Penatalaksanaan Kelainan Katup Jantung
Penatalaksanaan kelainan katup jantung atau valvular heart disease yang ringan bisa berupa observasi berkala dan pemberian medikamentosa untuk komorbiditas seperti hipertensi, tanpa pembedahan. Akan tetapi, pada kasus yang lebih berat, pembedahan dapat menjadi pilihan penatalaksanaan.[3,4]
Indikasi untuk intervensi atau observasi berkala tergantung pada: 1) ada atau tidaknya gejala; 2) keparahan kelainan katup jantung; 3) respons dari ventrikel kiri dan/atau ventrikel kanan terhadap volume dan tekanan akibat kelainan katup jantung; dan 4) dampaknya terhadap sirkulasi pulmonal atau sistemik.[3]
Medikamentosa
Pada kasus kerusakan katup jantung, terapi medikamentosa umumnya diberikan untuk mengurangi gejala atau mengontrol komorbiditas, bukan untuk memperbaiki kelainan katup. Contoh komorbiditas yang memperburuk kondisi adalah hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia.[3,4]
Antihipertensi
Pengobatan antihipertensi diberikan untuk pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri dan kelainan katup jantung berat sebagai jembatan sebelum intervensi dilakukan. Namun, jika intervensi tidak dapat dilakukan, pengobatan ini harus tetap dilanjutkan. Obat yang dapat diberikan adalah golongan diuretik, inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE), angiotensin receptor blockers (ARB), beta blockers, atau antagonis aldosteron.[3]
Antikoagulan
Pasien dengan kelainan katup jantung dan atrial fibrilasi (AF) harus dievaluasi untuk risiko kejadian tromboemboli dan diberikan antikoagulan oral. Vitamin K antagonis (VKA) merupakan pilihan antikoagulan untuk pasien stenosis katup mitral rematik dan katup jantung mekanik. Antikoagulan oral non-vitamin K merupakan pilihan alternatif pada pasien dengan AF dan dengan pemasangan katup prostetik >3 bulan.[3]
Profilaksis Demam Rematik Rekuren
Untuk pasien dengan riwayat demam rematik sebelumnya atau dengan bukti adanya penyakit jantung rematik, profilaksis anti-streptococcal jangka panjang harus diberikan untuk pencegahan sekunder. Pencegahan ini dilakukan dengan pemberian antibiotik profilaksis berupa penicillin G benzathine 1.200.000 unit secara intramuskular setiap 4 minggu selama 5–10 tahun.[3,9]
Profilaksis Endokarditis Infeksi
Risiko endokarditis infeksi (IE) paling tinggi adalah saat 6 bulan pertama intervensi pembedahan katup jantung akibat kerusakan endotelial, terapi imunosupresi dosis tinggi, frekuensi akses vena sentral tinggi, dan biopsi endomiokardium berulang.[3,9]
Antibiotik profilaksis dapat diberikan sebelum tindakan dental yang melibatkan jaringan gingival, regio periapikal, atau perforasi mukosa oral, yakni pada pasien kelainan katup jantung yang menggunakan katup prostetik, memiliki riwayat IE, dan memiliki penyakit jantung bawaan.[3,9]
Pembedahan
Intervensi untuk pasien kelainan katup jantung meliputi pendekatan transkateter atau pembedahan. Intervensi katup dapat berupa penggantian dengan katup prostetik atau perbaikan katup. Setelah pembedahan, pasien dengan kelainan katup jantung tetap memerlukan evaluasi periodik untuk pencegahan komplikasi pasca prosedur. Pasien juga memerlukan pengobatan jangka panjang, pemantauan perbaikan katup atau katup prostetik, dan manajemen keterbatasan fungsional.[3]
Pemilihan katup prostetik pada masing-masing pasien tergantung pada beberapa faktor seperti durabilitas katup, hemodinamik dari tipe dan ukuran katup, risiko intervensi atau pembedahan, potensi kebutuhan antikoagulan jangka panjang, serta kepercayaan dan preferensi pasien.[3]
Regurgitasi Katup Aorta
Regurgitasi katup aorta akut kemungkinan memerlukan pembedahan segera. Hal ini dapat terjadi karena endokarditis infeksi, diseksi aorta, trauma tumpul dada, dan komplikasi iatrogenik ketika intervensi kateter jantung. Pada pasien simtomatik, pembedahan direkomendasikan terlepas dari fraksi ejeksi ventrikel kiri (left ventricular ejection fraction/LVEF) selama regurgitasi berat dan risiko operasi tidak tinggi.[3,9]
Pembedahan direkomendasikan untuk pasien simtomatik maupun asimtomatik yang akan menjalani coronary artery bypass grafting (CABG) atau pembedahan ascending aorta atau katup lainnya. Fungsi sistolik ventrikel kiri merupakan faktor penentu dalam keselamatan dan status fungsional pasien setelah penggantian katup aorta. Tingkat keberhasilan baik jika pembedahan dilakukan sebelum LVEF <55%.[3,9]
Stenosis Katup Aorta
Intervensi direkomendasikan pada pasien simtomatik dengan stenosis katup aorta gradien tinggi, terlepas dari LVEF. Pengecualian diberikan pada mereka yang mungkin tidak dapat mengalami perbaikan kualitas hidup atau sudah mengalami kondisi terminal dengan harapan hidup <1 tahun pasca intervensi.[3,9]
Intervensi direkomendasikan pada pasien asimtomatik dengan LVEF <50%, yang akan menjalani CABG atau operasi jantung lainnya, hasil exercise treadmill test abnormal, peak velocity >5 m/detik dan mean pressure gradient >60, serta annual progression of peak velocity >0,3 m/detik/tahun.[9,18]
Regurgitasi Katup Mitral
Operasi segera diindikasikan pada pasien dengan regurgitasi katup mitral akut derajat berat. Pembedahan direkomendasikan untuk pasien asimtomatik dengan disfungsi ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic dimension/LVESD ≥40 mm dan/atau LVEF ≤60%). Pembedahan harus dipertimbangkan untuk pasien asimtomatik dengan fungsi ventrikel kiri baik (LVESD <40 mm dan LVEF >60%) serta atrial fibrilasi sekunder akibat regurgitasi katup mitral atau hipertensi pulmonal.[3,15]
Stenosis Katup Mitral
Tata laksana optimal untuk pasien stenosis katup mitral rematik adalah percutaneous mitral balloon commissurotomy (PMBC) atau pembedahan (komisurotomi terbuka atau tertutup). Secara umum, indikasi untuk intervensi dibatasi hanya pada pasien dengan klinis stenosis katup mitral sedang-berat (area katup ≤1,5 cm²).[3,9]
Penebalan katup berat dan fibrosis subvalvular fibrosis dengan daun katup terikat merupakan indikasi untuk intervensi penggantian katup mitral. Sebagian besar pasien dengan stenosis katup mitral rematik bersifat asimtomatik. Peningkatan tekanan arteri pulmonalis merupakan indikasi adanya peningkatan tekanan atrium kiri yang dapat mempengaruhi sirkulasi pulmoner. Atrial fibrilasi onset baru juga merupakan indikasi untuk melakukan PMBC.[3,9]
Regurgitasi Katup Trikuspid
Intervensi untuk katup trikuspid jarang dilakukan dan sering kali terlambat. Penentuan waktu yang tepat untuk intervensi penting untuk menghindari kerusakan ventrikel kanan irreversible dan kegagalan organ. Risiko pembedahan menjadi tinggi jika tricuspid annulus end diastolic diameter >4 cm atau ada gejala dan tanda gagal jantung kanan. Pembedahan direkomendasikan pada pasien simtomatik dengan regurgitasi katup trikuspid primer derajat berat.[3,9]
Stenosis Katup Trikuspid
Pembedahan direkomendasikan pada pasien simtomatik dengan stenosis katup trikuspid derajat berat. Intervensi pada katup trikuspid umumnya dilakukan bersamaan dengan prosedur untuk kelainan katup sebelah kiri pada pasien simtomatik.[9]
Kelainan Katup Pulmonal
Semua pasien regurgitasi katup pulmonal simtomatik perlu menjalani pembedahan. Metode yang dipilih adalah penggantian katup pulmonal dengan katup bioprosthesis atau katup mekanis. Intervensi pembedahan direkomendasikan pada stenosis katup pulmonal berat, annulus pulmonal hipoplasia, stenosis subvalvular, atau stenosis supravalvular.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Pepi Nurapipah