Diagnosis Atrial Flutter
Diagnosis atrial flutter ditegakkan jika pada EKG terdapat aktivitas elektrikal atrium yang reguler, cepat, dan berkelanjutan. Gambaran EKG yang paling sering tampak pada atrial flutter adalah pola sawtooth tanpa garis isoelektrik antara kompleks QRS.[1-3]
Anamnesis
Informasi yang didapat dari anamnesis pasien yang dicurigai mengalami atrial flutter tidak terlalu spesifik untuk membedakan kondisi tersebut dari aritmia atrium lainnya. Selain itu, belum ada suatu algoritma klinis spesifik yang dikembangkan untuk mengarahkan tanda dan gejala klinis yang dapat membantu meningkatkan probabilitas diagnosis atrial flutter.[1-3]
Manifestasi Klinis
Gejala yang mungkin berkaitan dengan atrial flutter antara lain berdebar-debar, rasa melayang, mudah lelah, penurunan toleransi aktivitas, sesak, dan nyeri dada. Bila atrial flutter telah berlangsung lama dan tidak mendapat penanganan segera, gejala komplikasi kardiovaskuler akut seperti gagal jantung dan sindrom koroner akut dapat muncul. Sebagai bagian dari takikardia supraventrikuler (SVT), atrial flutter jarang sekali sampai menyebabkan sinkop walaupun keluhan berupa rasa melayang dapat ditemukan.[1-5]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang meningkatkan probabilitas pasien terhadap atrial flutter juga harus digali. Pasien perlu ditanyakan apakah pernah mengalami riwayat kelainan irama jantung atau keluhan yang sesuai atrial flutter dan aritmia lainnya. Riwayat pengobatan yang pernah didapatkan, durasi pengobatan, serta prosedur invasif jantung yang pernah dijalani juga perlu ditanyakan.[1-3]
Komplikasi
Sekitar 7% pasien dengan atrial flutter dapat mengalami trombosis aurikel yang berpotensi meningkatkan risiko tromboembolisme, menyebabkan stroke dan acute limb ischemia, sehingga evaluasi risiko perlu dilakukan saat anamnesis. Skor CHADS2 dan CHA2DS2-VASc merupakan sistem skoring yang dapat membantu stratifikasi risiko stroke iskemik pada pasien atrial flutter.[1-5]
Tabel 1. Skor CHADS2 dan CHA2DS2-VASc
Kondisi | CHADS2 | Poin | CHA2DS2-VASc | Poin |
Gagal Jantung Kongestif | C | 1 | C | 1 |
Hipertensi | H | 1 | H | 1 |
Usia > 75 tahun | A | 1 | A2 | 2 |
Diabetes mellitus | D | 1 | D | 1 |
Riwayat stroke atau transient ischemic attack atau tromboembolisme | S2 | 2 | S2 | 2 |
Penyakit vaskuler (penyakit arteri perifer, infark miokard, plak aorta) | V | 1 | ||
Usia > 65 tahun | A | 1 | ||
Jenis kelamin perempuan | SC | 1 |
Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2023.[19]
Pemeriksaan Fisik
Mayoritas pasien dengan atrial flutter akan menunjukkan denyut nadi perifer yang bersifat irregularly regular akibat variasi konduksi dari nodus atrioventrikular. Tanda lainnya bisa mencakup distensi vena jugularis, ronkhi pada lapang paru, takikardia, dan edema ekstremitas inferior jika terjadi kongesti.[1,3]
Diagnosis Banding
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, beberapa diagnosis banding seperti atrial fibrilasi, dan atrioventricular nodal re-entrant tachycardia dapat menjadi pertimbangan. Gambaran elektrokardiogram dapat membedakan dengan atrial flutter.
Atrial Fibrilasi (AF)
Atrial fibrilasi merupakan salah satu aritmia jantung yang paling sering terjadi. Atrial fibrilasi terjadi karena adanya aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi sehingga menyebabkan kontraksi atrium yang tidak efektif. Karakteristik pada EKG meliputi interval R-R yang irregularly irregular dan gelombang P yang tidak ada atau sulit dibedakan.[9]
Gambar 1. Atrial Fibrilasi. Sumber: Openi, 2014.
Atrioventricular nodal re-entrant tachycardia (AVNRT)
AVNRT merupakan takikardia kompleks sempit dengan durasi QRS <120 ms. Pada bentuk AVNRT tipikal (slow-fast AVNRT) ,gelombang P retrograde berhubungan dengan QRS secara konstan, tetapi dapat tersembunyi pada kompleks QRS atau terlihat seperti gelombang P’ terminal kecil yang tidak terdapat pada irama sinus. Pada AVNRT atipikal, gelombang P dapat terlihat jelas sebelum QRS, bersifat negatif dan dangkal pada sadapan II, III, aVF dan V6, namun positif pada V1.[2]
Gambar 2. AV Nodal Reentrant Tachycardia. Sumber: Openi, 2003.
Atrioventricular Reciprocating Tachycardia
Pada atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT) gelombang P masih dapat terlihat jelas walaupun kadang tersamarkan oleh gelombang T.[10]
Gambar 3. Atrioventricular Reciprocating Tachycardia. Sumber: Openi, 2002.
Junctional Tachycardia
Junctional tachycardia (JT) biasanya ditemukan pada individu dewasa muda dengan gambaran EKG berupa gelombang P yang sulit diidentifikasi,[12]
Gambar 4. Junctional Tachycardia. Sumber: Openi, 2003.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk menegakan diagnosis atrial flutter adalah EKG.
Elektrokardiogram (EKG)
EKG sangat penting dalam menegakan diagnosis atrial flutter dan dapat memberikan informasi dalam membedakan atrial flutter tipikal dengan atipikal. Bentuk paling umum pada atrial flutter tipikal adalah gambaran sawtooth. Gelombang atrium umumnya berkisar dari 250-300 denyut/menit dengan konduksi ventrikular 2:1, 3:1, 4:1, atau konduksi bervariasi akibat fenomena Wenckebach.
Gelombang flutter terlihat lebih jelas pada sadapan II, III, aVF, atau V1. Pada sadapan inferior (II, III, dan aVF) dan V6, gelombang flutter tipikal bersifat negatif akibat arah dari vektor. Sedangkan pada sadapan V1 umumnya positif karena jalur re-entrant yang berlawanan dengan arah jarum jam. [1,3]
Gambar 5. Atrial Flutter. Sumber: Openi, 2009.
Echocardiography
Fungsi echocardiography dalam evaluasi atrial flutter adalah untuk memastikan adanya penyakit jantung struktural. Evaluasi dari ukuran dan fungsi kedua atrium dan ventrikel dapat memfasilitasi diagnosis penyakit katup jantung, hipertrofi ventrikel, dan penyakit perikardium.
Adanya dilatasi dan fibrosis atrium merupakan tanda dari kronisitas yang dapat menyebabkan sirkuit menetap dan sulit dikontrol. Penurunan dari fraksi ejeksi ventrikel kiri dapat menjadi penyebab atau konsekuensi dari atrial flutter karena takikardia persisten dapat menyebabkan kardiomiopati atau sebaliknya.
Transthoracic echocardiography (TTE) umumnya lebih sering dilakukan namun memiliki sensitivitas yang rendah untuk trombus intra-atrium. Transesophageal echocardiography (TEE) merupakan teknik yang lebih baik untuk mendeteksi adanya trombus pada atrium. Deteksi trombus penting untuk dilakukan terutama saat kardioversi dipertimbangkan.[1,3]
Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk menilai adanya gangguan elektrolit, anemia, fungsi tiroid abnormal, infeksi, dan hipoksia. Koreksi dari abnormalitas ini dapat memperbaiki gejala dan menurunkan ambang terjadinya atrial flutter. Pemeriksaan fungsi paru dan rontgen dada juga diperlukan untuk melihat adanya penyakit paru.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita