Diagnosis Supraventricular Extrasystole
Diagnosis Supraventricular Extrasystole (SVES) sering ditegakkan secara tidak sengaja, saat pasien menjalani pemeriksaan rutin dengan elektrokardiografi (EKG). Kebanyakan kasus SVES bersifat asimtomatik dan idiopatik.
Anamnesis
Kebanyakan pasien Supraventricular Extrasystole (SVES) tidak merasakan gejala tertentu dan baru mengetahui mengalami kondisi ini secara tidak sengaja saat menjalani pemeriksaan EKG. Apabila timbul gejala, manifestasi tersering adalah berdebar-debar, denyut jantung tidak teratur, pusing, atau pingsan.
Pada anamnesis, perlu ditanyakan gejala yang berkaitan dengan penyakit jantung lain, seperti sesak napas, nyeri dada, riwayat kaki bengkak, cepat merasa lelah, dan riwayat terbangun malam hari karena sesak (paroxysmal nocturnal dyspnea). Dokter juga perlu menanyakan apakah pasien mengonsumsi kopi, alkohol, kopi, atau obat-obat tertentu sebelumnya.[3,5,6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pengukuran tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, suhu, dan saturasi oksigen diperlukan untuk menilai status hemodinamik pasien Supraventricular Extrasystole (SVES).
Tanda gagal jantung atau kelainan fisik akibat penyakit kardiovaskular, seperti peningkatan tekanan vena jugular, sianosis, murmur, bunyi jantung tambahan, edema tungkai, dan jari tabuh, dapat memberi petunjuk adanya kelainan kardiovaskular yang berkaitan dengan SVES.[1,7]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding Supraventricular Extrasystole (SVES) meliputi kelainan aritmia lain, seperti atrial fibrilasi, atrial flutter, dan paroxysmal supraventricular tachycardia. Diagnosis banding ini dapat dibedakan melalui EKG, yaitu:
-
Atrial fibrilasi: laju ventrikel bersifat ireguler, tidak terdapat gelombang P yang jelas (disebut pula irregularly irregular), dengan laju jantung 110-140 kali/menit
-
Atrial flutter: dapat menunjukkan gambaran gigi gergaji yang merupakan temuan khas. Laju atrium dapat mencapai 300 detak per menit
Paroxysmal supraventricular tachycardia : takikardia supraventrikel yang reguler dengan denyut 140-280 kali/ menit. Kompleks QRS umumnya sempit, dapat disertai depresi ST dengan atau tanpa penyakit arteri koroner, serta gelombang P dapat terkubur dalam kompleks QRS
Pemeriksaan Penunjang
EKG adalah pemeriksaan penunjang yang paling penting untuk mendiagnosis Supraventricular Extrasystole (SVES) dan menyingkirkan diagnosis bandingnya. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko seperti hipertiroid atau ketidakseimbangan elektrolit.
EKG
Premature Atrial Contraction (PAC) umumnya ditandai dengan:
- Gelombang P abnormal diikuti kompleks QRS normal. Pada beberapa kasus PAC, gelombang P bisa tidak jelas karena tumpang tindih dengan gelombang T
- Gelombang P abnormal tanpa diikuti kompleks QRS (blocked PAC)
- Gelombang P abnormal dengan QRS yang melebar (aberans)[3,4]
Berdasarkan frekuensi terjadinya, PAC dapat diklasifikasikan menjadi:
- PAC Okasional: PAC yang terjadi secara sporadic
- PAC Bigemini: Setiap denyut sinus diikuti oleh PAC
-
PAC Couplet: 2 kompleks PAC yang terjadi berurutan
Bentuk SVES lain yang lebih jarang ditemukan adalah Premature AV Junctional Complex (PJC). Gambaran EKG PJC berupa kompleks QRS dengan morfologi normal yang timbul lebih cepat daripada denyut sinus yang seharusnya, tanpa didahului gelombang P atau tampak P retrograde (defleksi negatif) pada lead II, III, dan aVF.[3,5]
Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan EKG Holter 24 jam atau monitor EKG selama 30 hari dapat dipertimbangkan untuk mencari faktor predisposisi yang mencetuskan terjadinya SVES.
Echocardiography dapat mendeteksi kelainan struktural atau gangguan fungsional jantung yang merupakan faktor predisposisi SVES, misalnya penyakit jantung bawaan atau kelainan katup.
Pemeriksaan laboratorium juga digunakan untuk mencari faktor pencetus SVES, seperti hipertiroid, ketidakseimbangan elektrolit, intoksikasi simpatomimetik, atau penyalahgunaan alkohol.[3]