Penatalaksanaan Supraventricular Extrasystole
Penatalaksanaan farmakologi tidak diperlukan pada Supraventricular Extrasystole (SVES) asimtomatik. Namun, karena peningkatan frekuensi SVES berkaitan dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi, maka tata laksana ditujukan untuk mengatasi faktor predisposisi yang mencetuskan terjadinya SVES.[1]
Nonfarmakologi
Tata laksana nonfarmakologi dari Supraventricular Extrasystole (SVES) meliputi penurunan asupan kafein, tembakau, dan alkohol. Pasien juga perlu memperhatikan konsumsi obat simpatomimetik over the counter (OTC) yang banyak ditemukan dalam obat pilek dan penurun berat badan, misalnya pseudoephedrine.
Kebanyakan pasien SVES asimtomatik tidak membutuhkan medikamentosa, dan gejala dapat hilang dengan sendirinya tanpa sekuele.[13]
Farmakologi dan Intervensi
Pada pasien dengan Supraventricular Extrasystole (SVES) yang simtomatik, obat antiaritmia golongan penyekat beta atau penyekat kanal kalsium, seperti propranolol dan diltiazem, dapat diberikan dalam dosis rendah. Obat antiaritmia golongan IA, golongan IC, atau golongan III dapat dipertimbangkan, misalnya amiodarone. Pada pasien yang masih mengalami gejala walaupun sudah diberi terapi adekuat, prosedur kardioablasi dapat dipertimbangkan.
Pemilihan tata laksana farmakologi dan intervensi ini perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan manfaat dan risiko bagi masing-masing pasien. Kebanyakan pilihan terapi yang disebutkan di atas belum didukung dengan bukti ilmiah adekuat. Walaupun kebanyakan pasien SVES berespon baik dengan tata laksana nonfarmakologi, perlu diingat bahwa SVES berkaitan dengan timbulnya takikardia supraventrikular, atrial fibrilasi, dan atrial flutter.[3,6,13-15]