Prognosis Atrial Septal Defect
Prognosis Atrial Septal Defect (ASD) atau defek septum atrium tergantung pada besarnya defek dan pirau. Secara umum, defek berukuran kurang dari 5 mm umumnya dapat menutup secara spontan sebelum usia 1 tahun. Komplikasi dapat timbul berupa hipertensi pulmonal, aritmia, hingga kejadian tromboemboli
Komplikasi
Pada atrial septal defect (ASD) komplikasi dapat berupa hipertensi pulmonal, aritmia, dan peningkatan risiko kejadian stroke.
Takiaritmia Atrial
Takiaritmia terjadi sebagai akibat dari beban volume atrium dan ventrikel kanan yang kronik, sehingga pada akhirnya memicu terjadinya remodelling dan mengubah struktur seluler otot jantung (fibrosis interstisial dan hipertofi). Hal ini ikut mengubah elektrofisiologi otot jantung normal pada atrium yang ikut mempengaruhi sistem konduksi sinoatrial fisiologis.
Pada sebuah penelitian yang melibatkan 600 pasien, atrial flutter atau atrial fibrilasi ditemukan pada 20% pasien ASD secara keseluruhan. Risiko terjadinya takiaritmia pada pasien ASD dewasa juga meningkat seiring usia, dari <1% pada usia 18-40 tahun, menjadi 30% pada usia 40-60 tahun, dan 80% pada usia di atas 60 tahun.[4,15]
Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal pada ASD sebenarnya relatif jarang terjadi (<10% dari total seluruh kasus ASD yang baru ditegakkan pada usia dewasa) dan biasanya muncul dalam derajat ringan hingga sedang. Komplikasi hipertensi pulmonal akibat ASD lebih sering terjadi pada ASD tipe sinus venosus (26% dari total kasus ASD sinus venosus secara keseluruhan) dibandingkan dengan ASD tipe ostium sekundum.[2,7,15]
Gagal Jantung
Komplikasi gagal jantung kongestif terjadi akibat beban volume ventrikel kronik yang tak lagi dapat dikompensasi dengan hipertrofi miokardium. Adanya hipertensi pulmonal dan infeksi paru berulang juga ikut meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung. Komplikasi gagal jantung pada pasien ASD lebih sering dijumpai pada usia 40-50 tahun.[2,4]
Sindrom Eisenmenger
Seiring dengan berkembangnya ASD, dapat muncul sindrom Eisenmenger yang ditandai dengan sianosis dan clubbing finger pada kedua tangan. Sindrom Eisenmenger muncul sebagai akibat dari remodelling vaskular paru yang dipicu oleh aliran darah berlebihan di paru (chronic overflow) yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan pada arteri paru hingga melebihi tekanan arteri sistemik. Sebagai akibatnya, terjadi perubahan arah pirau yang sebelumnya kiri-ke-kanan menjadi kanan-ke-kiri ketika tekanan di ventrikel kanan melampaui tekanan di ventrikel kiri.
Pasien yang telah mengalami sindrom Eisenmenger sering melaporkan keluhan berupa sesak napas dengan aktivitas, sianosis pada ujung jari dan bibir, sinkop, dan pneumonia berulang.[2,4,15]
Stroke Iskemik dan Transient Ischemic Attack (TIA)
Komplikasi stroke atau transient ischemic attack pada pasien ASD terjadi sebagai akibat adanya emboli paradoksikal. Emboli paradoksikal adalah emboli yang terbentuk di dalam jantung karena adanya suatu defek anatomi pada jantung (intracardiac defect) dan dapat berpindah ke sirkulasi sistemik melalui defek tersebut. Pada ASD, emboli paradoksikal timbul sebagai akibat kejadian takiaritmia yang menyebabkan terbentuknya thrombus.[2,4,7,15]
Prognosis
Sebanyak 33 hingga 75% pasien atrial septal defect (ASD) dilaporkan mengalami penutupan spontan tanpa intervensi apapun. Faktor utama yang mempengaruhinya adalah ukuran defek dan usia saat pertama kali terdiagnosis. Ukuran defek < 8 mm dan yang ditemukan di usia anak-anak dapat diharapkan untuk mengalami penutupan spontan. Sementara itu, pasien ASD yang memiliki ukuran defek >8 mm dan baru ditemukan ketika dewasa perlu dipertimbangkan untuk menjalani terapi intervensi untuk penutupan defek.
Secara umum, pasien ASD dewasa yang tidak menjalani terapi intervensi apapun terbukti memiliki risiko mortalitas jangka panjang yang lebih besar dibandingkan populasi normal. Bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa tanpa intervensi apapun hanya 50% pasien ASD yang dapat hidup melebihi usia 50 tahun. Sebuah penelitian prospektif di tahun 2018 mendapati bahwa pasien ASD yang tidak menjalani prosedur terapi intervensi penutupan lebih sering meninggal akibat penyakit gagal jantung dan penyakit paru. Sementara itu, 80% pasien ASD yang menjalani prosedur intervensi untuk penutupan didapati masih hidup ketika dilakukan follow up 30 tahun kemudian.[2,4,10,16]
Penutupan ASD sebelum usia 24 tahun dapat menurunkan risiko mortalitas jangka panjang hingga menyamai populasi kontrol yang tidak mengalami kondisi ASD.
Pada perjalanan alamiahnya, ASD akan menyebabkan tekanan arteri pulmonal meningkat seiring dengan pertambahan usia. Namun, hipertensi pulmonal yang berat sangat jarang terjadi (<5%) dan perkembangannya membutuhkan faktor risiko selain ASD.[7,10,17]
Takiaritmia dilaporkan lebih sering terjadi, yakni berupa atrial flutter, atrial fibrilasi, atau supraventricular tachycardia. Terdapat studi yang melaporkan bahwa takiaritmia bahkan dapat tetap berlanjut ketika pasien telah mengalami penutupan spontan pada lesinya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat dari otot jantung yang terlanjur mengalami remodelling saat mengalami peningkatan beban ventrikel sebelum penutupan ASD spontan terjadi.[2,11,18]