Prognosis Kelainan Katup Jantung
Prognosis kelainan katup jantung atau valvular heart disease tergantung pada ada atau tidaknya komorbiditas kardiopulmonal, seperti penyakit jantung koroner dan penyakit paru berat. Selain itu, prognosis juga berhubungan dengan ada tidaknya penyakit ginjal dan liver. Komplikasi kelainan katup jantung bisa berupa hipertensi pulmonal, gagal jantung kongestif, dan atrial fibrilasi.[9,14]
Komplikasi
Komplikasi dari kelainan katup jantung terbagi atas komplikasi dari kelainan itu sendiri atau komplikasi dari intervensi yang dilakukan.
Hipertensi Pulmonal
Hipertensi pulmonal dapat terjadi akibat peningkatan kronis dari tekanan pengisian ventrikel kiri saat diastol. Hal ini paling sering terjadi pada stenosis katup aorta dan mitral. Stenosis katup mitral menyebabkan peningkatan tekanan atrium kiri. Tekanan atrium kiri ini juga berdampak pada vaskularisasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal.[18,20]
Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling sering pada kelainan katup aorta dan mitral. Kelainan katup aorta dan mitral menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Gejala kongestif paru terjadi ketika ventrikel kiri terdekompensasi dan curah jantung menurun.[8,18,19]
Pada kelainan katup trikuspid, gagal jantung kanan akibat kelebihan volume pada ventrikel kanan dapat terjadi. Pada stenosis katup mitral berat, atrial fibrilasi yang menyebabkan hilangnya kemampuan atrial kick dapat terjadi. Pengisian ventrikel kiri tergantung pada atrial kick, sehingga hilangnya atrial kick dapat menyebabkan gagal jantung kongestif.[10,11,20]
Atrial Fibrilasi
Pada stenosis katup mitral, tingginya tekanan pada atrium kiri menyebabkan hipertrofi. Hipertrofi atrium merupakan faktor risiko terjadinya atrial fibrilasi (AF). Keparahan dari stenosis katup mitral berhubungan dengan terjadinya AF. Area katup mitral yang <1 cm2 berhubungan dengan peningkatan risiko AF.[20,21]
Komplikasi Setelah Intervensi
Komplikasi paling sering setelah operasi penggantian katup jantung adalah atrial fibrilasi pascaoperasi, yang dapat terjadi pada ⅓ pasien dalam 3 bulan pascaoperasi. Komplikasi lainnya adalah stroke, perdarahan, perikarditis, blokade jantung (terutama pada penggantian katup aorta), gagal jantung, disfungsi renal, dan infeksi. Komplikasi dari intervensi transkateter meliputi permanent pacing, kebocoran paravalvular, stroke, komplikasi vaskular, dan disfungsi katup residu.[3]
Pasien dengan katup prostetik memiliki risiko tinggi endokarditis infeksi (IE). IE telah dilaporkan terjadi setelah transcatheter aortic valve implantation (TAVI) pada tingkat yang sama atau melebihi surgical aortic valve replacement (SAVR) dan berhubungan dengan mortalitas dalam 1 tahun yang tinggi (75%).[3]
Prognosis
Prognosis kelainan katup jantung dipengaruhi oleh ada tidaknya komorbiditas paru dan kardiovaskular. Penyakit arteri koroner dan stenosis katup aorta sering bertumpang tindih dan kombinasi ini memiliki risiko lebih tinggi untuk revaskularisasi dan intervensi penggantian katup.[9]
Selain itu, penyakit paru berat, nyeri pascaoperasi akibat sternotomi atau torakotomi, serta lamanya waktu anestesi pada pasien yang menjalani operasi penggantian katup memiliki risiko komplikasi pulmonal yang lebih tinggi.[9]
Terdapat hubungan positif antara gangguan fungsi ginjal, penyakit liver, dan kenaikan mortalitas setelah operasi penggantian katup dan prosedur transkateter. Laju filtrasi glomerulus < 30 ml/menit merupakan faktor prognosis buruk.[9,14]
Penulisan pertama oleh: dr. Pepi Nurapipah