Etiologi Atrial Flutter
Beberapa kondisi yang dapat menjadi etiologi atrial flutter antara lain penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit katup mitral dan trikuspid, serta bekas sayatan pascaoperasi penyakit jantung bawaan.[1,3-5]
Etiologi
Secara garis besar, etiologi atrial flutter adalah adanya mekanisme re-entry untuk menginisiasi takikardia. Untuk menghasilkan sirkuit elektrikal ini, diperlukan adanya elemen seperti area yang memiliki kecepatan konduksi cepat dan lambat dan periode refrakter yang berbeda. Hal ini terdapat pada atrial flutter tipikal pada cavotricuspid isthmus (CTI).
Inisiasi dari atrial flutter terjadi karena adanya denyut ektopik yang mendepolarisasi satu segmen dari jalur sirkuit yang menjadi refrakter dan memulai takikardia dari segmen non-refrakter.[1]
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Risiko atrial flutter meningkat hingga 2 kali lipat pada individu dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dibandingkan individu tanpa PPOK. Selain itu, kebiasaan merokok dianggap sebagai prediktor independen terhadap kekambuhan atrial flutter pasca kardioversi pada wanita dengan PPOK.[1-5]
Gangguan Katup
Pada pasien dengan penyakit katup mitral dan trikuspid, misalnya akibat endokarditis atau penyakit jantung rematik, perubahan pada atrium akibat perjalanan penyakit maupun pengaruh pembedahan untuk mengoreksi kelainan katup dapat berkontribusi pada kejadian atrial flutter.[1-5]
Penyakit Jantung Bawaan
Atrial flutter yang tergantung isthmus juga merupakan bentuk takikardia atrium yang paling sering ditemukan pada pasien dengan penyakit jantung bawaan. Skar atriotomi yang dapat terbentuk pasca operasi penyakit jantung bawaan pada dinding posterolateral atrium kanan dapat menjadi penghambat konduksi antara kedua vena kava dan berperan penting dalam pembentukan atrial flutter.[1-5]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang mencetuskan mekanisme re-entry dari atrial flutter, termasuk adanya riwayat kelainan jantung sebelumnya.
Kelainan Jantung
Sekitar 30% dari pasien dengan atrial flutter memiliki penyakit jantung koroner dan 30% memiliki penyakit jantung hipertensi. Penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, dan kardiomiopati juga dapat meningkatkan risiko atrial flutter.[3,4]
Genetik
Penelitian genomik telah mengidentifikasi gen yang berhubungan dengan atrial flutter. Gen PITX2 pada lokus kromosom 4q25 diketahui memiliki peran besar dalam asimetria jantung kiri-kanan dan memiliki hubungan kuat dengan atrial flutter.[3]
Prosedur Intervensi atau Operasi Jantung
Insidensi atrial flutter mencapai 15% setelah ablasi pada atrial fibrilasi dengan mayoritas proporsi adalah atrial flutter atipikal. Insidensi atrial flutter atipikal setelah ablasi pulmonary vein isolation (PVI) dilaporkan sebanyak 4-20%.
Atrial flutter juga dapat menjadi sekuele setelah operasi jantung terbuka. Hal ini terjadi karena adanya insisi pada atrium atau jaringan parut pada jantung.[3,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita