Penatalaksanaan Miokarditis
Penatalaksanaan miokarditis bertujuan untuk menangani gagal jantung dan aritmia. Miokarditis asimtomatik tidak membutuhkan penanganan khusus. Imunosupresan dan imunomodulator dapat diberikan jika diperlukan.[1,2,14]
Penanganan Pasien Tidak Stabil
Perawatan di intensive cardiac care unit (ICCU) sebaiknya dilakukan pada pasien yang datang dengan gagal jantung berat (acute decompensated heart failure atau ADHF), dan yang mengalami atau berpotensi mengalami aritmia fatal. Penanganan gagal jantung dan aritmia dilakukan sesuai pedoman klinis gagal jantung dan aritmia.
Penanganan ADHF cukup kompleks, yang mencakup penggunaan ventilasi mekanik, bantuan mekanik pada jantung (seperti penggunaan left ventricular assist device, intra aortic balloon pump, dan extracorporeal membrane oxygenation), hingga transplantasi jantung. Obat-obatan inotropik seringkali dibutuhkan bila terjadi ADHF, tetapi harus berhati-hati terhadap kondisi aritmia.
Aritmia fatal seringkali terjadi bersamaan dengan ADHF, sehingga pemantauan EKG dengan monitor dibutuhkan. Pasien dengan AV blok derajat 3 memerlukan alat pacu jantung temporer.[1,2,14]
Penanganan Pasien Stabil
Pasien miokarditis stabil asimptomatik atau dengan gejala minimal sebaiknya tetap dirawat di rumah sakit untuk pemantauan dan penegakkan diagnosis miokarditis. Pemantauan sangat dibutuhkan pada fase akut walaupun pasien stabil, karena dapat terjadi aritmia fatal secara tiba-tiba.
Gagal jantung yang stabil dapat diterapi dengan diuretik (seperti furosemide), angiotensin converting enzyme inhibitor (seperti captopril), serta beta bloker (seperti propranolol).[1,2,14]
Imunosupresi
Jenis miokarditis akibat autoimunitas, seperti miokarditis giant cell, dapat diobati dengan imunosupresi. Terapi kombinasi siklosporin dan kortikosteroid dengan/tanpa azathioprine atau muromonab-CD, dapat meningkatkan prognosis dan menghasilkan median kesintasan 12 bulan dibandingkan dengan 3 bulan untuk pasien yang tidak diobati. Namun, sejumlah kecil pasien tetap memerlukan mechanical circulatory support atau transplantasi jantung dalam 1 tahun.[6]
Aktivitas Fisik
Pada miokarditis akut, aktivitas fisik aerobik tidak direkomendasikan. Studi pada hewan coba dengan miokarditis akibat Coxsackievirus B3 menunjukkan bahwa aktivitas fisik aerobik dapat menginduksi supresi limfosit T dan meningkatkan mortalitas.
Miokarditis adalah penyebab kematian mendadak pada atlet muda. The 36th Bethesda Conference Task Forces menganjurkan agar atlet dengan kemungkinan atau bukti definitif miokarditis untuk tidak terlibat dalam olahraga kompetitif selama setidaknya 6 bulan. Atlet dapat kembali berlatih atau berkompetisi setelah fungsi ventrikel kiri dan dimensi kardiak kembali normal, serta sudah tidak ada aritmia yang bermakna secara klinis.[1,6]
Antivirus
Pada miokarditis yang disebabkan oleh infeksi virus herpes, dapat digunakan acyclovir, ganciclovir, dan valacyclovir. Namun, efikasi obat-obat ini untuk miokarditis belum didukung bukti ilmiah yang cukup.
Studi preliminari menunjukkan bahwa interferon beta mampu mengeradikasi infeksi enterovirus dan adenovirus pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, sehingga dapat meningkatkan prognosis dalam 10 tahun.[1,6]
Imunoglobulin Intravena
Penggunaan imunoglobulin intravena (IVIG) dosis tinggi dilaporkan berkaitan dengan perbaikan fraksi ejeksi ventrikel kiri. IVIG juga tidak berkaitan dengan efek samping mayor, dan dapat digunakan pada miokarditis refraktori akibat virus ataupun autoimun, terutama yang autoantibody-mediated.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini