Etiologi Intoleransi Laktosa
Etiologi intoleransi laktosa adalah defisiensi enzim laktase. Defisiensi enzim ini dapat diklasifikasikan menjadi defisiensi laktase primer, sekunder, dan kongenital. Sementara itu, faktor risiko kondisi intoleransi laktosa antara lain usia remaja, perempuan, dan penyakit pada saluran pencernaan.
Etiologi
Penyebab intoleransi laktosa diawali dari defisiensi enzim laktase, yang berfungsi dalam hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Defisiensi enzim ini mengakibatkan gangguan pencernaan. Klasifikasi etiologi defisiensi enzim laktase terdiri dari primer, sekunder, dan kongenital.
Defisiensi Enzim Laktase Primer
Defisiensi laktase primer (hipolaktasia tipe-dewasa/laktase non-persisten/defisiensi laktase herediter) merupakan penyebab tersering intoleransi laktosa, yang ditandai dengan penurunan perlahan kadar enzim laktase seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi ini disebabkan oleh mutasi pada gen regulator enzim laktase.[1,6,7]
Defisiensi Enzim Laktase Sekunder
Defisiensi laktase sekunder disebabkan oleh beberapa kondisi penyakit gastrointestinal, seperti gastroenteritis akut, diare persisten, penyakit celiac, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan kemoterapi kanker yang menyebabkan kerusakan pada mukosa usus halus. Kerusakan mukosa dapat menyebabkan atrofi parsial vili usus halus yang merupakan tempat enzim laktase. Defisiensi laktase sekunder dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada masa bayi.[1,6,7]
Defisiensi Enzim Laktase Kongenital
Defisiensi laktase kongenital disebabkan oleh kelainan genetik autosomal resesif pada lokus 2q21, yang ditandai dengan aktivitas enzim laktase yang rendah atau tidak ada sejak lahir. Etiologi kongenital merupakan penyebab defisiensi laktosa yang cukup jarang terjadi.[1,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko intoleransi laktosa antara lain ras Asia-Afrika, usia remaja, perempuan, dan penyakit pada saluran pencernaan seperti gastroenteritis, inflammatory bowel disease, penyakit celiac.
Usia
Intoleransi laktosa lebih sering ditemukan pada remaja dan dewasa muda, dan jarang terjadi pada anak dibawah usia 6 tahun. Hal ini mungkin disebabkan penurunan kadar enzim laktase mulai terjadi pada usia 2-3 tahun.[1,8]
Jenis Kelamin
Studi oleh Baadkar, et al di tahun 2014 mendapatkan bahwa perempuan memiliki risiko 2,5 kali lebih besar untuk mengalami gejala intoleransi laktosa dibandingkan pria.[12]
Ras
Frekuensi laktase non-persisten ditemukan sekitar 80-100% pada negara-negara di Asia dan Afrika. Diantaranya sebesar 90% di Cina, 90% di Thailand, 60% di Pakistan, 16-23% di Rusia, dan 4% di Denmark. Literatur lain menyebutkan frekuensi intoleransi laktosa mencapai 60-90% pada kelompok etnis Arab, Amerika berkulit hitam, Yunani, Yahudi, Jepang, dan Asia lainnya.[8,9]
Penyakit Gastrointestinal
Beberapa penyakit yang turut menjadi faktor risiko terjadinya intoleransi laktosa antara lain penyakit celiac, small intestinal bacterial overgrowth (SIBO), inflamasi saluran pencernaan yang diinduksi obat, infeksi usus halus, dan inflammatory bowel disease. Kondisi ini dapat menyebabkan hipolaktasia sekunder akibat atrofi vili usus halus.[2,11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini