Diagnosis Gagal Hati
Diagnosis gagal hati akut dibuat berdasarkan sindrom klinis koagulopati, peningkatan kadar fungsi hati, dan ensefalopati hepatikum. Jika pasien diketahui mempunyai riwayat gangguan hati kronis, maka dapat didiagnosis sebagai gagal hati acute on chronic. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menentukan etiologi dan pengobatan gagal hati.
Anamnesis
Pada anamensis perlu ditanyakan tentang tanda dan gejala serta menggali penyebab dan faktor risiko gagal hati.
Masa Prodromal
Pada masa prodromal biasanya pasien datang dengan keluhan lelah, mual, penurunan nafsu makan, ketidaknyamanan perut bagian kanan atas diikuti dengan gejala jaundice dan urin berwarna gelap.[14]
Fase Gagal Hati Akut
Apabila pasien sudah masuk pada gagal hati akut makan penurunan kesadaran (ensefalopati) dan gejala asites, edema perifer, serta koagulopati harus digali.[14]
Informasi lain yang perlu digali antara lain:
- Onset gejala: Gagal hati hiperakut (<7 hari), gagal hati fulminan (7-28 hari), gagal hati subfulminan (28 hari hingga 6 bulan). Selain itu harus dibedakan antara gagal hati akut dimana pasien tidak memiliki riwayat penyakit hati sebelumnya
- Riwayat penyakit hati: gagal hati acute on chronic dimana pasien memiliki riwayat penyakit hati sebelumnya namun tanpa sirosis, acute on cirrhosis yang merupakan kondisi dimana sirosis terjadi pada hati
- Riwayat keluarga dengan penyakit Wilson atau gangguan trombotik
- Riwayat operasi: Informasi anestesi karena beberapa agen anestesi mampu menyebabkan gagal hati akut
- Risiko pajanan terhadap virus hepatitis maupun nonhepatotropik
- Riwayat penyalahgunaan obat psikotropika dan alkohol
- Riwayat konsumsi obat hepatotoksik termasuk produk herbal atau riwayat tertelan agen hepatotoksik[1,3,4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada gagal hati dalam kaitannya dengan dekompensasi hati akut meliputi pemeriksaan tanda vital (termasuk status mental), mata, kulit, abdomen, dan ekstremitas.
Tanda Vital
Pada gagal hati akut dapat ditemukan status mental yang berubah terkait dengan derajat ensefalopati hepatikum. Hipotensi dan peningkatan suhu tubuh. Hati-hati pada kondisi gagal hati fulminan dengan hipotensi dan takikardi yang mengarah pada syok septik.[3,4]
Kulit
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan jaundice. Namun temuan ini tidak selalu ada pada kondisi gagal hati akut.[3,4]
Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan beberapa hal seperti: nyeri kuadran kanan atas, liver spans atau lebar hati lebih kecil dibandingkan ukuran normalnya dan asites. Sedangkan peningkatan lebar hati dapat ditemui pada gagal jantung, infeksi hepatitis virus, keganasan, sindrom Budd-Chiari.[3,4]
Esktremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas bisa ditemui asterixis. Asterixis adalah tremor pada saat pergelangan tangan di ekstensikan. Edema perifer maupun edema anasarka bisa ditemukan pada pasien dengan gagal hati akut. Beberapa hal juga perlu dicurigai bila ditemukan eritema palmar pada sirosis hepatis.[3,4]
Tanda-tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang dapat dilihat dari adanya gejala nyeri kepala hebat disertai dengan muntah proyektil. Triad Cushing dapat digunakan bila ada tanda-tanda tekanan intrakranial meningkat laten. Triad Cushing ditandai dengan pelebaran jarak sistolik dan diastolik, pernapasan irregular dan bradikardia.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gagal hati akut antara lain adalah hepatitis akut, hepatoseluler karsinoma, dan sirosis dekompensata
Hepatitis Akut
Hepatitis akut merupakan peradangan atau cidera hati akut ditandai dengan peningkatan biokimia hati dan sembuh dalam waktu kurang dari enam bulan. Gejala berupa peningkatan aminotransferase dan alkali fosfatase, jaundice dan gejala prodromal (mual muntah, anoreksia, myalgia, malaise) terutama bila pasien memiliki infeksi hepatitis virus.
Kondisi ini bila berlanjut dapat menjadi hepatitis kronis atau sirosis atau gagal hati akut. Untuk skrining gagal hati akut dapat dilihat derajat ensefalopati dan INR.[32]
Hepatoseluler Karsinoma
Hepatoseluler karsinoma atau hepatoma merupakan keganasan pada hepatosit. Gejala bisa asimptomatik hingga nyeri perut, gejala sirosis kompensata berupa asites, ensefalopati, jaundice, perdarahan dan gejala paraneoplastik.
Peningkatan alfa fetoprotein ≥400 ng/ml dan atau peningkatan HBV DNA (≥10.000 kopi/ml) merupakan prediktor risiko hepatoma. Pemeriksaan ultrasonografi atau CT-scan atau MRI bisa digunakan untuk melihat lesi hepar. Biopsi dapat dilakukan sesuai indikasi.[9]
Sirosis Dekompensata
Sirosis merupakan gambaran fibrosis ireversibel pada pemeriksaan histologi hati. Sirosis dekompensata merupakan kondisi penurunan fungsi hati akut pada pasien sirosis dengan gejala jaundice, asites, ensefalopati hepatikum, sindrom hepatorenal atau perdarahan variseal. Transplantasi hati perlu dipertimbangkan bila terjadi dekompensasi atau gagal hati.[9,33]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal hati berfungsi untuk melihat keparahan dan komplikasi yang dialami, meliputi:
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah. Temuan yang dapat dilihat pada pasien dengan gagal hati adalah:
● Darah lengkap: Penurunan angka trombosit pada fase akut
● Fungsi liver: Peningkatan 10-100 kali lipat nilai SGOT/SGPT, peningkatan bilirubin, dan pemanjangan waktu prothrombin (INR>1,5)
● Fungsi ginjal: Gambaran acute kidney injury (AKI) pada gagal hati akut
● Analisis gas darah: Asidosis/alkalosis metabolik[9]
Selain itu, pemantauan kadar kreatinin kinase dan trigliserida perlu dilakukan terkait dengan gangguan gastrointestinal yang terjadi pada pasien gagal hati. Pada kondisi ini biasanya ditemukan hipoglikemia, hipofosfatemia, hipokalemia.[2,3,9]
Thyroid stimulating hormone (TSH) juga diperiksakan untuk melihat prognosis. TSH yang rendah memiliki prognosis yang buruk pada gagal hati acute on chronic.[35]
Pemeriksaan Imajing
Pemeriksaan CT scan kepala atau MRI kepala perlu dipertimbangkan untuk menyingkirkan penyebab perubahan kesadaran yang terjadi. CT scan abdomen aksial juga dapat dilakukan untuk menilai tekstur dan ukuran liver, integritas vaskuler, dan menyingkirkan kemungkinan pankreatitis dan patensi vena umbilikalis.[2,9]
USG duplex dapat dilakukan untuk mendeteksi gangguan pada vena porta dan vena hepatica yang biasanya terjadi pada hipertensi porta dan sirosis atau untuk mendeteksi gangguan vaskular seperti pada sindroma Budd-Chiari.[1]
Biopsi Hati
Biopsi hati dengan laparoskopik lebih memberikan sejumlah jaringan cukup dibandingkan biopsi transjugular. Namun, karena keparahan kerusakan hati yang terjadi biopsi hati dengan laparoskopi tidak selalu dapat dikerjakan.[1]
Untuk mencari etiologi gagal hati perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain
Tabel 1. Etiologi dan Pemeriksaan Gagal Hati
Penyakit | Pemeriksaan Penunjang |
Hepatotoksisitas paracetamol | Kadar serum paracetamol |
Hepatitis A | IgM anti-HAV |
Hepatitis B | HBsAg, IgM anti-HBc, PCR HBV DNA |
Hepatitis C | Anti-HCV, PCR HCV RNA |
Hepatitis D | HDAg, IgM anti-HDV, PCR RNA HDV |
Hepatitis E | IgM anti-HEV, IgG anti-HEV, PCR Anti-D |
Virus Herpes Simpleks | PCR DNA HSV, Ig-M anti-HSV, biopsi hepar |
Citomegalovirus | PCR DNA CMV, IgM anti-cmv, biopsi hepar |
Epstein-Barr virus | PCR DNA EBV, biopsy hepar |
Adenovirus | PCR DNA ADV |
Hepatitis Autoimun | ANA, SMA, anti-LKM, immunoglobulin, biopsi hepar |
Penyakit Wilson | Ceruloplasmin, kadar koper urin, pemeriksaan slit lamp
|
Sindrom HELLP | Protein urin, platelet, USG, biopsi hepar |
Preeklampsia dan Eklampsia | Protein urine, hipertensi |
Sindrom Budd-Chiari | USG Dopler, CT scan hepar, MRI hepar |
Sindrom Obstruksi Sinusoid | Biopsi hepar |
Hepatitis Iskemik | Elektrokardiogram, Echocardiogram 2D dengan Doppler |
Keganasan | Biopsi hepar |
Sumber: Friedman, 2018
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja