Penatalaksanaan Aritmia
Penatalaksanaan aritmia dengan kondisi klinis tidak stabil yang paling utama adalah terminasi aritmia dan stabilisasi pasien. Pilihan terapi untuk stabilisasi aritmia meliputi kardioversi elektrik, penggunaan alat pacu jantung, ablasi, serta obat-obatan.
Pencegahan rekurensi aritmia tergantung penyebab. Koreksi faktor-faktor yang dapat memicu pembentukan maupun konduksi impuls abnormal. Serta, harus dilakukan penilaian dan penatalaksanaan kemungkinan komplikasi, seperti timbulnya tromboemboli atrium yang memerlukan antikoagulasi.[2-4,15]
Aritmia dengan Kegawatdaruratan
Adanya tanda kegawatdaruratan perlu diperiksa pada setiap pasien dengan aritmia. Tanda kegawatdaruratan bisa mencakup hipotensi, perubahan status mental, tanda syok, nyeri dada iskemik, dan gagal jantung akut.
Setiap pasien aritmia dengan kegawatdaruratan perlu mendapatkan pemeriksaan dan penatalaksanaan terhadap kelainan pada airway, breathing, dan circulation. Pemberian oksigenasi juga disarankan pada pasien.[2-4,15]
Kegawatdaruratan Bradiaritmia
Pada pasien bradiaritmia dengan tanda kegawatdaruratan, penatalaksanaan yang perlu segera diberikan adalah pemberian atropin. Atropin diberikan secara intravena sebanyak 1 mg. Dosis dapat diulang setiap 3-5 menit dengan dosis maksimal 3 mg.
Bila pemberian atropin tidak efektif, maka dapat dilakukan transcutaneous pacing atau infus dopamin atau epinefrin. Dopamin diberikan melalui infus dengan kecepatan 5-20 µg/kg/menit disertai titrasi sesuai klinis pasien, sedangkan epinefrin diberikan melalui infus dengan kecepatan 2-10 µg/kg/menit disertai titrasi sesuai klinis pasien.[3,4,15]
Kegawatdaruratan Takiaritmia
Pada pasien takiaritmia dengan tanda kegawatdaruratan, maka kardioversi tersinkronisasi perlu dipertimbangkan. Kardioversi dilakukan dengan dosis energi yang direkomendasikan oleh alat. Pada takiaritmia dengan gambaran EKG sempit reguler, pertimbangkan pemberian adenosine 6 mg intravena bolus cepat, diikuti dosis kedua 12 mg bila diperlukan.[2,4,15]
Penatalaksanaan Lanjutan Aritmia
Setelah kegawatdaruratan teratasi, penatalaksanaan aritmia dilakukan untuk mengatasi penyebabnya. Tata laksana dapat berupa pemberian obat antiaritmia ataupun pemasangan pacemaker.[3,6,15]
Bradiaritmia
Pada bradiaritmia akut dengan kegawatan yang telah teratasi, penatalaksanaan perlu dilakukan sesuai dengan etiologi. Penatalaksanaan lanjutan bradiaritmia akut dapat berupa medikamentosa hingga transcutaneous pacing. Adapun medikamentosa yang dapat digunakan sesuai etiologi bradiaritmia dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada kasus AV block derajat II dan III dengan gangguan hemodinamik yang memiliki kemungkinan kecil berkaitan dengan iskemia koroner, obat golongan agonis adrenergik beta menjadi pilihan, misalnya isoproterenol, dopamin, dan dobutamin. Pada kasus yang dicurigai berkaitan dengan infark miokard, aminophylline intravena dapat diberikan untuk memperbaiki konduksi atrioventrikuler.
Pada kasus bradiaritmia yang berkaitan dengan toksisitas obat, seperti digoxin, obat harus segera dihentikan dan pasien harus segera mendapat antidotum jika ada.
Pada pasien dengan gangguan hemodinamik berkelanjutan akibat bradiaritmia, pemasangan transcutaneous pacing sementara diindikasikan untuk memperbaiki hemodinamik dan gejala sampai pemasangan pacemaker permanen dapat dilakukan atau bradikardia mengalami perbaikan.[3,6,15]
Tabel 1. Medikamentosa Sesuai Etiologi Bradikardia
Etiologi | Medikamentosa |
AV block derajat II atau III dengan gangguan hemodinamik dan terkait infark miokard akut inferior | Aminophylline 250 mg IV bolus |
Toksisitas calcium channel blocker | 10% kalsium klorida injeksi 1-2 g IV setiap 10-20 menit atau infus 0,2-0,4 ml/kg/jam |
10% kalsium glukonat injeksi 3-6 g IV setiap 10-20 menit atau infus 0,6-1,2 ml/kg/jam | |
Toksisitas digoxin | Fragmen antibodi digoxin dengan dosis sesuai digoxin yang dikonsumsi |
Post transplantasi jantung | Aminophylline 6 mg/kg dalam 100 - 200 ml cairan infus selama 20-30 menit |
Teofilin 300 mg IV dilanjutkan titrasi 5-10 mg/kg/hari | |
Cedera medulla spinalis | Aminophylline 6 mg/kg dalam 100-200 ml cairan infus selama 20-30 menit |
Teofilin titrasi 5-10 mg/kg/hari PO |
Sumber: dr. Michael Sintong Halomoan, Alomedika, 2023.[6]
Takiaritmia
Pada takiaritmia akut tanpa kegawatdaruratan, penatalaksanaan bergantung pada lebar dari kompleks QRS pada EKG. Bila kompleks QRS melebar ≥0,12 detik, maka pemberian infus obat antiaritmia dapat dipertimbangkan. Bila kompleks QRS tidak melebar, maka dilakukan manuver vagal bila kompleks QRS reguler dan pemberian beta-blocker atau calcium channel blocker.
Manuver vagal dapat dilakukan dengan pemijatan terhadap sinus karotis pada bifurkasio arteri karotis interna dan eksterna selama 15-20 detik.
Pemberian adenosine dapat diberikan pada takiaritmia tanpa memandang kompleks QRS selama irama reguler dan monomorfik. Adapun medikamentosa yang digunakan pada terapi lanjutan takiaritmia dapat dilihat pada Tabel 2.[2,7,8,15]
Tabel 2. Medikamentosa Lanjutan Pada Takiaritmia
Obat | Dosis |
Amiodarone | Dosis pertama 150 mg IV dalam 10 menit, diulangi bila ventricular tachycardia berulang. |
Rumatan: Infus 1 mg/menit selama 6 jam pertama | |
Verapamil | Injeksi 0,075-0,15 mg/kg IV dalam 2 menit |
Diltiazem | Injeksi 0,25 mg/kg IV dalam 2 menit |
Metoprolol | Injeksi 2,5-15 mg IV |
Propranolol | 80-320 mg per oral |
Sotalol | Infus 100 mg atau 1,5 mg/kg dalam 5 menit |
Hindari penggunaan pada QT memanjang | |
Disopyramide | 250-750 mg per oral |
Lidocaine | Injeksi 50-200 mg bolus IV dilanjutkan infus 2-4 mg/menit |
Procainamide | Injeksi 100 mg bolus IV, dapat diulangi setelah 5 menit, dosis maksimal 750 mg. Diikuti infus 2-6 mg/menit |
Sumber: dr. Michael Sintong Halomoan, Alomedika, 2023.[8]
Terapi intervensional dengan ablasi kateter dapat dipertimbangkan pada pasien dengan takiaritmia. Ablasi kateter dilakukan dengan tujuan merusak jaringan miokard yang menjadi sumber terbentuknya aritmia. Ablasi kateter dapat dilakukan pada pasien dengan kelainan struktur jantung berupa jaringan parut yang menyebabkan terjadinya reentry, maupun pasien tanpa kelainan struktur jantung, seperti idiopathic ventricular tachycardia.[2,7,8]
Obat Antiaritmia
Obat antiaritmia bekerja dengan:
- Menurunkan slope fase 4
- Meningkatkan ambang batas potensial
- Meningkatkan durasi potensial aksi
- Meningkatkan potensial diastolik maksimum
Tabel 3 menunjukkan jenis-jenis obat antiaritmia, cara kerjanya dan contoh obatnya.[18,19]
Tabel 3. Klasifikasi Obat Antiaritmia
Kelas | Aksi Mayor | Obat | Penggunaan |
Antiaritmia Kelas I: Blokade kanal Na+(berperan untuk fase 0 depolarisasi potensial aksi) | |||
IA
| Blokade sedang(laju upstroke fase 0 menurun ↓↓; pemanjangan durasi potensial aksi) | Quinidine | Atrial fibrilasi (AF) dan atrial flutter; PSVT (paroxysmal supraventricular tachycardia); Ventricular tachycardia |
Procainamide | |||
Disopyramide | |||
IB | Blokade ringan(laju upstroke fase 0 menurun ↓; pemendekan durasi potensial aksi) | Lidocaine | Ventricular tachycardia dan aritmia yang diinduksi digitalis |
Mexiletine | |||
Phenytoin | |||
IC
| Blokade kuat(laju upstroke fase 0 menurun ↓↓↓; tidak ada perubahan durasi potensial aksi) | Flecainide | Atrial fibrilasi dan PSVT |
Propafenone | |||
Antiaritmia Kelas II | |||
II | β-blocker | Propranolol
| Premature ventricular contraction (PVC); premature atrial contraction (PAC); PSVT; atrial fibrilasi; dan ventricular tachycardia |
Esmolol | |||
Metoprolol | |||
Carvedilol | |||
Timolol | |||
Antiaritmia Kelas III | |||
III | Blokade kanal K+ (memperpanjang repolarisasi) | Amiodarone | Ventricular tachycardia; atrial fibrilasi; dan bypass tract- mediated PSVT |
Dronedarone | |||
Sotalol | |||
Antiaritmia Kelas IV | |||
IV | Blokade kanal Ca 2+ tipe L | Verapamil | PSVT; atrial fibrilasi; takikardia atrial multifokal |
Diltiazem |
Sumber: dr. Michael Sintong Halomoan, Alomedika, 2023.[18,19]
Manuver Vagotonik
Pemijatan sinus karotis pada bifurkasio arteri karotis interna dan eksterna menstimulasi refleks baroreseptor. Efeknya peningkatan tonus vagal sehingga transmisi impuls yang melalui daerah yang sensitif terhadap modulasi vagal dapat dihambat.
Pada supraventricular tachycardia (SVT) disarankan untuk melakukan manuver selama 15-20 detik. Lakukan manuver hanya di salah satu sisi karotis untuk meminimalisir risiko timbul ateroemboli dan stroke.[2,7,8,15]
Pacemaker
Pacemaker terdiri atas pulse generator dan lead. Lead menghubungkan generator impuls dengan jaringan miokard. Alat ini berperan memberikan stimulus elektrik eksternal untuk memacu miosit mencapai ambang batas terbentuknya potensial aksi hingga memicu pembentukan impuls.
Indikasi utama yakni pada kasus bradikardia simptomatik, inkompetensi kronotropik, AV block derajat 2 atau 3 simptomatik, atau berhubungan dengan aritmia ventrikular, serta sinkop berulang yang diinduksi oleh masase sinus karotid.[2,3,5,6,8,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahmah