Epidemiologi Kelainan Katup Jantung
Menurut penelitian epidemiologi, kelainan katup jantung atau valvular heart disease di negara pendapatan tinggi cenderung disebabkan oleh penyakit degeneratif, sedangkan kelainan katup jantung di negara berkembang umumnya disebabkan penyakit jantung rematik.[2]
Global
Kelainan katup jantung di negara maju memiliki prevalensi sekitar 2% dan meningkat dengan signifikan setelah usia 65 tahun. Di Cina, prevalensi kelainan katup jantung adalah 3,8% dan terus meningkat dengan bertambahnya usia, hipertensi, dan penyakit ginjal kronis.[2]
Di Afrika, bentuk paling umum kelainan katup jantung adalah akibat penyakit jantung rematik (PJR) yang disebabkan oleh demam rematik. Kelainan katup jantung terkait usia lebih jarang ditemukan.[2]
Jenis kelainan katup jantung yang paling umum ditemukan adalah stenosis katup aorta, regurgitasi katup mitral, dan regurgitasi katup aorta. Stenosis katup aorta akibat PJR paling sering terjadi di benua Asia.[1]
Indonesia
Saat ini data epidemiologi kelainan katup jantung di Indonesia masih terbatas. Terdapat studi yang melaporkan bahwa penyakit jantung rematik dan penyakit jantung bawaan merupakan penyebab yang umum.[17]
Mortalitas
Kelainan katup jantung memiliki mortalitas yang tinggi jika terlambat ditangani. Kelainan katup aorta merupakan penyebab 61% mortalitas dari seluruh kematian akibat kelainan katup jantung. Kelainan katup mitral menyumbang sekitar 15% kematian. Regurgitasi katup trikuspid merupakan kasus yang jarang, tetapi memiliki mortalitas hingga 42% dalam 3 tahun.[1]
Berdasarkan register terbesar di Australia, angka kematian dalam 5 tahun adalah 56% untuk stenosis katup aorta dan 67% untuk stenosis katup aorta berat. Tingkat kematian secara global meningkat 138% dari tahun 1990 hingga 2019. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan populasi usia lanjut dan pola hidup “kebarat-baratan”.[1]
Terdapat hubungan antara gangguan fungsi ginjal dan peningkatan mortalitas setelah pembedahan katup dan prosedur transkateter, terutama jika laju filtrasi glomerulus <30 ml/menit. Penyakit liver juga merupakan faktor risiko buruk untuk mortalitas setelah pembedahan.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Pepi Nurapipah