, sukralfat, antasida, dan multivitamin yang mengandung besi. Edukasi pasien untuk memberi jeda selama minimal 4 jam.[1,17]
Edukasi Pemantauan Berkala
Pasien penyakit Hashimoto juga disarankan untuk kontrol ke fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan TSH rutin setiap 6-8 minggu pada awal penggunaan levotiroksin. Pada pasien penyakit Hashimoto terkontrol, umumnya kontrol ke fasilitas kesehatan rutin dilakukan setiap 3-6 bulan.[1,17]
Edukasi Terkait Makanan
Pasien yang mengonsumsi levotiroksin tidak disarankan mengonsumsi kopi, produk soya, suplemen besi atau kalsium, susu, dan pepaya karena dapat menurunkan absorpsi obat.[1,18]
Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan untuk pengenalan penyakit hipotiroidisme, terutama penyakit Hashimoto, perlu diberikan pada masyarakat umum. Melalui promosi kesehatan, tingkat kesadaran masyarakat umum mengenai gejala penyakit Hashimoto dapat semakin meningkat.
Pada awal perkembangan penyakit, gejala yang timbul bisa tidak spesifik sehingga diagnosis dapat terlewat. Apabila pasien memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tiroid dan mengalami gejala serupa dengan penyakit Hashimoto, maka lakukan deteksi dini untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit.[17]