Pendahuluan Miokarditis
Miokarditis adalah penyakit inflamasi/radang pada miokardium yang dapat disebabkan oleh infeksi, aktivasi sistem imun, atau paparan obat-obatan. Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus dan postviral immune-mediated response. WHO dan International Society and Federation of Cardiology mendefinisikan miokarditis sebagai peradangan pada otot jantung yang dikonfirmasi melalui kriteria histologi, imunologi, dan imunohistokimia.[1-3]
Diagnosis miokarditis menjadi tantangan tersendiri sebab memiliki manifestasi klinis yang luas dan tidak spesifik. Pasien bisa asimtomatik atau bisa mengalami gejala seperti nyeri dada, palpitasi, dispnea, dan kematian mendadak.[1,2]
Menurut konsensus European Society of Cardiology Working Group on Myocardial and Pericardial Diseases, diagnosis dapat ditegakkan secara histologi dengan adanya infiltrat peradangan pada miokardium disertai degenerasi miosit dan nekrosis dengan penyebab non iskemik, sesuai dengan kriteria Dallas. Tetapi biopsi endomiokardial sudah jarang dikerjakan.[1,4]
Miokarditis adalah prekursor dari kardiomiopati dilatasi, yang merupakan penyebab tersering transplantasi jantung. Data post mortem menunjukkan bahwa miokarditis ditemukan pada 8,6‒12% kasus kematian mendadak dewasa muda.[1-4]
Tata laksana miokarditis biasanya suportif sesuai dengan klinis pasien. Tata laksana suportif berupa terapi gagal jantung dan aritmia, stabilisasi hemodinamik, serta modulator imun. Pasien miokarditis dengan gagal jantung akut harus diterapi dengan ACE inhibitor, diuretik, dan angiotensin II receptor blocker.[3,5]
Pasien dengan dekompensasi disfungsi ventrikel berat dapat diberi inotropik. Banyak studi yang masih berjalan yang meneliti tentang kegunaan agen antivirus dan imunosupresan sebagai bagian dari tata laksana miokarditis.[1-4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini