Penatalaksanaan Intoleransi Laktosa
Penatalaksanaan intoleransi laktosa bertujuan untuk menghilangkan gejala, dengan tetap mempertahankan asupan kalsium dan vitamin D. Secara garis besar, penatalaksanaan intoleransi laktosa terdiri dari modifikasi diet, suplementasi laktase, dan penatalaksanaan etiologi yang mendasari terjadinya defisiensi laktase sekunder.
Modifikasi Diet
Modifikasi diet dilakukan dengan mengurangi asupan makanan yang mengandung laktosa. Beberapa produk makanan yang mengandung laktosa antara lain keju, susu, yogurt, mentega, margarin, whey, dan es krim. Pasien dengan intoleransi laktosa dapat mentoleransi paling tidak 12 gram laktosa atau kurang lebih setara 250 mL susu, sehingga pada modifikasi diet pasien disarankan untuk mengurangi asupan laktosa menjadi kurang dari 12 gram/hari.[1-3,6]
Toleransi laktosa dapat diinduksi melalui pemberian laktosa berulang karena flora pada saluran pencernaan dapat beradaptasi. Salah satu cara untuk menginduksi toleransi laktosa adalah melalui pemberian susu sapi bertahap, yaitu dimulai dari 30‒60 mL/hari dan meningkat bertahap hingga 250 mL/hari. Konsumsi disarankan bersamaan dengan makanan untuk memperlambat pelepasan laktosa dalam usus halus, dengan pilihan susu yang memiliki kadar lemak yang lebih tinggi karena tipe susu ini memiliki waktu transit yang lebih lama sehingga dapat ditoleransi lebih baik.[2,5]
Pada pasien yang menjalani modifikasi diet, disarankan untuk tetap mengkonsumsi beberapa produk makanan seperti produk susu dengan rendah laktosa karena memiliki kandungan yang hampir serupa dengan susu pada umumnya, juga mengkonsumsi produk fermentasi seperti yogurt yang mengandung prebiotik dan probiotik yang bermanfaat bagi mikroflora saluran pencernaan. Bakteri pada probiotik yang memiliki â-D-galaktosidase dapat berpotensi untuk mencerna laktosa berlebih pada saluran pencernaan.[2,5]
Pasien juga disarankan untuk mengonsumsi makanan lain yang tinggi kandungan kalsium, seperti kacang kedelai, oat, susu almond, nasi, jus yang diperkaya kalsium, sayur berdaun hijau gelap, kacang kering, dan legum (kacang-kacangan). [2,5]
Suplementasi Laktase
Pemberian suplementasi laktase bertujuan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa sehingga dapat diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Suplementasi tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, gel, bubuk atau cairan yang dikonsumsi 5-30 menit sebelum mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa, atau dapat dikonsumsi bersamaan saat mengkonsumsi produk yang mengandung susu.[1,3,5]
Pemberian enzim laktase dapat merubah rasa makanan menjadi lebih manis saat dicampurkan dengan produk olahan susu.[2]
Suplementasi Kalsium dan Vitamin D
Pasien yang menghentikan konsumsi produk dairy akan memiliki risiko tinggi terhadap defisiensi kalsium dan vitamin D. Untuk hal ini, suplementasi kalsium dan vitamin D menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Kebutuhan kalsium per hari yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 1200 mg/hari.
Rekomendasi pemberiannya dipengaruhi oleh jenis kelamin, status menopause pada wanita, dan kondisi penyerta seperti osteoporosis. Suplementasi kalsium sebesar 500 mg/hari dapat diberikan dalam dosis terbagi.[18]
Persiapan Rujukan
Apabila diagnosis intoleransi laktosa sudah ditegakkan, diperlukan konsultasi dengan spesialis gastroenterologist dan gizi klinik.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini