Edukasi Dan Promosi Kesehatan Ulkus Diabetikum
Edukasi dan promosi kesehatan untuk ulkus diabetikum dilakukan dengan mengutamakan pentingnya kontrol glikemik dan penyakit komorbid yang menyertai serta perawatan luka untuk mencegah terbentuknya ulkus dan menghindari rekurensi.
Edukasi pasien
Edukasi pasien ulkus diabetikum sebaiknya diberikan secara lisan, tertulis, dan penjelasan kepada pasien, keluarga, dan caregiver. Edukasi mencakup perawatan kaki dan perawatan tubuh sistemik.
Perawatan Kaki
Edukasi yang dapat disampaikan pada pasien ulkus diabetikum di antaranya:
- Lakukan pemeriksaan terhadap kedua kaki setiap hari, termasuk area di antara jari kaki. Bila pasien tidak dapat melakukannya, minta orang untuk membantu.
- Cuci kaki setiap hari dengan air suhu ruangan, dan dikeringkan secara perlahan dan hati-hati
- Gunakan pelembab untuk kaki kering, tapi hindari area di antara jari kaki
- Potong kuku secara rutin dan rapi, tetapi tidak terlalu pendek
- Jangan mengobati callus sendiri menggunakan obat atau tempelan. Sebaiknya rujuk ke tenaga kesehatan untuk diangkat oleh tenaga terlatih.
- Selalu gunakan kaos kaki dengan sepatu dan periksa ada/tidak benda asing di dalam sepatu sebelum menggunakannya
- Hindari berjalan tanpa alas kaki
- Periksa ekstremitas secara rutin dan segera berobat bila terlihat ada luka apapun di kaki[1]
Perawatan Tubuh dan Faktor Risiko Lainnya
Kontrol glikemik baik pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 1, tipe 2, maupun tipe lainnya, serta memperhatikan faktor risiko pada pasien yang dapat diubah contohnya diet, olah raga, berat badan, dan edukasi untuk berhenti merokok sangat penting dilakukan. Pada pasien dengan ulkus diabetikum yang disarankan untuk menggunakan sepatu khusus untuk kendali tekanan, edukasi pemakaian harus dilakukan.[1,19–21]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan dengan melakukan edukasi pentingnya kontrol glikemik sesuai target pada pasien diabetes mellitus, serta kontrol diet dan olah raga. Pada pasien ini, diperlukan juga pemeriksaan berkala secara mandiri dan oleh tenaga kesehatan, terutama dengan mengidentifikasi adanya tanda gangguan perfusi, seperti pulsasi arteri perifer yang lemah, permukaan kulit terasa lebih dingin, maupun perubahan warna menjadi kebiruan.[2,19–21]
Selain itu, perlu dilakukan identifikasi adanya kelainan pada sensasi sensorik perifer pada pasien dengan diabetes mellitus untuk melakukan penanganan lebih awal sebelum komplikasi ulkus diabetikum terjadi. Pasien diabetes mellitus yang merokok juga harus di edukasi atau disarankan untuk menjalankan cognitive behavioral therapy (CBT) untuk berhenti merokok.[2,19–21]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli