Diagnosis Kelainan Katup Jantung
Baku emas diagnosis kelainan katup jantung atau valvular heart disease saat ini adalah echocardiography. Namun, sebelumnya, dokter tetap perlu melakukan evaluasi lengkap dari gejala yang dialami pasien saat ini, riwayat penyakit komorbid, hingga pemeriksaan fisik jantung. Auskultasi jantung terutama perlu diperhatikan untuk mendeteksi adanya murmur jantung.[9]
Anamnesis
Anamnesis kelainan katup jantung meliputi gejala yang dialami pasien selama ini dan apakah ada aktivitas yang memperberat sesak napas yang dirasakan. Selain itu, gali faktor risiko jantung, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia.[3]
Kelainan Katup Aorta
Manifestasi klinis dari stenosis katup aorta meliputi sesak napas, sinkop, angina, dan pada akhirnya gejala gagal jantung. Pasien umumnya merasakan penurunan toleransi terhadap aktivitas dan cepat lelah. Sementara itu, gejala dari regurgitasi katup aorta berkembang dalam beberapa puluh tahun. Gejalanya meliputi dyspneu yang diperberat dengan aktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea, nyeri dada, palpitasi, dan nyeri kepala berdenyut.[5,6]
Kelainan Katup Mitral
Gejala umum pada stenosis katup mitral adalah orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea. Pasien dapat mengeluh palpitasi dan nyeri dada. Sementara itu, regurgitasi katup mitral umumnya ditandai sesak napas pada saat istirahat, yang diperberat pada posisi supine dan bisa disertai batuk berlendir pink atau sputum berbusa. Pada kasus regurgitasi mitral akut, dapat dijumpai nyeri dada menjalar ke leher, rahang, bahu atau ekstremitas atas, mual, dan diaforesis.[8,9]
Kelainan Katup Trikuspid
Pada regurgitasi katup trikuspid ringan umumnya tidak ada gejala signifikan. Namun, pada kasus berat, dapat ditemukan gejala gagal jantung kanan yang diawali hipertensi pulmonal. Dokter dapat menemukan kelemahan, sesak napas, dan intoleransi terhadap aktivitas. Pada stenosis katup trikuspid, dapat ditemukan gejala dari penurunan curah jantung seperti fatigue, sinkop, atau sesak napas akibat aktivitas fisik.[10,11]
Kelainan Katup Pulmonal
Mayoritas pasien dengan stenosis katup pulmonal bersifat asimtomatik, yang dapat menyebabkan missed diagnosis hingga terjadi kerusakan. Pasien simtomatik umumnya mengeluhkan dyspnea atau fatigue saat aktivitas. Pada regurgitasi katup pulmonal, pasien mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas dan mengalami sesak napas. Pada gangguan berat, dapat muncul keluhan gagal jantung kanan.[12,13]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kelainan bunyi jantung seperti murmur menjadi kunci untuk mengidentifikasi kelainan katup jantung. Pada kondisi awal penyakit, ukuran jantung bisa masih normal, tetapi ukuran akan membesar seiring perkembangan penyakit. Pada palpasi, thrill di apikal dapat teraba.[7-11]
Kelainan Katup Aorta
Pada stenosis katup aorta, dapat ditemukan denyut nadi lemah, palpasi precordial thrill, tekanan darah sistolik-diastolik menyempit, murmur ejeksi mid-sistolik menjalar ke arteri karotis, suara jantung S2 melemah akibat restriksi katup, dan suara S4.[7]
Regurgitasi katup aorta berhubungan dengan pelebaran rentang tekanan darah sistolik dan diastolik. Systolic thrill dapat teraba pada bagian atas jantung atau puncak suprasternal dan di atas arteri karotis. Suara S1 jantung terdengar normal, tetapi suara S2 meningkat akibat dilatasi dasar katup aorta atau menurun akibat penebalan daun katup aorta. Dokter dapat mendengar murmur diastolik decrescendo, terutama pada ruang interkostal 3 sepanjang batas sternum kiri.[19]
Kelainan Katup Mitral
Pada pemeriksaan auskultasi pada stenosis katup mitral, dapat ditemukan suara S1 lebih besar dan teraba akibat penutupan paksa katup mitral. Suara S2 dapat membesar jika terdapat hipertensi pulmonal berat. Selain itu, bisa ditemukan murmur mid-diastolik pada apeks jantung dan lebih jelas pada posisi left lateral decubitus.[20]
Regurgitasi katup mitral bisa ditandai dengan murmur holosistolik pada apeks jantung dengan penjalaran ke axilla kiri. Pada kondisi akut, pasien bisa mengalami penurunan kesadaran, hipotensi, takikardia, takipnea, hipoksemia, dan sianosis.[15]
Kelainan Katup Trikuspid
Regurgitasi katup trikuspid gejala ringan hingga sedang umumnya tidak menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan. Namun, pada regurgitasi katup trikuspid berat, dapat ditemui gejala gagal jantung kanan seperti edema perifer, asites, dan kongesti hepar serta distensi vena jugularis, S3 gallop, dan murmur pansistolik.[11]
