Epidemiologi Supraventricular Extrasystole
Data epidemiologi menunjukkan bahwa Supraventricular Extrasystole (SVES) sering terjadi, dan meningkat seiring pertambahan usia. Sebuah studi nasional di Swiss menunjukkan bahwa SVES, bersama dengan ventricular premature complexes (VPC) dan supraventricular tachycardia (SVT), memiliki prevalensi 8,4% pada populasi pasien dewasa berusia 60 tahun ke atas.[10]
Premature Atrial Contraction
Premature Atrial Contraction (PAC) dilaporkan terjadi setidaknya satu kali dalam 24 jam pada 99% orang dewasa. Insiden PAC meningkat seiring bertambahnya usia. PAC juga lebih sering ditemukan pada pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular sebelumnya. Kelainan pada struktur anatomi jantung, seperti kelainan katup mitral atau disfungsi ventrikel kiri, memiliki korelasi signifikan dengan angka kejadian PAC.[3,11]
Premature Junctional Complex (PJC)
Premature Junctional Complex (PJC) jauh lebih jarang terjadi dibandingkan PAC. Premature Junctional Complex jarang ditemukan pada orang tanpa riwayat penyakit kardiovaskular sebelumnya. Gangguan keseimbangan elektrolit, riwayat penyakit paru atau penyakit kardiovaskular, intoksikasi digitalis, dan konsumsi kafein, nikotin, atau alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya PJC.[3]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional Supraventricular Extrasystole (SVES) di Indonesia.
Mortalitas
Sebuah studi dengan jumlah sampel 5471 pasien yang menjalani elektrokardiografi 24 jam menunjukan bahwa frequent PAC (frekuensi > 76 kali/hari) meningkatkan angka mortalitas sebesar 1,38 kali dan angka rawat inap akibat penyakit kardiovaskular sebesar 1,28 kali. Peningkatan angka mortalitas pada kasus frequent PAC berkaitan dengan infark miokard, gagal jantung, dan henti jantung mendadak.[12] Studi lain juga menemukan bahwa SVES berkaitan dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi dan stroke.[1,11]