Stenosis katup trikuspid umumnya memiliki gejala kongestif sistemik akibat penurunan curah jantung. Dokter dapat menemukan edema inferior, asites, edema anasarka, dan hepatopati kongestif. Selain itu, kenaikan tekanan vena jugularis dan tanda Kussmaul serta murmur mid-diastolik pada ruang interkostalis 4 kiri bisa ditemukan.[10]
Kelainan Katup Pulmonal
Pada stenosis katup pulmonal, dapat ditemukan beberapa kelainan jantung seperti left parasternal heave (akibat hipertrofi ventrikel kanan). Auskultasi pada batas sternum kiri atas dapat menunjukkan murmur ejeksi sistolik yang menjalar ke punggung. Selain itu, dapat ditemukan juga ejection click dan S2 split akibat dari penutupan katup pulmonal yang terlambat. Pasien dengan defek septum dapat mengalami sianosis.[12]
Auskultasi pada regurgitasi katup pulmonal menunjukkan murmur diastolik decrescendo pada ruang interkostalis 2 dan 3 kiri, serta suara S3 yang menandakan kelebihan volume. Intensitas murmur dapat meningkat ketika pasien inspirasi dan menurun ketika pasien melakukan manuver Valsava.[13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kelainan katup jantung lebih terarah pada upaya membedakan jenis kelainan katup yang terjadi, yang bisa dibantu dengan echocardiography. Namun, ada juga beberapa diagnosis banding lain seperti kardiomiopati hipertrofi ataupun penyakit jantung bawaan.[12,18,19]
Kardiomiopati Hipertrofi
Pada pemeriksaan fisik, kardiomiopati hipertrofi dapat menunjukkan murmur ejeksi sistolik yang mirip dengan stenosis katup aorta. Selain itu, dapat ditemukan juga gejala sinkop atau angina. Echocardiography dapat membantu diagnosis.[18]
Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital mungkin tidak terdiagnosis sejak awal. Ketika pasien telah dewasa, gejala dari penyakit jantung kongenital dapat menyerupai kelainan katup jantung. Kelainan katup jantung seperti stenosis katup pulmoner juga sering disebabkan oleh penyakit jantung kongenital.[12]
Pemeriksaan Penunjang
Echocardiography merupakan baku emas dalam diagnosis kelainan katup jantung. Tes lainnya dapat berupa stress test dan pencitraan radiologis atau angiography.
Echocardiography
Transthoracic echocardiography (TTE) adalah pemeriksaan diagnostik standar untuk evaluasi awal pada pasien dengan diagnosis atau kecurigaan kelainan katup jantung. TTE merupakan kunci untuk menegakkan diagnosis serta menilai etiologi, mekanisme, fungsi, tingkat keparahan, dan prognosis. TTE memberikan penilaian akurat mengenai anatomi katup serta abnormalitas lainnya seperti dilatasi aorta.[3,9]
Echocardiography Doppler memberikan penilaian akurat mengenai hemodinamik katup. Untuk stenosis katup, pengukuran yang diperlukan adalah kecepatan maksimal, gradien rata-rata, dan area katup. Untuk regurgitasi katup, penilaian regurgitant orifice area, volume, dan fraction dilakukan. Selain itu, dapat dilakukan juga penilaian derajat keparahan dengan pencitraan Doppler berwarna.[3]
Stress Test
Tujuan utama stress test adalah untuk menilai secara objektif terjadinya gejala pada pasien yang asimtomatik. Kelainan katup umumnya memiliki progresivitas yang lambat, sehingga pasien sering kali tidak merasakan gejala tetapi tanpa disadari membatasi aktivitasnya. Stress test juga bisa menentukan tingkat aktivitas fisik atau olahraga yang direkomendasikan selanjutnya.[3,9]
Pencitraan Radiologis
Pada pasien dengan hasil echocardiography yang kurang memadai atau inkonklusif, cardiac magnetic resonance (CMR) dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan kelainan katup, terutama kelainan regurgitasi, dan untuk menilai volume ventrikel, fungsi sistolik, abnormalitas dari ascending aorta, dan fibrosis miokardium.[9]
Cardiac computed tomography (CCT) dapat memberikan evaluasi tingkat keparahan kelainan katup, terutama pada stenosis katup aorta dan gambaran mengenai penyakit yang berhubungan dengan aorta (dilatasi, kalsifikasi). CCT perlu dilakukan ketika hasil echocardiography mengindikasikan ada pembesaran aorta >40 mm, untuk memperjelas diameter aorta dan menilai morfologi serta konfigurasi dari aorta. CCT sangat penting dalam perencanaan transcatheter aortic valve implantation (TAVI) dan juga bermanfaat untuk menilai patient-prosthesis mismatch (PPM).[9]
Pemeriksaan Invasif
Coronary angiography direkomendasikan untuk menilai penyakit arteri koroner ketika pasien direncanakan untuk dilakukan intervensi atau pembedahan. Tujuannya adalah untuk menilai apakah perlu dilakukan revaskularisasi koroner. Manfaat terbesar dari kateterisasi jantung adalah untuk mengukur tekanan intrakardia dan resistansi vaskular pulmonal yang akan memengaruhi pengambilan keputusan intervensi katup.[3,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Pepi Nurapipah